Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Keberhasilan Agrowisata

2. Agrowisata Ruang Terbuka Buatan

Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasan-kawasan spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Demikian pula teknologi yang diterapkan diambil dari budaya masyarakat lokal yang ada, diramu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan produk ataraksi agrowisata yang menarik. Fasilitas pendukung untuk akomodasi wisatawan dapat disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern, namun tidak mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada. Kegiatan wisata ini dapat dikelola oleh suatu badan, sedang pelaksana atraksi parsialnya tetap dilakukan oleh petani lokal yang memiliki teknologi yang diterapkan.

2.2.4. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Keberhasilan Agrowisata

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan keberhasilan suatu agrowisata. Dalam kaitannya dengan atraksi yang ditawarkan sebagai obyek wisata, Utama 2007 mengidentifikasikan faktor-faktor tersebut sebagai berikut: 1. Kelangkaan. Jika wisatawan melakukan wisata di suatu kawasan agrowisata,wisatawan mengharapkan suguhan hamparan perkebunan atau taman yang mengandung unsur kelangkaan karena tanaman tersebut sangat jarang ditemukan pada saat ini. 2. Kealamiahan Agrowisata merupakan jenis obyek wisata yang mengandalkan keindahan panorama atau lingkungan alaminya. Sehingga sifat kealamiahan atraksi agrowisata, juga sangat menentukan keberlanjutan dari agrowisata yang dikembangkan. Jika obyek wisata tersebut telah tercemar atau penuh dengan hal yang sifatnya tidak alamiah , pengunjung akan merasa tidak puas dan enggan untuk berkunjung kembali. 3. Keunikan Keunikan dalam hal ini adalah sesuatu yang benar-benar berbeda dan tidak ditemui di tempat lain. Keunikan yang ada dapat berupa budaya, tradisi, dan teknologi lokal, atau atraksi dan paket wisata yang ditawarkan. 4. Pelibatan Tenaga Kerja Agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat setempat, pengembangan agrowisata hendaknya dapat berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja dari masyarakat dimana agrowisata tersebut didirikan. 5. Optimalisasi Penggunaan Lahan Pengembangan agrowisata hendaknya dapat mengelola penggunaan lahan secara optimal sesuai dengan kapasitasnya. Tetapi dalam pengelolaannya juga harus diperhatikan agar tidak mengarah pada eksploitasi lahan secara berlebihan. 6. Keadilan dan Pertimbangan Pemerataan Pengembangan agrowisata harus dapat menggerakkan perekonomian masyarakat secara keseluruhan, baik masyarakat petanilokal, penanam modalinvestor, dan regulator. Hal ini dapat dilakukan dengan koordinasi didalam pengembangan secara detail dari input-input yang ada. 7. Penataan kawasan Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk kawasan obyek wisata yang menarik. Sedangkan menurut Spillane dalam Utama 2007, untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata termasuk juga agrowisata ada lima unsur yang harus dipenuhi, yaitu : 1. Attraction atraksi. Dalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah hamparan kebunlahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian tersebut. 2. Facilities fasilitas. Fasilitas yang diperlukan mungkin berupa penambahan sarana umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar. 3. Infrastructure. Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan, jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi, sistem pembuangan kotoranpembuangan air, jalan raya, dan sistem keamanan. 4. Transportation transportasi. Unsur tranportasi meliputi sistem tranportasi umum, sistem keamanan penumpang, sistem informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, dan peta kota atau obyek wisata. 5. Hospitality keramah-tamahan. Keramah-tamahan masyarakat atau petugas di obyek wisata akan menjadi cerminan keberhasilan sebuah sistem pariwisata yang berhasil 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu 2.3.1. Penelitian di Kebun Wisata Pasirmukti Oktaviani 2006 dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Kepuasan Pengunjung Terhadap Kinerja Kebun Wisata Pasir Mukti dan Implikasinya Terhadap Bauran Pemasaran” menggunakan Metode Deskriptif, Important Performance Analysis IPA Indeks Kepuasan Pelanggan IKP dan Analisis Varian Rangking Dua Arah Friedman dalam penelitiannya. Berdasarkan penelitiannya, atribut promosi dan sarana promosi memiliki tingkat kepentingan yang tinggi akan tetapi kinerjanya masih dinilai rendah oleh responden sehingga perbaikan terhadap atribut promosi ini perlu dilakukan dengan segera prioritas utama. Aryanto 2006 dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Strategi Pengembangan Kebun Wisata Pasirmukti KaWePe Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor” menggunakan IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSPM dalam penelitiannya. Berdasarkan penelitiannya, kurangnya sosialisasi dan promosi menjadi Kelemahan Weakness-W dalam evaluasi faktor internal Internal Factor Analysis-IFE, sehingga perusahaan sebaiknya mulai meningkatkan program promosinya dengan tetap mengedepankan peningkatan kualitas.