78 Kemudian jika dikaitkan dengan nilai-nilai kewirausahaan, seorang
siswa yang memiliki kemampuan metakognitif harapannya siswa tersebut sadar akan nilai-nilai kewirausahaan yang dimilikinya. Dengan metakognitif,
setiap langkah dan tindakan dilakukan dengan penuh pertimbangan, sehingga kemampuan metakognitif diduga mempengaruhi nilai-nilai kewirausahaan
yang merupakan watak, jiwa, dan perilaku, serta moralistik yang ada pada tiap siswa.
4. Pengaruh Adversity Intelligence terhadap Nilai-nilai Kewirausahaan
Adversity lntelligence adalah suatu kemampuan untuk bertahan menghadapi kesulitan dan kemampuan untuk mengatasi kesulitan. Hal
tersebut sangat erat kaitannya dengan konsep kewirausahaan. Di dalam kewirausahaan tentunya berhubungan dengan sesuatu yang tidak pasti, selalu
dihadapkan dengan resiko, dan selalu menerima tantangan. Seorang wirausaha harus memiliki sikap mental yang positif, memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi, berani menghadapi kesulitan, dan tidak mudah menyerah. Semakin tinggi tingkat adversity intelligence yang dimiliki
seseorang tentunya orang tersebut akan memiliki ketahanan yang tinggi dalam menghadapi masalah.
Nilai-nilai kewirausahaan adalah berupa watak, jiwa, dan perilaku yang selalu bekerja keras, tegas, mengutamakan prestasi, keberanian
mengambil resiko, produktivitas, kreativitas, inovatif, kualitas kerja, komitmen, dan kemampuan mencari peluang. Selanjutnya, memiliki nilai
moralistik meliputi keyakinan atau kepercayaan diri, kehormatan,
79 kepercayaan, kerja sama, kejujuran, dan keutamaan. Harapannya jika seorang
siswa memiliki adversity intelligence yang tinggi maka ia juga memiliki nilai-nilai kewirausahaan yang kuat sehingga siswa tersebut nantinya setelah
lulus dari SMK berani untuk membuka wirausaha dan tidak menggantungkan nasibnya pada sebuah perusahaan untuk menjadi seorang karyawan.
5. Pengaruh Relasi Sosial terhadap Nilai-nilai Kewirausahaan
Dalam kehidupan sehari-hari seorang siswa, tentunya tidak terlepas dari hubungan sosial dengan individu lainnya mengingat bahwa manusia
merupakan mahkluk sosial. Relasi sosial terbentuk dari lingkungan sekolah dan juga di luar lingkungan sekolah. Di dalam relasi sosial tersebut tentunya
akan terbentuk sebuah kelompok, komunitas, atau bahkan organisasi. Relasi sosial tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif ataupun pengaruh
negatif kepada siswa tersebut. Pola pikir siswa yang masih labil biasanya terpengaruh oleh
lingkungannya, jika dalam lingkungan pergaulannya banyak menemui orang orang yang bekerja sebagai karyawan atau pegawai, maka kemungkinan
individu tersebut memiliki keinginan ketika setelah lulus SMK dia akan menjadi seorang karyawan. Kemudian jika dalam pergaulan siswa tersebut
lebih banyak menemui seorang wirausaha maka tidak menutup kemungkinan akan mempengaruhi nilai-nilai kewirausahaan yang dimiliki oleh siswa
tersebut, sehingga nantinya ketika lulus SMK siswa tersebut berkeinginan untuk menekuni wirausaha.
80
D. Paradigma Penelitian