25
kewajibannya b. Melakukan apa yang
diucapkan c. Disiplin
8 Komitmen
Kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh
seseorang a. Menepati janji
b. Mematuhi peraturan 9
Kerja sama Perilaku yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya mampu menjalin
hubungan dengan orang lain dalam melaksanakan
tindakan dan pekerjaan. a. Tidak memilih-milih
teman b. Tidak mementingkan
ego c. Senang bekerja
kelompok
Terlihat pada tabel diatas terdapat sembilan butir nilai-nilai
kewirausahaan, kesembilan
butir tersebut
dirumuskan dengan
pertimbangan dapat mewakili nilai-nilai kewirausahaan yang telah dikemukakan sebelumnya. Butir percaya diri menunjukkan sikap
mandiri, kemudian keuletan dan kerja keras merupakan bagian dari butir berorientasi pada tugas dan hasil, keberanian mengambil resiko
menunjukkan motivasi kuat untuk suskses. Sifat kepemimpinan mewakili dari sikap jujur, komunikatif,
lalu berorientasi ke masa depan merupakan adaptasi dari realistis dan rasa ingin tahu, butir keorisinilan mewakili kreativitas dan inovasi,
disiplin merupakan bagian dari butir tanggung jawab, selanjutnya ditambahkan butir komitmen, dan kerja sama.
2. Adversity Intelligence
a. Definisi Adversity Intelligence
Adversity Intelligence atau sering juga dikenal sebagai Adversity quotient AQ adalah suatu konsep mengenai kualitas pribadi yang
dimiliki seseorang untuk menghadapi berbagai kesulitan dan dalam usaha
26 mencapai kesuksesan di berbagai bidang hidupnya Paul G stoltz, 2000:
9. Dal am kamus bahasa Inggris, kata “ adversity” di artikan dengan
kesengsaraan dan kemalangan, sedangkan “Intelegence” diartikan dengan kecerdasan. Stoltz 2000: 9 menekankan pada unsur kesulitan
adversity sebagai faktor penentu terhadap kesuksesan seseorang. Adversity Intelligence menginformasikan pada individu mengenai
kemampuannya dalam menghadapi sebuah keadaan atau situasi yang sulit adversity dan kemampuan untuk mengatasinya, meramalkan
individu yang mampu dan tidak mampu menghadapi kesulitan, meramalkan mereka yang akan melampaui dan mereka yang akan gagal
melampaui harapan-harapan atas kinerja dan potensi yang dimiliki, dan meramalkan individu yang akan menyerah dan yang akan bertahan dalam
menghadapi kesulitan. Stoltz 2000: 9 secara ringkas menjelaskan Adversity Quotient
sebagai kapasitas manusia dalam bentuk pola-pola respon yang dimiliki seseorang dalam mengendalikan dan mengarahkan situasi yang sulit,
mengakui dan memperbaiki situasi yang sulit, mempersepsikan jangkauan situasi yang sulit dan mempersepsikan jangka waktu
terjadinya kesulitan di berbagai aspek dalam hidupnya. Konsep ini merupakan satu kerangka kerja yang dapat diukur karena memiliki alat
yang dikembangkan dengan dasar ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui kecenderungan dan memahami aspek-aspek dari kesuksesan
seseorang dalam merespon keadaan sulit. Definisi kesuksesan yang
27 dikemukakan oleh Stolz 2000: 38 adalah tingkat dimana seseorang
bergerak maju untuk mencapai misinya, meskipun banyak hambatan atau kesulitan yang dihadapi. Faktor tersebut adalah Adversity quotient AQ.
Apakah yang dimaksud AQ? AQ merupakan kecerdasan yang dimiliki seseorang ketika menghadapi permasalahan, atau bisa dikatakan
merupakan kecerdasan daya juang seseorang. Stolz 2000:9 mengatakan bahwa AQ:
1 AQ menjelaskan kepada kita bagaimana sebaiknya tetap bertahan pada masa-masa kesulitan dan meningkatkan kemampuan kita untuk
mengatasinya. 2 AQ memprediksi siapa saja yang akan dapat mengatasi kesulitan dan
siapa saja yang tidak akan dapat mengatasinya. 3 AQ memprediksi siapa saja yang akan memiliki harapan yang tinggi
terhadap kinerjanya dan siapa yang tidak. 4 AQ memprediksi siapa yang menyerah dan yang tidak.
Menurut Stoltz 2000: 18-20 ada tiga respon terhadap kesulitan yang diilustrasikan sebagai pendakian sebuah gunung:
1 Mereka yang berhenti quitters, yaitu orang yang berhenti ditengah pendakian, gampang putus asa, dan mudah menyerah, mudah puas
dengan pemuas kebutuhan dasar fisiologis saja, cenderung pasif, tidak bergairah untuk mencapai puncak keberhasilan. Kelompok ini
cenderung menolak perubahan karena kapasitasnya yang minimal.
Quitters juga dapat diartikan sebagai orang atau individu yang
28 sekedarnya hanya bekerja dan hidup. Mereka tidak tahan pada serba-
serbi yang berisi tantangan. Mudah putus asa dan menarik diri ditengah jalan. Tipe quitters memiliki ciri-ciri:
a Memilih untuk keluar, menghindari kewajiban, mundur dan berhenti
b Menghentikan pendakian c Menolak kesempatan yang telah diberikan
d Meninggalkan dorongan inti untuk merdeka e Murung, sinis, mudah menyalahkan orang lain, sirik
2 Mereka yang tidak sampai ke puncak pendakian, stolz menyebutnya sebagai campers, tidak mencapai puncak, sudah puas dengan apa
yang dicapai, orang seperti ini yang sedikit lebih baik dari quitters, yaitu masih mengusahakan terpenuhinya kebutuhan rasa aman dan
keamanan dan kebersamaan, serta masih bisa melihat dan merasakan tantangan pada skala hirarki Maslow. Kelompok ini juga tak tinggi
kapasitasnya untuk perubahan karena terdorong oleh ketakutan dan hanya mencari keamanan dan kenyamanan. Dalam menghadapi
kesulitan akan menimbang resiko dan imbalan sehingga tak pernah mencapai apa yang seyogyanya dapat tercapai
dengan potensinya. Campers juga dapat disebut sebagai golongan orang yang bersifat
banyak perhitungan. Walaupun memiliki keberanian menghadapi tantangan namun selalu memertimbangkan resiko yang akan
dihadapi. golongan ini tidak ngotot untuk menyelesaikan pekerjaan
29 karena berpendapat sesuatu yang secara terukur akan mengalami
resiko. Tipe ini memiliki ciri-ciri: a Sudah melakukan sedikit lalu berhenti ditengah jalan
b Melepaskan kesempatan untuk maju c Mudah puas dengan apa yang telah dicapai
3 Mereka yang sampai di puncak pendakian, pendaki climbers yaitu orang yang selalu berupaya mencapai puncak pendakian yaitu
kebutuhan aktualisasi diri pada skala kebutuhan Maslow, siap menghadapi berbagai rintangan. Kelompok ini memang menantang
perubahan-perubahan. Kesulitan ataupun krisis akan dihadapi walaupun perlu
banyak energi, dedikasi dan pengorbanan. Climbers
dapat juga disebut sebagai golongan yang ulet dengan segala resiko yang mungkin akan muncul sehingga harus dia hadapi serta mampu
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. tipe orang yang memiliki ciri-ciri:
a Orang yang memiliki pikiran terus tentang peluang b Tidak memikirkan suatu hal sebagai hambatan
c Tidak menyesali kebelum berhasilan d Pembelajar seumur hidup
b. Kontribusi Adversity Intelligence