Penafsiran daya pembeda soal dengan kriteria seperti berikut.
17
Kategori Soal
0,40 ke atas = sangat baik 0,30 – 0,39 = baik
0,20 – 0,29 = cukup, soal perlu perbaikan 0,19 ke bawah = kurang baik, soal harus dibuang
Berikut merupakan hasil uji daya pembeda soal dalam penelitian ini, sedangkan untuk tabel analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
Tabel 3.4 Hasil uji daya pembeda instrumen
Jumlah Soal Persentase
Sangat baik 5
31,25 Baik
2 12,50
Cukup 3
18,75 Kurang baik
6 37,50
Jumlah 16
100
4. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks.
18
Rumus untuk menghitung tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut.
19
Indeks tingkat kesukaran soal dinyatakan dengan kriteria sebagai berikut.
������� ��������� =
���� −���� ���� ���� ���� ���� �������� ���� ����
…………3.4
20
17
Ibid.
18
Ibid., h.134.
19
Ibid., h.135.
20
Ibid.
0,00 – 0,30 = sukar 0,31 – 0,70 = sedang
0,71 – 1,00 = mudah Berikut merupakan hasil uji tingkat kesukaran soal dalam penelitian ini,
sedangkan untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
Tabel 3.5 Hasil uji tingkat kesukaran instrumen
Kategori Soal Jumlah Soal
Persentase
Sukar 9
56,25 Sedang
7 43,75
Mudah Jumlah
16 100
J. Teknik Analisis Data
Setelah data-data terkumpul, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Uji Prasyarat Analisis Data
Uji prasyarat dalam teknik analisis data pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. a.
Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji Chi-Kuadrat. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
21
b. Uji homogenitas
�
2 ����
= ∑ �
�−�
2
�
� …………………………3.5 Apabila
χ
2 hitung
≥ χ
2 tabel
, artinya data berdistribusi tidak normal dan apabila
χ
2 hitung
≤ χ
2 tabel
, artinya data berdistribusi normal.
Uji homogenitas atau uji kesamaan dua varians digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut homogen, yaitu dengan membandingkan
kedua variansnya.
22
Uji homogenitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji Fisher, yaitu dengan menggunakan rumus:
23
21
Harinaldi, Prinsip-Prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains, Jakarta: Erlangga, 2005, h.198.
22
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistik, Edisi kedua, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, h.133.
23
Ibid., h.134.
�
ℎ�����
=
������� �������� ������� ��������
…………………………3.6 Keterangan:
Apabila F
hitung
≤ F
tabel
, maka H diterima, berarti data berasal dari data
yang homogen. Sedangkan, apabila F
hitung
F
tabel
, maka H ditolak, berarti data
tidak berasal dari data yang homogen.
2. Uji Statistik
Berdasarkan uji prasyarat yang dilakukan, maka uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut jika:
a. Sampel berdistribusi normal, maka menggunakan uji t-pasangan. Populasi
yang saling tergantung dependent population dapat dicontohkan dengan suatu kelompok yang ditinjau sifatnya sebelum dan sesudah mendapatkan
perlakuan terhadap sifat yang ditinjau tersebut. Rumusnya adalah:
24
�
����
=
��−�
�
�
�
√� �
…………………………3.7 Keterangan:
d = Perbedaan nilai pasangan data sebelum dan sesudah diberi perlakuan
= x
1
– x
2
s
d
= Standar deviasi n
= Jumlah sampel kelas b.
Sampel tidak berdistribusi normal, maka menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon. Uji ini menggunakan arah dan besar perbedaan untuk mengatahui
apakah benar-benar terdapat perbedaan pada data ordinal pasangan tersebut.
25
3. Uji N-gain
Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran inquiry training, teknik analisis data yang dapat
digunakan pada penelitian ini adalah dengan uji N-gain dengan persamaan:
26
24
Harinaldi, Op.Cit., h.178.
25
Ibid., h.230.
26
Joko Purwanto dan Binti Uswatun Hasanah, Efektifitas Model Pembelajaran Inkuiri Tipe Pictorial Riddle dengan Integrasi-Interkoneksi pada Materi Suhu dan Kalor terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA, Jurnal Kaunia Vol.X No.2, 2014, h.119.
� − ���� =
���� �������� −���� ������� ���� ����� −���� �������
…………3.8
N-gain dikatakan tinggi jika N-gain ≥ 0,7. Jika N-gain besarnya antara 0,3 sampai
0,7 maka termasuk ke dalam kategori sedang, sedangkan N-gain besarnya di bawah 0,3 maka termasuk ke dalam kategori rendah.
K. Hipotesis Statistik
Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor, maka dapat
dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut: H
: µ
d
= 0 H
1
: µ
d
≠ 0 Jika analisis data dengan uji t-pasangan, maka penarikan kesimpulan
dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai t
hitung
dan t
tabel
pada taraf signifikan 5. Apabila t
hitung
t
tabel
, maka H
1
diterima dan H ditolak, begitu
sebaliknya. Namun, jika analisis data dengan uji peringkat bertanda Wilcoxon, maka penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara membandingkan antara T
hitung
dan T
tabel
pada taraf signifikan 5. Jika T
hitung
peringkat positif T
tabel
atau T
hitung
peringkat negatif T
tabel
, maka H
1
diterima dan H ditolak, begitu sebaliknya. µ
d
rata-rata perubahan nilai pretest dan posttest siswa.
45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berikut ini merupakan penjabaran hasil penelitian tentang pengaruh model pembelajran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa
pada konsep kalor, baik dari hasil deskripsi data maupun hasil pengujian hipotesis penelitian.
1. Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
a. Pretest keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil pretest keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen dari 39 siswa yang dijadikan sampel
diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari pretest kelas eksperimen adalah 22 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 22 sampai 28
sebanyak 2 orang 5,13, sedangkan nilai tertingginya adalah 59 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 57 sampai 63 sebanyak 1 orang
2,56. Nilai rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar 43,13 sehingga siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 25 orang 64,10, sedangkan
siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 14 orang 35,90. Modus dari pretest kelas eksperimen adalah 44 dan 47, sedangkan mediannya
adalah 44. Rentang nilai pretest kelas eksperimen sebesar 37, standar deviasi sebesar 8,14, dan varian sebesar 66,32. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 13.
b. Posttest keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil posttest keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen dari 39 siswa yang dijadikan sampel
diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari posttest kelas eksperimen adalah 47 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 47
sampai 53 sebanyak 1 orang 2,56, sedangkan nilai tertingginya adalah 88 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 82 sampai 88
sebanyak 5 orang 12,82. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 71,18 sehingga siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 22 orang
56,41, sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 17 orang 43,59. Modus dari posttest kelas eksperimen adalah 56, 78, dan 88,
sedangkan mediannya adalah 72. Rentang nilai posttest kelas eksperimen sebesar 41, standar deviasi sebesar 11,74, dan varian sebesar 137,94. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13. Berikut ini merupakan histogram perbandingan hasil tes keterampilan
berpikir kritis sebelum pretest dan sesudah posttest pembelajaran kelas eksperimen.
Gambar 4.1 Perbandingan pretest dan posttest kelas eksperimen
c. Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest-
posttest kelas eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest di kelas
eksperimen yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Indikator keterampilan berpikir kritis terendah pada saat pretest adalah menjelaskan bentuk
definisi berupa operasional persamaan dari perpindahan kalor pada butir soal nomor 2, sedangkan indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi pada saat
Terendah Tertinggi
Rata-rata Modus
Median Rentang
Standar deviasi
Varian Pretest
22 59
43,13 47
44 37
8,14 66,32
Posttest 47
88 71,18
88 72
41 11,74
137,94 20
40 60
80 100
120 140
160
N il
a i
Perbandingan nilai pretest-posttest kelas eksperimen
Deskripsi data statistik
pretest adalah menuliskan asumsi yang dibutuhkan sesuai dengan pernyataan Asas Black pada butir soal nomor 3. Sementara itu, indikator keterampilan
berpikir kritis terendah pada saat posttest adalah mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin tentang
peristiwa perubahan wujud benda pada butir soal nomor 5, sedangkan indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi pada saat posttest adalah menjelaskan bentuk
definisi berupa operasional persamaan dari perpindahan kalor pada butir soal nomor 2. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20.
Berikut ini merupakan histogram perbandingan hasilanalisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest kelas eksperimen.
Gambar 4.2 Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan
pretest dan posttest kelas eksperimen
Keterangan A.1.b: Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan
jawaban B.4.a: Menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian
C.7.a: Membuat generalisasi C.8.c: Menerapkan prinsip-prinsip yang dapat diterima
D.9.a: Menjelaskan bentuk definisi berupa operasional persamaan D.10.b: Menuliskan asumsi yang dibutuhkan
A.1.b B.4.a
C.7.a C.8.c
D.9.a D.10.b
E.11 E.12
Pretest 2,804
6,971 7,212
7,292 0,561
8,093 6,01
4,006 Posttest
4,247 9,455
9,776 9,295
10,016 9,535
9,936 9,135
2 4
6 8
10 12
R a
ta -r
at a n
il ai
Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest-posttest kelas eksperimen
Indikator keterampilan berpikir kritis
E.11: Mempertimbangkan dan memberikan alasan dengan membuat pengandaian posisi kondisi
E.12: Mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan mempertahankan keputusan
2. Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Kontrol
a. Pretest keterampilan berpikir kritis kelas kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil pretest keterampilan berpikir kritis kelas kontrol dari 36 siswa yang dijadikan sampel
diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari pretest kelas kontrol adalah 41 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 41 sampai 44
sebanyak 1 orang 2,78, sedangkan nilai tertingginya adalah 62 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 61 sampai 64 sebanyak 1 orang
2,78. Nilai rata-rata pretest kelas kontrol sebesar 52,17 sehingga siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 16 orang 44,44, sedangkan siswa
yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 20 orang 55,56. Modus dari pretest kelas kontrol adalah 50, sedangkan mediannya adalah 50. Rentang nilai
pretest kelas kontrol sebesar 21, standar deviasi sebesar 4,91, dan varian sebesar 24,12. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.
b. Posttest keterampilan berpikir kritis kelas kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil posttest keterampilan berpikir kritis kelas kontrol dari 36 siswa yang dijadikan sampel
diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari posttest kelas kontrol adalah 41 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 41 sampai 48
sebanyak 1 orang 2,78, sedangkan nilai tertingginya adalah 88 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 81 sampai 88 sebanyak 1 orang
2,78. Nilai rata-rata posttest kelas kontrol sebesar 62,50 sehingga siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 17 orang 47,22, sedangkan siswa
yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 19 orang 52,78. Modus dari posttest kelas kontrol adalah 62, sedangkan mediannya adalah 62. Rentang nilai