Pencarian Sumber Pengetahuan Akuisisi Pengetahuan

memberikan kemudahan akses kepada petani dalam mendapatkan informasi pertanian. Hal ini sesuai dilatarbelakangi oleh kebutuhan petani akan inovasi, wawasan dan tindakan yang baik dalam kegiatan agribisnis cabai. Selain itu, kebutuhan akan Knowledge Based Agriculture dengan menerapkan Good Agricultural Practices sudah menjadi keharusan untuk menjadi petani maju. Ruang lingkup sistem konsultasi yang akan dibangun dibatasi pada satu komoditas pertanian yaitu cabai untuk dataran tinggi. Hal ini dimaksudkan agar pengetahuan yang didapatkan dari ahli di perguruan tinggi dapat diserap dan ditransformasikan ke dalam sistem secara optimal. Pengetahuan-pengetahuan tersebut dikumpulkan, dimasukkan ke dalam sistem, dibuat halaman-halaman bagi petani untuk melakukan dialog terkait dengan kegiatan agribisnis cabai.

4.2. Pencarian Sumber Pengetahuan

Pencarian sumber pengetahuan dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan yang dapat diimplementasikan pada sistem konsultasi online yang dibangun pada penelitian ini. Pengetahuan berasal dari pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan yang diperoleh dari berbagai sumber melingkupi tahapan- tahapan yang dilaksanakan oleh petani dalam kegiatan agribisnis dan teknik- teknik pemecahan masalah lapangan. Menurut Kaye 1997, setiap manusia akan mampu mengenali inti permasalahan yang sedang dihadapi bila diperoleh informasi yang banyak. Untuk itu dibutuhkan suber daya dan upaya ekstra serta akses dari setiap orang terhadap sumber informasi. Pencarian pengetahuan dalam rangka membangun sistem konsultasi yang baik memperhatikan faktor-faktor penyediaan pengetahuan yang baik. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pencarian pengetahuan pada penelitian ini adalah : 1. Relevansi : pengetahuan yang berkaitan erat dengan persoalan yang tengah dihadapi oleh petani cabai Capsicum annuum. L. Informasi dan pengetahuan juga harus sesuai dengan perspektif situasi yang ada. 2. Akurasi : sumber pengetahuan yang akan dicari adalah pengetahuan yang berasal dari sumber yang layak untuk dipercaya dan dapat diuji kebenarannya. 3. Kelengkapan : informasi dan pengetahuan yang dikumpulkan dalam penelitian ini harus lengkap dan dapat menajawab permasalahan- permasalahan pokok dalam kegiatan agribisnis cabai. 4. Ketajaman : informasi dan pengetahuan yang dikumpulkan merupakan diupayakan memiliki ketajaman, sehingga dapat menunjukkan perbedaan antara pilihan satu dengan pilihan yang lain. 5. Ketepatan waktu : Pengembangan sistem secara online memungkinkan penyediaan informasi dan pengetahuan yang tepat waktu dan berdaya guna tinggi karena terhindar dari informasi kadaluarsa. Untuk menjamin mekanisme pembaharuan informasi dan pengetahuan maka sistem yang akan dibangun harus meyediakan fitur yang dapat digunakan untuk melakukan pembaharuan informasi dan pengetahuan. 6. Keterwakilan : informasi dan pengetahuan yang dikumpulkan dalam penelitian ini sangat mementingkan keterwakilan kondisi lapangan. Untuk itu, penyusunan pengetahuan fokus pada komoditas cabai Capsicum annuum. L pada dataran tinggi dan spesifik untuk daerah Liwa, Lampung Barat. Sumardjo 2004 menyatakan bahwa kegiatan agribisnis merupakan kombinasi dari kegiatan di lahan on farm dan pendukung diluar lahan off farm maka pengetahuan yang dicari melingkupi kedua kegiatan tersebut. Pengetahuan yang didapatkan dari penelitian ini adalah pengetahuan terkait kegiatan agribisnis yang mengacu pada praktek Good Agricultural Practices GAP. Pengetahuan yang akan disajikan dalam sistem konsultasi diutamakan pengetahuan lapangan. Hal ini dimakudkan agar pengguna dapat melaksanakan rekomendasi dari proses konsultasi yang dilakukan. Kegiatan agribisnis cabai pada dasarnya terdiri dari kegiatan-kegiatan dalam pertanian yang terencana dan terkontrol dengan baik. Kegiatan tersebut meliputi empat kegiatan utama yaitu : 1 perencanaan dan analisis usaha tani, kegiatan penyediaan sarana dan budidaya, 2 pengendalian hama dan penyakit,