3.1.11. Analytical Hierarchy Process AHP
Analytical Hierarchy Process , selanjutnya disebut AHP, merupakan satu
model yang fleksibel yang memungkinkan pribadi atau kelompok-kelompok untuk membentuk gagasan-gagasan dan membatasi masalah dengan membuat
asumsi dugaan mereka sendiri dan menghasilkan pemecahan yang diinginkan mereka. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty,
seorang ahli matematika dari University of Pittsburgh, Amerika Serikat, pada awal tahun 1970-an. AHP membantu dalam menganalisis suatu persoalan
kompleks menjadi persoalan yang lebih mudah dipahami. Selain itu, AHP memandang masalah dalam suatu kerangka berfikir yang terorganisir dan
sederhana, sehingga memungkinkan untuk mengambil keputusan yang efektif. Prinsip kerja AHP pada dasarnya memecah situasi yang kompleks dan tak
terstruktur ke dalam bagian-bagian komponennya, kemudian menata bagian atau variabel ke dalam suatu hirarki. Selanjutnya, memberi nilai numerik pada
pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya suatu variabel, dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana yang memiliki
prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Selain itu, AHP juga menguji konsistensi pilihan. Apabila terjadi
penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsisten sempurna, maka penilaian perlu diperbaiki atau hirarki harus distruktur ulang.
Ada tiga prinsip utama yang harus dipahami untuk memecahkan persoalan dengan analisa logis eksplisit, yaitu:
1. Prinsip menyusun hirarki
Dalam menyusun hirarki, perusahaan berusaha untuk menggambarkan dan menguraikan permasalahan atau realitas secara hirarki. Untuk memperoleh
pengetahuan terinci, persoalan yang kompleks disusun ke dalam bagian elemen pokoknya dan kemudian bagian ini dimasukkan ke dalam bagiannya
lagi, dan seterusnya sehingga akhirnya persoalan yang kompleks tersebut dapat dipecahkan menjadi unsur-unsur yang terpisah.
2. Prinsip menentukan prioritas
Penetapan prioritas yang dimaksud adalah menetapkan peringkat elemen- elemen menurut relatif pentingnya.
3. Prinsip konsistensi logis
Konsistensi logis adalah menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang
logis. Metode AHP didasarkan pada penilaian orang yang ahli di bidang yang
sedang dipermasalahkan. Peralatan utama AHP adalah suatu hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Keahlian, pengalaman, dan wawasan
yang luas sangat diutamakan dalam data yang diperlukan untuk memberikan suatu penilaian yang tepat terhadap variabel keputusan yang dijadikan kriteria
pemilihan. Untuk pengambilan suatu keputusan yang besar, metode AHP juga dapat melibatkan banyak orang atau kelompok. Partisipasi seringkali tidak mudah
dalam pelaksanaannya. Hal yang diterapkan pada analisis AHP adalah kualitas dari responden,
bukan kuantitas respondennya. Oleh karena itu, metode AHP dapat dilakukan
hanya berdasarkan penilaian satu orang saja, dengan syarat orang tersebut merupakan orang yang ahli pada bidang yang dipermasalahkan. Walaupun hanya
satu orang, metode AHP mampu menyajikan suatu analisis kuantitatif serta kualitatif yang memadai.
Tahapan kerja pengolahan data dengan menggunakan metode AHP terdiri dari: 1.
Mendefinisikan permasalahan dan merinci permasalahan permasalahan yang diinginkan.
Untuk mengetahui permasalahan promosi di KaWePe dilakukan dengan mempelajari literatur, wawancara dengan responden, dan melakukan
observasi di perusahaan untuk mendapatkan dan konsep yang relevan terhadap permasalahan. Langkah awal yang dilakukan adalah
mengidentifikasi dan merinci variabel-variabel yang mempengaruhi penentuan trategi promosi serta keterkaitan antara variabel tersebut, untuk
kemudian dijadikan dasar pembuatan hirarki yhang memudahkan proses pengolahan data dan interpretasi hasil olahan data.
2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh.
Hirarki adalah alat yang paling mudah untuk memahami masalah yang kompleks dimana masalah tersebut diuraikan ke dalam elemen-elemen yang
bersangkutan, menyusun elemen-elemen tersebut secara hirarkis dan akhirnya melakukan penilaian atas elemen-elemen tersebut sekaligus menentukan
keputusan mana yang akan diambil. Proses penyusunan elemen-elemen secara hirarkis meliputi pengelompokan elemen-elemen dalam komponen
yang sifatnya homogen dan menyusun komponen-komponen tersebut dalam level hirarki yang tepat.Hirarki juga merupakan abstraksi struktur suatu
sistem yang mempelajari fungsi interaksi antara komponen dan juga dampak- dampaknya pada sistern. Abstraksi ini mempunyai bentuk saling berkaitan,
tersusun dan suatu puncak atau sasaran utama ultimate goal turun ke sub- sub tujuan tersebut, lain kepelaku aktor yang memberi dorongan, turun
ketujuan-tujuan pelaku, kemudian kebijakan-kebijakan, strategi-strategi tersebut. Dengan demikian hirarki adalah sistem yang tingkatan-tingkatan
level keputusannya berstratifikasi dengan beberapa elemen keputusan pada setiap tingkatan keputusan. Secara umum hirarki dapat dibagi dua jenis, yaitu:
1 Hirarki Struktural, menguraikan masalah yang kompleks diuraikan
menjadi bagian-bagiannya atau elemen-elemennya menurut ciri atau besaran tententu sepenti jumlah, bentuk, ukuran atau warna.
2 Hirarki Fungsional , menguraikan masalah yang kompleks menjadi
bagian-bagiannya sesuai hubungan essensialnya Misalnya masalah pemilihan pemimpin dapat diuraikan menjadi tujuan utama yaitu mencari
pemimpin, kriteria pemimpin yang sesuai dan alternatif pemimpin- pemimpin yang memenuhi syarat. Penyusunan hirarki atau struktur
keputusan dilakukan untuk menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan yang teridentifikasi.
Abstraksi susunan hirarki keputusan dapat dilihat dibawah ini: Level 1 : FokusSasaran Utama
Level 2 : FaktorkriteriaFlF2 F3 Level 3 : FaktorAl A2 A3
Level 4 : Obyektif010203 Level 5 :Alternatif SIS2
Tidak ada aturan yang pantang dilanggar untuk menyusun hierarki Saaty, 1993. Setiap hirarki tidak perlu selalu terdiri dari 5 level, banyaknya level
tergantung pada permasalahan yang sedang dihadapi. Tetapi untuk setiap permasahan, level 1 fokussasaran, level 2 faktorkriteria, dan level 5
alternatif harus selalu ada. Contoh model struktur AHP 2 level dengan n kriteria dan m alternatif dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6. Model Struktur AHP 2 Level dengan n Kriteria dan m Alternatif
Sumber : Saaty, 1993
Tiap tingkatan dan hirarki keputusan mempengaruhi faktor puncak atau tujuan utama dengan intensitas yang berbeda. Melalui penerapan teori
matematika pada hirarki dapat dikembangkan suatu metode yang mengevaluasikan dampak dari suatu tingkat keputusan terdekat diatasnya,
yaitu berdasarkan komposisi kontribusi relatif prioritas dan tiap elemen pada tingkat keputusan terhadap setiap elemen dan tingkat keputusan
terdekat. 3.
Menyusun Matriks Pembandingan Berpasangan MPB Matriks Pembandingan Berpasangan MPB dimulai dari puncak hirarki yang
merupakan dasar untuk melakukan pembandingan berpasangan antar elemen terkait yang ada di bawahnya. Pembandingan berpasangan pertama dilakukan
pada elemen tingkat kedua terhadap fokus yang ada di puncak hirarki. 4.
Mengumpulkan semua pembandingan yang dilakukan dari hasil perbandingan yang diperoleh pada langkah 3.
Melakukan pembandingan berpasangan antar setiap elemen pada kolom ke-i dengan setiap elemen pada baris ke-j, yang berhubungan dengan fokus.
Menurut perjanjian, suatu elemen yang ada di kolom sebelah kiri selalu dibandingkan dengan elemen-elemen yang ada di baris puncak.
Pembandingan berpasangan antar elemen-elemen tersebut dilakukan dengan pertanyaan “seberapa penting elemen baris ke-i mempengaruhi atau
mendominasi fokus permasalahan, dibandingkan dengan kolom ke-j?” Untuk mengisi MPB menggunakan skala banding yang terdapat pada tabel 5.
Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian diatas garis diagonal dari kiri atas ke kanan bawah.
Tabel 6. Nilai Skala Banding Berpasangan
Nilai skala
Definisi Penjelasan
1 Elemen yang satu sama
pentingnya dibanding dengan elemen yang lain equal
importance Kedua elemen menyumbang
sama besar pada sifat tersebut
3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting dari pada elemen yang lain moderate more importance
Pengalaman menyatakan sedikit memihak pada satu elemen
5 Elemen yang satu jelas lebih
penting dari pada elemen yang lain essential,strong more
importance Pengalaman menunjukkan secara
kuat memihak pada satu elemen
7 Elemen yang satu sangat jelas
lebih penting dari pada elemen yang lain demonstrated
importance Pengalaman menunjukkan secara
kuat disukai dan didominasi oleh sebuah elemen tampak dalam
praktek
9 Elemen yang satu mutlak lebih
penting dari pada elemen yang lain absolutely more
importance Pengalaman menunjukkan satu
elemen sangat jelas lebih penting
2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua
nilai yang berdekatan grey area Nilai ini diberikan bila
diperlukan kompromi Kebalika
n nilai- nilai
diatas Bila nilai-nilai diatas dianggap membandingkan antara elemen A
dan B, maka nilai-nilai kebalikan 12, 13, ……….19 digunakan untuk membandingkan kepentingan B terhadap A
Sumber: Saaty, 1993
5. Memasukkan nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama.
Angka 1 sampai 9 digunakan bila F1 lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat F fokus dibandingkan dengan F2. Sedangkan F1 kurang mendominasi
atau kurang mempengaruhi identifikasi masalah dibandingkan F2, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks dibawah garis diagonal utama diisi
dengan nilai kebalikannya. Misalnya bila elemen F12 memiliki nilai 8, maka nilai F21 adalah 18
6. Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam
hirarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen di setiap tingkat hirarki,
berkenaan dengan kriteria elemen diatasnya. Matriks pembandingan dalam model AHP dibedakan menjadi Matriks Pendapat Individu MPI dan Matriks
Pendapat Gabungan MPG. MPI adalah matriks hasil pembandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan a
ij,
yaitu elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j Gambar 7
G …
… …
… ... … … … … …
…
Gambar 7. Matriks Pendapat Individu
Sumber : Saaty, 1993
7. Menghitung Rasio Inkonsistensi pada setiap MPI
Perhitungan rasio inkonsistensi pada kedua MPI dilakukan dengan menggunakan software expert choice 2000. Tujuannya adalah untuk
mengetahui MPI mana yang tidak memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi kurang dari atau sama dengan 10 persen.
8. Revisi Pendapat
Revisi pendapat dilakukan jika rasio inkonsistensi pendapat cukup tinggi yaitu lebih besar dari 10 persen. Nilai yang tinggi ini, menunjukkan adanya
nilai-nilai perbandingan antar elemen yang tidak logis. Nilai-nilai MPI dapat diubah-ubah oleh individu yang bersangkutan hingga diperolah hasil yang
memuaskan. 9.
Menyusun Matriks Gabungan MPG adalah susunan matriks baru yang elemennya g
ij
berasal dari rata-rata geometriks pendapat-pendapat individu yang memenuhi persyaratan
konsistensi, dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. MPG dapat dilihat pada
Gambar 8.
G …
… …
… ... … … … … …
…
Gambar 8 Matriks Pendapat Gabungan
Saaty, 1993
Syarat-syarat MPG yang bebas dari konflik antara lain: 1 Pendapat masing- masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki selisih kurang dari
empat satuan antara nilai pendapat individu yang tertinggi dengan yang terendah, dan 2 Tidak terdapat angka kebalikan resiprokal pada baris dan
kolom yang sama. Rata-rata geometrik dapat diperoleh dengan menggunakan rumus matematika :
G
ij
=
k
Dimana : Gij
= elemen MPG baris ke-i dan kolom ke-j a
ij k
= elemen baris ke-i dan kolom ke-j dari MPI ke-k k
= indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi syarat m
= jumlah MPI yang memenuhi syarat
= akar pangkat m = perkalian dari elemen k=1 sampai k=m
10. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas
Pengolahan matriks pendapat dari dua tahap, yaitu pengolahan horizontal dan pengolahan vertikal, yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu hitung
kalkulator. Pengolahan horizontal dilakukan setelah matriks pendapat yang akan diolah telah siap dan lengkap dengan elemennya.
a. Pengolahan Horisontal. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada
pengolahan horisontal ini adalah: • Jumlahkan setiap elemen dalam masing-masing kolom MPG
yang telah terisi, dan dapatkan vektor baris C
j
: Formulasinya :Cj = [c
j
] dan c
j
= • MPG yang ada dinormalisasi dengan cara membagi setiap
elemen matriks pada setiap elemen matriks pada setiap kolom dengan elemen vektor baris C
j
pada kolom tersebut yang telah didapat dari pengolahan pada langkah pertama.
Formulasinya : d
ij
= Dimana :
d
ij
= elemen MPG setelah dinormalisasi pada baris ke-i dan kolom ke-j a
ij
= elemen MPG sebelum dinormalisasi pada baris ke-i dan kolom ke-j c
j
= elemen vektor baris Cj
• Elemen-lemen matriks normalisasi yang berada dalam satu baris dijumlahkan dan dapatkan vektor kolom Ei dengan ei
sebagai elemen-elemennya. Formulasinya : e
i
=
ij
• Membagi tiap elemen vektor kolom Ei dengan jumlah baris MPG atau jumlah kolomnya, untuk memperoleh
eigenvectorvektor
i
prioritas. Formulasinya : f
i
= • Perhitungan Nilai Eigen Maks λ
maks
dengan rumus : VA = a
ij
x VP dengan VP = Vektor Prioritas; VA = va
i
VB = dengan VB = vb
i
λ
maks = i
dengan i = 1, 2, 3, …, n • Perhitungan indeks Inkonsistensi CI dengan rumus :
CI = • Perhitungan rasio inkonsistensi CI dengan rumus :
CR = dengan RI = konstanta indeks acak Tabel 7
Tabel 7. Konstanta Indeks Acak RI
Jumlah Kriteria Indeks Acak
Jumlah Kriteria Indeks Acak
1 2
3 4
0,00 0,00
0,58 0,90
9 10
11 12
1,45 1,49
1,51 1,53
5 6
7 8
1,12 1,24
1,32 1,41
13 14
15 1,56
1,57 1,59
b. Pengolahan Vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap
elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Pengolahan vertikal dilakukan setelah pengolahan
horisontal selesai dilaksanakan. Hasil akhir dari pengolahan ini merupakan bobot prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat
hirarki keputusan paling bawah terhadap sasaran utama. Apabila CV
ij
didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka dapat diformulasikan :
CV
ij
=
ijt, i-1
x VW
ti-1
Keterangan : CV
ij
= Nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i
CH
ijt, i-1
= Nilai prioritas elemen ke-i pada level ke-j terhadap elemen
ke-t pada tingkat diatasnya i-1, yang diperoleh dari pengolahan horisontal
VW
ti-1
= Nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke i- 1 terhadap sasaran utama fokus, yang diperoleh dari
hasil pengolahan vertikal s
= Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke i-1 i, j, t
= 1, 2, 3, …………,n
11. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki
Langkah terakhir adalah mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas utama kinerja
yang menjadi dasar pembandingan, dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks inkonsistensi
acak yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Cara yang sama digunakan, dimana setiap indeks inkonsistensi acak juga dikalikan dengan
bobot berdasarkan prioritas kriteria yang menjadi dasar pembandingan, dan hasilnya dijumlahkan. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensi
hirarki harus bernilai kurang dari atau sama dengan 10 persen. Hasil dari pengolahan tersebut akan menunjukkan mana yang menjadi
prioritas untuk setiap hirarki, yang kemudian akan disusun strategi promosi yang sesuai untuk dijalankan Kebun Wisata Pasirmukti. Setelah diperoleh strategi
promosi yang sesuai, diharapkan akan memberikan hasil yang diinginkan oleh perusahaan.
Pada penilaian jawaban hasil kuisioner dengan metode AHP, dapat diketahui mana hasil jawaban yang konsisten dan tidak konsisten. Hal tersebut
dapat diketahui dengan melihat rasio inkonsistensinya. Apabila berada di batas normal, yaitu antara 0,00 sampai 0,1, berarti kuisioner telah diisi dengan jawaban
yang konsisten dan menunjukkan bahwa informasi yang diberikan dapat digunakan untuk penelitian. Namun apabila berada di luar batas tersebut lebih
dari 0,1 maka perlu dilakukan pengulangan pengisian kuisioner untuk didapat hasil yang konsisten. Bila nilai rasio inkonsistensinya adalah tepat 0,00,
menunjukkan hasil yang konsisten sempurna.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Pada proses pendiriannya, KaWePe memiliki misi utama untuk menjadikan obyek wisata agronya sebagai ajang pembelajaran dan mengenalkan
dunia pertanian, khususnya pada generasi muda. Misi utama perusahaan diwujudkan dalam berbagai atraksi dan paket wisata yang ditawarkan yang tidak
hanya menjual keindahan alam, tetapi juga menjadi sarana edukasi pertanian. Hal inilah yang menjadi keunikan tersendiri bagi KaWePe. Keunikan yang dimiliki ini
sekaligus juga merupakan keunggulan produk bagi KaWePe. Sebagai obyek wisata agro yang masih tergolong baru, KaWePe harus
mampu merebut pangsa pasar atau menciptakan pangsa pasar baru dan menarik pengunjung sebanyak-banyaknya. Hal ini dilakukan agar KaWePe mampu
memenuhi target jumlah pengunjung yang selalu meningkat setiap tahunnya. Untuk dapat melakukan hal tersebut, KaWePe harus memiliki keunikan dan
keunggulan tersendiri dalam produknya serta mampu mengkomunikasikannya dengan baik kepada masyarakat sebagai calon konsumen. Dalam konteks inilah
diperlukan suatu rumusan strategi promosi yang tepat. Jika sebelumnya KaWePe hanya melakukan kegiatan promosi dengan
melakukan presentasi ke sekolah-sekolah dan mengandalkan promosi dari mulut ke mulut, saat ini KaWePe telah mulai melakukan berbagai aktivitas promosi
yang lain. Pengembangan aktivitas promosi yang lainpun mulai dipertimbangkan. Tetapi dari berbagai aktivitas promosi yang dilakukan tersebut harus benar-benar
efektif dan sesuai dengan skala prioritasnya, sehingga sumberdaya yang dikeluarkan dalam aktivitas promosi dapat sebanding dengan hasil yang diperoleh.