saja berguna bagi anak didik dalam kehidupannya, melainkan juga untuk perkembangan suatu masyarakat dan kehidupan yang akan datang.
Suatu ciri pendidikan sains adalah bahwa sains lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta.
19
Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan juga kumpulan proses. Bagaimanapun juga, kebanyakan anak didik tidak
berkembang dalam hal pemahaman manapun juga, kebanyakan anak tidak berkembang dalam hal pemahaman konsep-konsep ilmiah dan prosesnya secara
terintegrasi dan fleksibel. Manakala sains hanya diajarkan melalui hafalan, anak didik yang kerap
kali memiliki pengetahuan awal yang kaya tentang berbagai fenomena tidak dapat mempergunakan pengetahuan mereka dalam proses belajarnya. Lebih lanjut Santa
dan Alvermann menyatakan bahwa dalam pembelajaran nilai sains adalah sebagai berikut:
Anak butuh mengakui bahwa konsep atau penjelasan ilmiah bertentangan dengan teori yang mereka miliki. Mereka butuh
diyakinkan bahwa teori yang mereka miliki tidak lengkap, tidak cocok, atau tidak konsisten dengan bukti eksperimen, dan bahwa
penjelasan ilmiah menyediakan alternatif yang lebih meyakinkan dan lebih berdaya. Anak butuh pengulangan kesempatan dalam hal
bergelut dengan ketidakkonsistenan antara ide yang dimiliki dengan penjelasan ilmiah, mengorganisasikan cara berpikir,
menghilangkan atau memodifikasi berbagai ide yang telah memberikan bantuan dalam kehidupan mereka selama ini, dan
membuat hubungan yang cocok antara berbagai ide yang mereka miliki dengan berbagai konsep ilmiah.
20
Pendidikan sains memegang peranan penting pula dalam upaya mereproduksi kebudayaan. Pembentukan sikap, watak, dan cara berpikir anak
didik akan menjadi sasaran utama dalam membentuk kepribadiannya. Dalam hal ini, pendidikan sains dapat menjadi sarana yang relevan karena merupakan salah
satu cara untuk merubah masyarakat. Merubah masyarakat berarti menjadikan anak didik berdaya, yang salah satunya ditandai dengan berkembangnya sikap
untuk lebih memelihara, kompetitif, saling menolong dalam suasana dan situasi yang heterogen. Memberdayakan anak didik berarti menjadikan anak dapat
19
Ibid, h.117.
20
Ibid, h. 118.
membuat atau mengambil keputusan sendiri dalam hidupnya, baik secara pribadi maupun kelompok.
3 Peran Guru dalam Penerapan Value Sains
Adalah tugas utama guru untuk membangun kerjasama dengan anak didik siswa dalam mengambil sikap atas kehadiran sains dan teknologi di
lingkungan,baik lingkungan sekolah maupun tempat tinggal, yang tentunya syarat akan berbagai masalah. Untuk itulah pendidikan nilai sains akan lebih berdaya
guna jika guru berperan aktif merangsang dan mengembangkan peta pemikiran anak didik yang sudah ada dalam diri mereka sebelumnya.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru harus dapat menyusupkan makna dari nilai sains dari setiap ilmu yang diajarkan, khususnya ilmu pengetahuan alam,
karena nilai sains akan dapat dirasakan pada proses pembelajarannya. Dalam penelitian ini akan dilakukan proses penanaman nilai sains pada saat kegiatan
belajar mengajar dimulai. 4
Nilai religi Nilai religi pada dasarnya berorientasi pada keimanan, yang akan menjadi
dasar segala pemikiran dan tindakan yang berhubungan kepada kesadaran akan kekuasaan Tuhan yang Maha Esa
21
. Menurut pandangan Einstein nilai religi yang terkandung dalam sains adalah nilai yang dapat membangkitkan kesadaran dan
keberadaan Tuhan di alam sebagai Sang Maha Pencipta. Kesadaran manusia itu terhadap kekauasaan Tuhan tersebut akan muncul bila dihadapkan kepada segala
keteraturan fenomenal alam, keseimbangan alam, peristiwa sebab-akibat yang terjadi di alam, daur hidup materi dan energi, spektrum gelombang
elektromagnetik, dan berbagai keunikan dan keanekaragaman yang mempesona, baik di tingkat mikroskopik maupun makrokosmik.
5 Nilai sosial
Berorientasi pada
berbagai bentuk
hubungan sosial,
sikap bertanggungjawab terhadap kelompok, kasih sayang, sikap loyal, dan bersedia
berkorban dan berpartisipasi di dalam kehidupan sosial. Sikap sosial akan muncul pada diri seseorang, jika merasakan kebutuhan pentingnya orang lain terhadap
21
Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam, Bandung: Mughni Sejahtera,2005, h. 48
keberadaan dirinya
22
. Dengan kata lain nilai sosial terbentuk oleh rasa saling membutuhkan satu sama lain. Dalam bidang sains, secara intrinsik berjalannya
hukum-hukum sains atau rumus-rumus sains selalu melibatkan beberapa faktor yang tidak dapat berdiri sendiri. Demikian juga berbagai fenomena dalam Biologi,
Kimia, Fisika muncul sebagai akibat interaksi berbagai faktor pendukungnya. Dengan kata lain nilai sosial suatu bahan ajar sains menunjukkan satu kesatuan
faktor-faktor yang berinteraksi sehingga menimbulkan fenomena dalam suatu bahan ajar sains itu yang berupa konsep, prinsip-prinsip, teori dalam sains.
Dari beberapa penjelasan mengenai definisi nilai di atas yang terfokus pada nilai sains, dapat peneliti simpulkan bahwasanya Nilai sains sangat berkaitan
dengan aplikasi nilai religi dan nilai sosial dalam pengamalan kehidupan sehari- hari setiap individu termasuk siswai di dalam proses belajar mengajar di kelas.
5. Hakikat Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
23
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh
guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat
diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru stimulus dan apa yang diterima oleh pelajar respon harus dapat diamati dan
diukur.
24
22
Ibid, h.47
23
http:id.wikipedia.orgwikiBelajar, diakses tanggal 23 Januari 2009, h. 1
24
Ibid, h. 1
Definisi lain mengartikan belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang
lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
25
Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Dalam psikologi proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai tujuan
tertentu. Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif,
afektif dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa.
26
Suparno menyatakan belajar merupakan proses aktif pelajar untuk mengkonstruksikan arti teks, dialog, pengalaman fisis dan lain-lain. Belajar juga
merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga
pengertiannnya dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut:
1 Belajar membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang
mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah dipunyai.
2 Konstruksi arti adalah proses secara terus-menerus. Setiap kali berhadapan
dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun lemah.
3 Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan suatu
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan perkembangan itu sendiri, suatu
perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
25
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2006 Cet. Ke-10, h. 85
26
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997, Cet. 3, h.111
4 Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif.
27
Dalyono mendefinisikan belajar adalah suatu usaha perbuatan yang dilakukan sungguh-sungguh, dengan sistematis,
mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental, dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan
seperti inteligensi bakat, motivasi, minat, dan sebagainya.
28
Dalam pengertian yang umum atau populer, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih
tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru.
29
Dalam bukunya berjudul Psikologi Pengajaran, Winkel menyebutkan bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mentalpsikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai serta sikap”.
30
Arifin menyatakan bahwa belajar adalah “Sesuatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi, serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang
disajikan oleh guru yang berakhir pada kemampuan anak menguasai bahan pelajaran yang disajikan itu”.
31
Dengan demikian, perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah
tidak termasuk sebagai belajar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya untuk mengadakan perubahan fisik, mental juga tingkah laku yang harus
didukung oleh lingkungannya.
27
Ibid., h. 90.
28
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta 1997, Cet. 1, h.49.
29
Ali Imron, Strategi Belajar Pembelajaran, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya 1996, Cet. 1, h. 2.
30
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT Grasindo, 1999, Cet. 5, h.53.
31
H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Antara Lingkungan dan Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, h. 51
Kemudian dari uraian pengertian belajar di atas, Hasil belajar dapat diartikan suatu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya Sudjana, 2004 : 22. Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam membagi tiga macam hasil belajar mengajar : 1. Keterampilan dan kebiasaan,
2. Pengetahuan dan pengarahan, 3. Sikap dan cita-cita Sudjana, 2004 : 22
32
. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Cara belajar setiap individu tentu tidaklah sama, seandainya samapun itu karena faktor kebetulan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
tiap individu dan hasil belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor-faktor intelegensi, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor di luar
intelegensi. Dengan demikian, intelegensi yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan dalam belajar.
Jadi, secara umum, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini
penulis akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan kedua faktor tersebut. 1
Faktor Internal Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang dalam hal ini
dalam diri siswa. Faktor ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu: a
Faktor Fisiologis Faktor ini ditinjau berdasarkan keadaan jasmani. Jasmani yang sehat akan
berbeda dengan pengaruhnya terhadap belajar dibandingkan dengan jasmani yang kurang sehat. Kondisi fisiologi siswa terdiri atas kondisi kesehatan dan kebugaran
fisik serta kondisi panca inderanya, terutama sekali indera penglihatan dan pendengaran.
32
http:aadesanjaya.blogspot.com201103pengertian-definisi-hasil-belajar.html, diakses tanggal 21 Januari 2009.