1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengajaran keterampilan dalam bahasa dan sastra Indonesia meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan
tersebut saling berkaitan satu sama lain. Apa yang diperoleh melalui menyimak, membaca, dan berbicara akan memberi masukan yang berharga untuk kegiatan
menulis. Semakin banyak seseorang membaca, semakin banyak pula informasi yang didapat untuk bahan tulisan-tulisan yang dia tulis. Begitu pun juga dengan
menyimak dan berbicara. Seperti yang dikemukakan oleh Yunus 2007:1.29, menulis sebagai aktivitas berbahasa tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berbahasa
lainnya. Itu menandakan bahwa salah satu keterampilan bahasa yaitu menulis sangat berkaitan dengan keterampilan-keterampilan yang lain.
Keterampilan bahasa tidak dapat dimiliki oleh seseorang dengan sendirinya. Seseorang dapat membaca karena sebelumnya sudah latihan membaca.
Begitu juga dengan menulis, seseorang dapat menulis karena sebelumnya sudah latihan menulis. Tarigan 2008:1 mengemukakan bahwa keterampilan hanya dapat
diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir karena bahasa
yang disampaikan seseorang merupakan cerminan dari apa yang dia pikirkan. Di antara keempat aspek bahasa, salah satunya adalah menulis. Dengan
menulis seseorang akan menghasilkan suatu produk yang bentuknya tulisan. Produk
tersebut merupakan sebuah ekspresi dari para penulisnya, baik ekspresi senang, marah, semangat, motivasi, dan lain sebagainya. Dengan menulis, seseorang dapat
menghasilkan suatu karya atau hasil dia berekspresi. Sebagaimana pendapat Tarigan 2008: 3, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Tulisan itulah yang merupakan sebuah produk hasil ekspresi dari penulis. Menulis merupakan kegiatan yang kompleks. Penulis dituntut untuk
dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam ragam bahasa tulis. Menyusun dan mengorganisasikan isi tulisan itulah yang
biasanya merupakan kendala peserta didik dalam menulis. Berdasarkan hasil observasi mayoritas peserta didik kelas VIII A,
mereka mengatakan bahwa menulis itu sulit. Sulit yang dimaksud adalah dalam hal menemukan ide dan merangkai kalimat dengan menggunakan bahasa efektif. Selain
itu, penggunaan bahasa yang baik dan benar juga belum mereka kuasai. Peserta didik cenderung menulis kalimat dengan menggunakan bahasa percakapan sehari-
hari, jadi terkadang tidak terstruktur. Pada pembelajaran bahasa, khususnya ranah kebahasaan, salah satu
kompetensi dasar menulis adalah menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif. Ada beberapa indikator
dalam kompetensi dasar tersebut, yaitu 1 mampu mendata urutan petunjuk melakukan sesuatu, 2 mampu menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan bahasa
yang efektif, dan 3 mampu menyunting petunjuk. Pada indikator pertama yang harus dikuasai peserta didik adalah mampu
mendata urutan petunjuk melakukan sesuatu. Peserta didik kelas VIII A belum
mampu untuk mendata secara keseluruhan petunjuk-petunjuk yang diberikan, terkadang data yang ditulis kurang lengkap atau pun terbalik tidak urut. Ini
disebabkan oleh tidak adanya media dalam pembelajaran sebagai sarana pembantu penyampaian pesan kepada peserta didik. Pemanfaatan media pembelajaran akan
mempengaruhi tingkat pemahaman peserta didik, sebagaimana pendapat Muslich 2009:133, fungsi media pembelajaran di antaranya yaitu memudahkan
pemahaman peserta didik pada materi pembelajaran. Pada indikator kedua, peserta didik kelas VIII A belum mampu menulis
petunjuk dengan menggunakan bahasa yang efektif. Hal ini karena pemahaman mereka terkait materi-materi kalimat efektif belum maksimal sehingga kalimat
petunjuknya sulit untuk dipahami. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf 1997:35, supaya sebuah kalimat mudah dipahami dan maknanya dapat ditangkap oleh
pembaca maka kalimat yang dipakai harus efektif. Pada indikator ketiga, peserta didik kelas VIII A belum mampu
menyunting kalimat petunjuk dengan benar. Hal ini dapat dilihat dari hasil suntingan dan kalimat petunjuk yang dibuat peserta didik masih menggunakan kata-
kata yang tidak baku dan tidak efektif. Untuk bisa mencapai indikator tersebut, peserta didik harus berlatih
dengan teratur. Guru juga harus mampu membimbing peserta didik dalam mengajarkan keterampilan menulis petunjuk secara mudah dengan menggunakan
media dan model yang tepat dalam mengajar. Selain dengan peserta didik, guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia juga diwawancarai terkait tingkat pemahaman peserta didik pada
keterampilan menulis petunjuk. Berdasarkan nilai harian dan nilai hasil prasiklus, nilai peserta didik belum dikatakan tuntas atau masih rendah karena belum
mencapai standar ketuntasan yaitu 75. Guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia juga menyatakan bahwa hasil kerja peserta didik pada kompetensi dasar
ini belum sesuai dengan indikator yang ditentukan. Maka dari itu, kompetensi dasar menulis petunjuk ini perlu dikaji supaya dapat meningkatkan tingkat pemahaman
peserta didik. Secara sepintas pembelajaran menulis petunjuk terkesan mudah bagi
peserta didik. Peserta didik hanya diberi perintah untuk membuat, menyusun, atau mengurutkan petunjuk-petunjuk yang diberikan guru. Peserta didik yang kurang
aktif akan merasa bosan dengan situasi monoton tersebut, bahkan akan menyepelekan materi menulis petunjuk ini. Kebiasaan guru yang hanya
menggunakan metode ceramah tanpa adanya media atau pun model pembelajaran menjadikan situasi monoton dan tidak bervariasi. Selain itu, metode ceramah juga
terlalu membatasi peserta didik dalam berkreasi karena mereka hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru. Guru juga terkadang kurang begitu
memperhatikan peserta didik sudah memahami materi yang dijelaskan atau belum sehingga tidak banyak peserta didik yang benar-benar paham dengan penjelasan
tersebut. Inilah yang menyebabkan peserta didik tidak termotivasi untuk aktif dalam bertanya dan tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Pada pembelajaran tersebut, peserta didik tidak hanya dituntut untuk dapat mengurutkan petunjuk dengan benar tetapi juga dapat merangkai kalimat
petunjuk dengan menggunakan bahasa yang efektif. Hal ini dimaksudkan agar
pembaca dapat memahami perintah dari petunjuk tersebut. Penggunaan bahasa efektif inilah yang menjadi salah satu kesulitan peserta didik dalam pembelajaran
menulis petunjuk. Untuk mengatasi problematika dalam pembelajaran menulis petunjuk
perlu dilakukan upaya maksimal untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik dan meningkatkan kemampuan menulis petunjuk yaitu dengan menggunakan
media yang efektif. Sebagaimana Sudjana dan Rivai 1992:2 berpendapat bahwa media pembelajaran dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, bahan
pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran, serta metode
mangajar akan lebih bervariasi. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, media puzzle dapat
dijadikan solusi dalam meningkatkan keterampilan menulis petunjuk pada peserta didik. Dalam hal ini, puzzle bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan kognitif,
melatih kesabaran, dan memperluas pengetahuan. Manfaat puzzle tersebut diharapkan mampu membantu peserta didik dalam menulis petunjuk secara urut
dengan disertai bahasa yang efektif. Selain sebagai media pembelajaran, puzzle juga merupakan permainan
yang sangat digemari dan dapat menuntun anak untuk dapat berpikir kreatif. Seperti yang dikemukakan oleh Suyatno 2005: 14, permainan yang tepat dapat membuat
pembelajaran menyenangkan dan menarik, dapat menguatkan pembelajaran, dan bahkan menjadi semacam ujian. Merangkai puzzle membutuhkan kesabaran dan
ketelitian agar dapat ditemukan sebuah jawaban dari rangkaian puzzle yang telah tersusun.
Untuk meningkatkan kemampuan menulis petujuk, selain media juga perlu menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
Model pembelajaran tersebut yang nantinya akan merangsang peserta didik aktif dalam pembelajaran. Keaktifan peserta didik inilah yang akan memicu pemahaman
yang kuat mengenai materi menulis petunjuk. Dalam hal ini, juga diperlukan model pembelajaran untuk memudahkan
peserta didik dalam belajar, interaksi guru dan teman sekelas merupakan salah satu caranya. Interaksi antarteman sekelas dapat diwujudkan dalam bentuk belajar
kelompok. Maka dari itu, model pembelajaran kooperatif diharapkan dapat dijadikan salah satu sarana untuk mewujudkan kegiatan belajar peserta didik yang
efektif dan membantu peserta didik dalam belajar dan berinteraksi dengan teman sekelas. Suprijono 2009: 58 mengemukakan bahwa model pembelajaran
kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: 1 memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti, fakta,
keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, 2 pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.
Permasalahan dalam pembelajaran menulis petunjuk secara umum yaitu kurang adanya perhatian peserta didik terhadap penjelasan atau ceramah yang guru
sampaikan. Kebiasaan peserta didik mengobrol saat guru berceramah seperti sudah menjadi kebudayaan mereka. Dalam hal ini, metode catatan terbimbing Guided
Note Taking perlu diterapkan untuk mendukung proses pembelajaran supaya
peserta didik dapat aktif saat guru menjelaskan. Model catatan terbimbing dikembangkan agar metode ceramah yang diberikan guru mendapat perhatian
peserta didik. Sebagaimana pendapat Suprijono 2009:105, model pembelajaran lain yang dapat dikembangkan untuk membangun stock of knowledge peserta didik
adalah model catatan terbimbing. Kebiasaan peserta didik dalam menyepelekan materi menulis petunjuk
ini yang mendorong untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif catatan terbimbing. Pembelajaran kooperatif dapat menjadikan peserta didik kreatif, aktif,
serta mandiri. Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik diajak belajar bersama dalam kelompok kecil. Antarpeserta didik nantinya dapat saling bekerja sama dan
saling berpartisipasi dalam memahami suatu bahan ajar. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka diadakan penelitian tentang
peningkatan keterampilan menulis petunjuk melalui pembelajaran kooperatif model catatan terbimbing Guided Note Taking berbantuan media puzzle pada peserta
didik kelas VIII A MTs. YPI Klambu Kabupaten Grobogan.
1.2 Identifikasi Masalah