Berdasarkan jenisnya pengetahuan dapat digolongkan menjadi dua yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah
pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan dari pakar berdasarkan hasil wawancara, sementar pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan-pengetahuan
yang telah dibukukan. Pada penelitian ini dilakukan pencarian pengetahuan sesuai kebutuhan petani dan jenis pengetahuan baik tacit maupun eksplisit. Berikut
adalah penjelasan mengenai pengetahuan tacit dan eksplisit dikumpulkan dari penelitian ini :
4.2.1. Pengetahuan Tacit
Pengetahuan tacit diperoleh dari pengalaman pakar agribisnis cabai dan petani. Pakar merupakan orang yang dianggap telah memiliki kemapuan dan
pengalaman yang baik dan diakui dalam kegiatan agribisnis cabai Capsicum annuuum. L. Pakar-pakar tersebut digolongkan sesuai dengan jenis keahliannya
sehingga dapat mendukung dalam pencarian pengetahuan tacit. Bidang keahlian menentukan seberapa faham seorang pakar dalam memahami kasus-kasus yang
dihadapi petani di lapangan. Berdasarkan jenis keahliannya terdapat tiga bidang keahlian yang
kemudian menjadi nara sumber dalam pencarian pengetahuan yaitu : 1 Ahli teknologi dan sistem informasi, 2 Pakar Agronomi dan Hortikultura, dan 3
Pakar Proteksi Tanaman. Selain itu dalam pencarian pengetahuan tacit juga melibatkan petani sebagai pelaku agribisnis cabai di lapangan.
Pakar agronomi dan hortikultura yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah Prof. Dr. Sriani Sujiprihati, M.S. Selanjutnya pakar proteksi tanaman yang
dilibatkan adalah Dr. Widodo. Petani yang menjadi narasumber adalah Sukoyo, sebagai petani cabai di daerah Liwa, Lampung Barat. Ketiga nara sumber yang
disebutkan diatas merupakan sumber utama pengetahuan tacit yang akan menjadi basis pengetahuan dalam sistem konsultasi agribisnis cabai yang dibangun.
Untuk mendapatkan pengetahuan tacit peneliti melakukan wawancara dan diskusi forum group discussion dengan pakar. Diskusi terbuka dipilih agar pakar
dapat mengeluarkan
semua pengetahuan
yang dimiliki
dan dapat
ditransformasikan menjadi pengetahuan yang dapat disimpan pada tahapan selanjutnya dari penelitian ini. Wawancara digunakan untuk memperoleh
pengetahuan yang terarah dan dapat digunakan sebagai basis pengetahuan knowledge based. Pengetahuan tacit yang digali melingkupi pengetahuan teoritis
dan pengalaman lapangan yang pernah dialami oleh pakar dan petani. Selain itu peneliti juga melakukan pengamatan langsung pada kegiatan budidaya pertanian
cabai di daerah Liwa, Lampung Barat untuk memperkuat dan mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan tacit yang sudah diterapkan.
Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara yang dilakukan maka pengetahuan-pengetahuan tacit yang diperoleh meliputi pengetahuan budidaya
tanaman cabai dan proteksi tanaman. Tabel 2 menjelaskan secara detail pengetahuan, metode pencarian pengetahuan yang digunakan, dan sumber
pengetahuan pakar. Tabel 2. Jenis dan Sumber Pengetahuan Tacit
No Pengetahuan
Metode Pencarian
Pengetahuan Sumber
Pengetahuan
1 Budidaya Tanaman Cabai
1. Pakar Agronomi dan Hortikultura
Prof. Dr. Sriani Sujiprihati,
Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Institut Pertanian
Bogor 2. Petani Sukoyo ;
petani cabai di daerah Liwa,
Lampung Barat. a. Pemilihan benih cabai dan
kesesuaian lahan. Diskusi,
wawancara, pengamatan
lapangan b. Penentuan dosis pupuk
dasar berdasarkan jenis tanah dan ketersediaan hara
di lokasi penanaman cabai. Diskusi,
wawancara, pengamatan
lapangan c. Penentuan Dosis Nutrisi
pupuk tambahan dalam bentuk kocor ataupun
semprot melalui daun pada kegiatan budidaya.
Diskusi, wawancara,
pengamatan lapangan
No Pengetahuan
Metode Pencarian
Pengetahuan Sumber
Pengetahuan
2 Proteksi Tanam
Pakar Proteksi tanaman Dr. Ir.
Widodo ; Klinik tanaman
Departemen Proteksi tanaman,
Institut Pertanian Bogor
a. Diagnosa Penyakit dan Penanggulangannya
Diskusi dan
wawancara b. Identifikasi dan
Penanggulangan Diskusi
dan wawancara
4.2.2. Pengetahuan Ekplisit
Pengetahuan eksplisit terkait kegiatan agribisnis cabai Capsicum annuum. L adalah pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh dari keahlian pakar dalam
menggunakan berbagai peralatan dan metodologi. Pengetahuan-pengetahuan eksplisit yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari literatur-literatur
yang ditulis dan disusun oleh pakar-pakar pertanian. Tulisan-tulisan tersebut berupa best practice budidaya cabai, publikasi ilmiah, buku-buku, standar
operating prosedur SOP dan sumber-sumber lain yang relevan. Literatur-literatur
tersebut dikumpulkan
dan dipelajari
dan direpresentasikan dalam bentuk yang mudah difahami dan dapat di
implementasikan ke sistem konsultasi untuk kemudian didiskusikan dengan pakar untuk menjadi keabsahan dari pengetahuan yang telah disusun oleh peneliti.
Pengetahuan eksplisit lebih terstrtuktur dibandingkan dengan pengetahuan tacit, yang bergantung pada bagaimana cara pakar menjelaskan suatu permasalahan.
Keterbatasan waktu untuk mengambil pengetahuan dari pakar langsung membuat studi ini juga mengoptimalkan pengetahuan tacit dalam pencarian pengetahuan
untuk memperkaya basis pengetahuan knowledge based dari sistem yang dibangun.
Setelah dilakukan inventarisir terhadap pengetahuan-pengetahuan eksplisit yang didapatkan dari pakar yang dilibatkan maka diakukan dokumentasi menjadi