Pendekatan Adaptif System Development Life Cycle

dilaksanakan dalam beberapa minggu, tergantung pada kerumitan sistem yang akan dibangun. Hasil yang diinginkan pada tahapan ini berupa : 1 Dokumentasi atas Visi dan ruang lingkup pekerjaan 2 Dokumentasi penaksiran resiko 3 Dokumentasi struktur proyek yang akan dikembangkan 4 Dokumentasi Teknologi yang akan digunakan. b. Tahapan Planning Pada fase planning, yang berorientasi kepada analisa dan desain sistem, yang di dalamnya berisikan kebutuhan akan analisa atas kebutuhan bisnis, kebutuhan pengguna, kebutuhan operasi, dan kebutuhan sistem. Setelah tahapan atas tahapan ini dilalui, team pengembang akan menghasilkan : 1 Spefisikasi fungsional atas suatu sistem. 2 Perencanaan manajemen resiko pada suatu sistem. 3 Perencanaan jadwal pelaksanaan proyek. c. Iterasi Peluncuran Perangkat Lunak Pada tahapan ini terdiri dari beberapa iterasi peluncuran dari perangkat lunak yang akan di kembangkan. Perangkat lunak dikeluarkan mulai dari rilis pertama hingga sistem dapat diterima dan dapat diimplementasikan secara penuh. Tahapan-tahapan di dalam iterasi ini terdiri dari : 1 Tahap analisis Tahap ini merupakan tahap penting sebelum program atau sistem ditulis atau dibangun. Tahap analisis meliputi beberapa aspek dalam sistem seperti lingkungan organisasi, analisis sistem untuk memenuhi kebutuhan waktu sekarang, analisis system requirement input, output, proses, storage, dan kontrol. 2 Tahap desain Tahap desain juga melibatkan rancangan interface dan prosedur yang mendukung fungsional sistem. Pada tahap ini dilakukan koreksi pada sistem informasi, sehingga kesalahan pada sistem bisa diperbaiki sedini mungkin. Aktivitas desain sistem meliputi : 1 Desain interface. Desain interface berfokus pada interaksi sistem dengan pengguna, input dan output yang interaktif serta efisien bagi penggunanya. Konversi informasi dan data menjadi bahasa yang bisa dibaca mesin dan manusia, kualitas proses konversi informasi dan data ditentukan pada desain interface sistem. 2 Desain fisik. Desain fisik sistem adalah desain database dan file berfokus pada struktur dan data yang digunakan sistem secara rincian. Data yang diusulkan oleh pengguna akan disusun berdasarkan atributnya dan relasi yang dibutuhkan. 3 Desain logika. Desain logika adalah desain sistem bagaimana mengembangkan secara umum input, proses pengolahan informasi, output, penyimpanan database, aktivitas kontrol sesuai dengan yang direncanakan pada tahap analisis. 3 Tahap Pengujian Pada tahapan in sistem yang akan diluncurkan di uji terlebih dahulu. Pengujian dilakukan terhadap fungsional sistem dan terkait dengan hal-hal teknis sistem. Pada setiap iterasi pekerjaan diluncurkan sebuah rilis perangkat lunak yang dikerjakan. Rilis ini selanjutnya diluncurkan untuk kemudian dievaluasi kembali untuk kemudian dilakukan perbaikan oleh tim. d. Peluncuran Rilis Akhir Perangkat Lunak Tahapan ini merupakan sesi akhir dalam pengembangan sistem dengan menggunakan XP. Sistem yang telah di uji kemudian diimplemenasikan sesuai dengan kebutuhan client. Perangkat lunak yang diaplikasikan merupakan rilis akhir, hasil dari iterasi dan perbaikan dari versi-versi sebelumnya.

2.8. Penelitian Terdahulu

Faihah dan kawan-kawan dari Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 1999 melakukan penelitian sistem pakar tanaman cabai. Pada penelitian tersebut dibangun sebuah sistem pakar yang digunakan untuk mengidentifikasi penyakit yang menyerang tanaman cabai merah Capsicum annuum. L. Domain pengetahuan sistem adalah 12 jenis penyakit tanaman cabai besar merah Capsicum annuum L. yang umum menyerang. Basis pengetahuan terkait dengan penyakit cabai di implementasikan ke dalam perangkat lunah WINEXSYS. WINEXSYS menyediakan fasilitas pemograman berbasis logika logic based programming yang didukung oleh Graphical User Interface sehingga memudahkan pemakai user berkomunikasi dengan sistem pakar. Sistem pakar yang dibangun berjalan secara offline di satu computer saja. Sistem pakar ini memiliki 46 kaidah rules, 17 pengkualifikasi qualifiers dan 24 pilihan solusi choices. Metode identifikasi penyakityang diterapkan dalam sistem pakar menggunakan kaidah-kaidah baku yang biasa digunakan dalam disiplin ilmu proteksi tanaman.Output dari sistem ini adalah prediksi penyakit yang menyerang tanaman cabai besar merah dan tindakan pengendalian responsifnya berdasarkan input gejala yang dimasukkan pemakai. Ya-Feng dan kawan-kawan 2007 melakukan penelitian pembuatan sistem pakar untuk diagnosa kebutuhan nutrisi tanaman cabai. Pada penelitian ini basis pengetahuan di representasikan ke dalam index. Mekanisme penalaran reasoning yang digunakan adalah teknik forward. Sistem pakar yang dibangun diimplementasikan dengan menggunakan VB dan SQL Server. Namun demikian sistem masih dibangun untuk komputer stand alone. L. Gonzalez-Diaz dan kawan-kawan 2009 membuat sistem pakar untuk pengambilan keputusan dalam proteksi tanaman cabai merah. Pengetahuan diperoleh dari literatur dan ahli. Pengetahuan selanjutnya direpresentasikan dalam serangkaian aturan IF-THEN. Sistem ini meliputi identifikasi gulma, 20 jenis serangga, 14 jenis penyakit, tiga faktor abiotik dan tindakan pengendalian. Sistemini dilengkapi dengan 87 foto dan gambar yang membantu dalam proses identifikasi. Tingkat kepuasan rata-rata berdasarkan hasil pengujian sistem kepada teknisi dan mahasiswa masing-masing sebesar 9,15 dan 8,95. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Konsumsi cabai rata-rata penduduk Indonesia adalah 5,21 kgkapitatahun. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49 persen per tahun BPS, 2011. Berdasarkan kondisi tersebut dapat diketahui bahwa konsumasi cabai dalam negeri pada tahun 2010 mencapai 1,237,669 ton. Produksi cabai nasional tahun 2009 adalah 1.378.727 dengan luas panen 233.904 ha dan produktivitas rata-rata sebesar 5,89 tonha BPS, 2011. Produktivitas rata-rata yang hanya 5,89 tonha tersebut belum optimal dan masih dapat ditingkatkan dengan melakukan intensifikasi terhadap kegiatan budidaya. Kegiatan agribisnis syarat dengan pemanfaatan informasi dan pengetahuan yang dalam. Petani sebagai pelaku agribisnis harus memiliki pengetahuan yang baik terkait kegiatan-kegiatan agribisnis. Hal-hal yang harus dimiliki oleh pelaku agribisnis adalah kemampuan merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengatasi masalah agribisnis. Tamba 2007 menyatakan bahwa informasi yang dibutuhkan petani adalah peningkatan produksi dan mutu, informasi ketersediaan sarana produksi, informasi ketersediaan permodalan, informasi teknologi pengolahan hasil, informasi dukungan pemasaran dan metode analisis usaha tani. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Tamba 2007 terdapat dua tipologi petani terkait dengan kebutuhan informasi dan pengetahuan dalam kegiatan usaha tani agribisnis yaitu petani maju dan petani berkembang. Tabel 1 menunjukkan tingkat kebutuhan petani sayuran terhadap berbagai jenis informasi pertanian. Mayoritas petani maju mengganggap kebutuhan informasi sarana produksi pertanian dan metode analisis usaha tani dengan tingkat kepentingan yang tinggi. Sementara kebutuhan informasi peningkatan produksi dan dukungan pemasaran memiliki tingkat kepentingan sedang dan informasi pengolahan hasil, petani maju belum menganggap informasi ini penting. Petani berkembang memandang informasi analisis usaha tani sangat diperlukan. Petani berkembang belum memandang perlu informasi ketersediaan permodalan dan informasi pengolahan hasil. Namun demikian idealnya dalam kegiatan agribisnis semua informasi yang terkait dapat diakses dengan mudah oleh petani. Tabel 1. Tingkat Kebutuhan Informasi Petani Sayuran terhadap berbagai Jenis Informasi Pertanian Tamba, 2007 Kebutuhan Informasi Rendah Sedang Tinggi Total Petani Maju 1. Peningkatan Produksi 1,7 63,80 34,5 100 2. Ketersediaan Sarana Produksi 51,70 48,3 100 3. Ketersediaan Permodalan 81,0 15,5 3,5 100 4. Teknologi Pengolahan Hasil 63,8 32,8 3,4 100 5. Dukungan pemasaran 29,3 55,2 15,5 100 6. Metode Analisis Usaha Tani 37,9 62,1 100 Petani Berkembang 1. Peningkatan Produksi 15,9 78,6 5,5 100 2. Ketersediaan Sarana Produksi 4,4 58,2 37,4 100 3. Ketersedaiaan Permodalan 88,5 9,3 2,2 100 4. Teknologi Pengolahan Hasil 87,4 12,6 100 5. Dukungan Pemasaran 31,9 64,3 3,8 100 6. Analisis Usaha Tani 0,5 41,2 58,3 100 Semua Petani 1. Peningkatan Produksi 12,5 75 12,5 100 2. Ketersediaan Sarana Produksi 3,3 56,7 40,0 100 3. Ketersedaiaan Permodalan 86,7 10,8 2,5 100 4. Teknologi Pengolahan Hasil 81,7 17,5 0,8 100 5. Dukungan Pemasaran 31,2 62,1 6,7 100 6. Analisis Usaha Tani 0,4 40,4 59,2 100 Total Petani 7,5 87,1 5,4 100 Secara keseluruhan, baik petani maju maupun petani berkembang sama- sama membutuhkan informasi tentang peningkatan produksi dan mutu sayuran, ketersediaan permodalan, lokasi pemasaran sayuran, teknologi pengolahan hasil sayuran dan informasi tentang metode analisis usaha tani sayuran. Perbedaannya adalah dalam hal tingkat kebutuhan masing-masing jenis informasi. Hal ini disebabkan karena kesadaran akan pentingnya informasi dan tingkat inovasi petani maju lebih tinggi daripada petani berkembang Tamba, 2011. Melihat kondisi tersebut, dukungan sistem konsultasi agribisnis cabai Capsicum anuum. L menjadi suatu keharusan agar kegiatan agribisnis memiliki daya saing. Kondisi ini mengharuskan adanya stake holder yang menyediakan sistem konsultasi agribisnis cabai. Kendala yang dihadapi petani terkait dengan akses terhadap pengetahuan agribisnis cabai adalah belum adanya sistem konsultasi yang dibangun secara komprehensif untuk budidaya cabai saat ini. Petani masih mengandalkan media-media yang ada seperti bertanya kepada penyuluh pertanian, membaca surat kabar, dan bertanya kepada petani lain yang sudah sukses. Sistem konsultasi dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan pengetahuan knowledge dalam kegiatan agribisnis. Sistem konsultasi yang dibangun pada penelitian ini akan menjadi media diseminasi informasi dan pengetahuan agribisnis. Sistem dibangun spesifik untuk kegiatan agribisnis cabai merah Capsicum annuum. L. Sistem yang dibangun diimplementasikan secara online dan berbasis web agar dapat diakses oleh petani secara real time. Dalam mengembangkan sistem konsultasi harus melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut meliputi perencanaan sistem Indentifikasi permasalahan, pencarian sumber pengetahuan, akuisisi pengetahuan, representasi pengetahuan, analisis rancangan konseptual sistem konsultasi, pengujian dan pemeliharaan sistem. Keluaran dari tahapan perencanaan adalah spesifikasi perancangan logik dan teknis dari implementasi sistem yang dibangun.

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada metode pengembangan sistem pakar Turban, 2007. Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah Identifikasi permasalahan, pencarian sumber pengetahuan, akuisisi pengetahuan, representasi pengetahuan dan rancang bangun sistem konsultasi. Tahapan rancangan bangun sistem konsultasi dilakukan dengan menggunakan metode System Development Life Cycle SDLC Extreme Programming XP. SDLC XP dipilih karena informasi dan pengetahuan, pakar agribisnis cabai, dan berbagai infrastruktur yang mendukung sudah tersedia sehingga sistem konsultasi dapat dilakukan dengan cepat. Pada penelitian ini dilakukan penggunaan kembali reuse pengetahuan- pengetahuan ilmiah dan petunjuk lapangan best practice kegiatan agribisnis cabai. Penggunaan kembali pengetahuan memungkinkan pengembangan sistem konsultasi dengan cepat agar segera didapatkan hasil untuk diimplementasikan kepada calon pengguna. Pengalihan pengetahuan dari berbagai sumber dilakukan agar dapat diimplementasikan ke dalam sistem berbasis komputer yang dapat diakses secara online. Hal-hal tersebut yang menjadi alasan dipilihnya metode SDLC XP dalam rancang bangun sistem konsultasi. Tahapan-tahapan penelitian digambarkan secara grafis pada Gambar 12.

3.2.1. Identifikasi Masalah

Pada tahapan ini akan diidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh petani serta identifikasi kebutuhan informasi dan pengetahuan yang mendukung kegiatan kegiatan agribisnis cabai Capsicum annuum. L yang baik. Identifikasi permasalahan ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Tamba 2007 tentang kebutuhan informasi pertanian dan aksesnya bagi petani sayuran. Informasi dan pengetahuan tersebut selanjutnya digali pada tahapan pencarian sumber pengetahuan dan akuisisi pengetahuan. Hasil dari tahapan identifikasi masalah adalah : 1 Mendapatkan gambaran informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh petani, 2 Dokumentasi atas visi dan ruang lingkup sistem konsultasi agribisnis yang dikembangkan, dan 3 Dokumentasi teknologi yang digunakan dalam pengembangan sistem konsultasi.