disimpulkan bahwa meningkatnya kepemilikan institusional belum tentu mampu meningkatkan luas pengungkapan ERM perusahaan.
4.2.8. Pengaruh Tingkat Profitabilitas terhadap Pengungkapan ERM
Hipotesis kedelapan dalam penelitian ini adalah tingkat profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan ERM. Berdasarkan hasil
pengolahan data yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai CR pada pengaruh tingkat profitabilitas terhadap pengungkapan ERM adalah sebesar -0,078 di
bawah 1,96 yang merupakan syarat dari nilai CR, dengan nilai P sebesar 0,938 lebih dari 0,05 yang merupakan syarat dari nilai P. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa tingkat profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pengungkapan ERM. Oleh karena itu H
8
dalam penelitian ini ditolak. Hal ini dapat dimaknai bahwa meningkatnya tingkat profitabilitas tidak
mampu meningkatkan tingkat pengungkapan ERM perusahaan. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elzahar
dan Hussainey 2012 dan Shammari 2014 yang menjelaskan bahwa tingkat profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan ERM. Terlihat
pada tabel 4.15. bahwa sebaran data pengaruh tingkat profitabilitas terhadap pengungkapan ERM tidak membentuk pola diagonal. Pada tabel tersebut
diketahui bahwa terdapat 4 perusahaan dengan tingkat profitabilitas sangat memadai dan memiliki pengungkapan ERM cukup lengkap. Namun di sisi lain,
terdapat 3 perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang sama-sama sangat memadai tetapi melakukan pengungkapan ERM kurang lengkap. Selain itu, juga
terdapat 14 perusahaan dengan tingkat profitabilitas tidak memadai dan memiliki pengungkapan ERM kurang lengkap. Di sisi lain, juga terdapat 17 perusahaan
dengan tingkat profitabilitas yang sama-sama tidak memadai tetapi melakukan pengungkapan ERM cukup lengkap. Dengan demikian, meningkatnya tingkat
profitabilitas belum tentu meningkatkan luasnya pengungkapan ERM. Hal ini dimungkinkan terjadi karena beberapa alasan.
Pertama, menurut Aljifri dan Hussainey 2007, perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang rendah akan mengungkapkan informasi lebih banyak. Hal ini
dikarenakan rendahnya profitabilitas mengindikasikan tingginya risiko yang dihadapi perusahaan. Tingginya risiko tersebut akan mendorong pengungkapan
yang lebih luas mengenai risiko yang dihadapi. Hal ini dapat menjadi sinyal positif bagi pasar dan mengurangi biaya modal perusahaan. Sembiring 2005
menyatakan bahwa menurut teori legitimasi, ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang
dapat mengganggu informasi tentang kesuksesan perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan
membaca “good news” kinerja perusahaan misalnya dalam lingkup sosial, dan
dengan demikian investor akan tetap berinvestasi di perusahaan tersebut. Kedua, pengungkapan ERM merupakan bagian dari prinsip transparansi
dalam penerapan good corporate governance yang wajib dilakukan oleh perusahaan. Sehingga, ketika perusahaan telah berkomitmen untuk melakukan
pengungkapan ERM dari satu periode ke periode selanjutnya, maka hal tersebut
harus terus dilakukan, baik ketika profitabilitas meningkat maupun ketika profitabilitas menurun atau mengalami kerugian.
Ketiga, perusahaan yang mengalami penurunan profitabilitas atau mengalami kerugian dan tetap melakukan pengungkapan ERM menunjukkan
bahwa perusahaan tersebut pada dasarnya sama seperti perusahaan lain yang telah memiliki konsep penanganan risiko yang terorganisasi dengan baik. Sehingga
secara teori, perusahaan akan mampu meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi. Dengan demikian, terjadinya penurunan laba atau kerugian bisa jadi bukan
disebabkan oleh ketiadaan manajemen risiko, tetapi disebabkan oleh faktor lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa meningkatnya tingkat profitabilitas belum
tentu mampu meningkatkan luas pengungkapan ERM perusahaan.
4.2.9. Pengaruh Tingkat Leverage terhadap Pengungkapan ERM