Definisi Operasional Deskripsi Teoretis
mengajarkan bahwa disamping obyek ilmu meliputi alam materi fisik, sehingga manusia di minta melakukan eksperimen, juga ada realitas lain diluar jangkauan
panca indra metafisik, yang tidak dapat diobservasi dan diuji coba. Pada kesempatan lain Bertrand Arthur Wiliam Russel seorang ahli filsafat
Inggris mengemukakan sebuah teori tentang keterkaitan nilai sains dan agama. Teori Russel mengenai nilai dikemukakannya terutama dalam karyanya yang
fenomenal “Religion and Science” Agama dan Ilmu. Karya ini pertama kali diterbitkan pada 1935, mengalami cetak ulang selama lebih dari dua puluh empat
kali. Russel memandang sains sebagai upaya untuk memahami dunia pengalaman melalui hukum yang tak terputus-putus unbroken law, dan agama baginya,
merupakan sebuah fenomena kompleks dengan klaim-klaim kredo mengenai hal-hal yang dianggap mutlak Frondizi, 2001.
14
Sains akan terus berhubungan dalam perjalanan mahluk hidup di dunia ini. Nilai sains secara fundamental sudah tercipta dalam setiap individu, tinggal
bagaimana individu ini dapat menggali dan mengembangkan dengan lebih baik. Dari kenyataan tersebut, maka dalam dunia pendidikan tentu tak pernah lepas
akan pentingnya nilai sains, oleh karena itu para pendidik guru dalam hal ini harus menjadi mediator untuk menerapkan nilai sains pada setiap diri anak didik.
1 Nilai Sains dari Sudut Pandang Filsafat dan Teoritik
Secara teoritik dapat dijelaskan bahwa Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
15
Dan hal itu sudah teradobsi ke dalam dunia pendidikan yang kita kenal dengan mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. Sebuah penjelasan ilmiah yang meminjam istilah Thomas Kuhn, saat ini
paradigma Cartesian-Newtonian yang menjadi basis ilmu pengetahuan kita mulai
14
http:gre84.blogspot.com200801nilai-menurut-bertrand-russel.html, diakses tanggal 21 Januari 2009. h 2.
15
Lukman Hakim. Pengambangan Desain Pembelajaran Sains Berbasis Religi. Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 3, no 1, September 2007. h 2.
menghadapi beberapa anomali. Seiring mengalirnya waktu maka anomali itu semakin menumpuk, sehingga menciptakan krisis paradigma.
Amien dalam penghantar bukunya menjelaskan ada jalan keluar atau alternatif masalah krisis paradigma, yakni melakukan revisi terhadap paradigma
atau bahkan mengembangkan paradigma yang sama sekali baru, ucap beliau : Setidaknya terdapat dua alternatif yang dapat kita pilih untuk
menggantikan paradigma
Cartesian-Newtonian. Pertama
paradigma Holisme-Dialogis
yang merupakan
akumulasi perkembangan sains baru yang pada dasarnya memiliki doktrin
yang sangat bersebrangan dengan yang dianut oleh paradigma Newtonian. Kedua paradigma Digitalis-Informafisme, yang
merupakan produk dari teknologi informasi dan telekomunikasi yang menjadi tulang punggung peradaban manusia saat ini.
16
Penjelasan di atas tentu sangat berkaitan erat dengan nilai sains jika kita lihat dari sudut pandang secara filosofis. Dalam penjelasan lain, Capra
menggambarkan keadaan di mana suatu saat nilai sains dan kebudayaan mengalami kemunduran dengan paham yang lama, namun nilai sains dan
kebudayaan itu sendiri akan tetap bertahan karena adanya pemikiran baru
17
. Jelas agar nilai sains tetap berada pada posisi yang benar, maka kita harus
coba menggali makna yang terkandung pada nilai sains itu sendiri, karena pada dasarnya nilai adalah hal yang abstrak, dan sains merupakan landasan kemajuan
sebuah peradaban. Artinya jika konsep pemaknaan nilai sains dimulai sejak dini dalam dunia pendidikan, maka bukan tidak mungkin bangsa ini berubah menjadi
lebih baik dan menghasilkan generasi muda yang handal di masa mendatang. 2
Penerapan Nilai Pada dasarnya sains merupakan bagian dari kehidupan kita dan kehidupan
kita merupakan bagian dari pembelajaran sains. Belajar sains bukan hanya untuk memahami konsep-konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, melainkan
juga untuk mengembangkan berbagai nilai.
18
Pendidikan sains seharusnya bukan
16
A. Mappadjantji Amien. Kemandirian Lokal Jakarta, Gramedia 2005, h. xiv.
17
http:oarep.wordpress.com20070804peranan-sains-dan-teknologi-dalam-penentuan- bentuk-peradaban-baru, h. 2, diakses tanggal 21 Januari 2009.
18
Sumaji, dkk. Pendidikan Sains yang Humanitis Yogyakarta, Kanisius 2003, h. 117.