Pengertian Nilai Hakikat Nilai
menghadapi beberapa anomali. Seiring mengalirnya waktu maka anomali itu semakin menumpuk, sehingga menciptakan krisis paradigma.
Amien dalam penghantar bukunya menjelaskan ada jalan keluar atau alternatif masalah krisis paradigma, yakni melakukan revisi terhadap paradigma
atau bahkan mengembangkan paradigma yang sama sekali baru, ucap beliau : Setidaknya terdapat dua alternatif yang dapat kita pilih untuk
menggantikan paradigma
Cartesian-Newtonian. Pertama
paradigma Holisme-Dialogis
yang merupakan
akumulasi perkembangan sains baru yang pada dasarnya memiliki doktrin
yang sangat bersebrangan dengan yang dianut oleh paradigma Newtonian. Kedua paradigma Digitalis-Informafisme, yang
merupakan produk dari teknologi informasi dan telekomunikasi yang menjadi tulang punggung peradaban manusia saat ini.
16
Penjelasan di atas tentu sangat berkaitan erat dengan nilai sains jika kita lihat dari sudut pandang secara filosofis. Dalam penjelasan lain, Capra
menggambarkan keadaan di mana suatu saat nilai sains dan kebudayaan mengalami kemunduran dengan paham yang lama, namun nilai sains dan
kebudayaan itu sendiri akan tetap bertahan karena adanya pemikiran baru
17
. Jelas agar nilai sains tetap berada pada posisi yang benar, maka kita harus
coba menggali makna yang terkandung pada nilai sains itu sendiri, karena pada dasarnya nilai adalah hal yang abstrak, dan sains merupakan landasan kemajuan
sebuah peradaban. Artinya jika konsep pemaknaan nilai sains dimulai sejak dini dalam dunia pendidikan, maka bukan tidak mungkin bangsa ini berubah menjadi
lebih baik dan menghasilkan generasi muda yang handal di masa mendatang. 2
Penerapan Nilai Pada dasarnya sains merupakan bagian dari kehidupan kita dan kehidupan
kita merupakan bagian dari pembelajaran sains. Belajar sains bukan hanya untuk memahami konsep-konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, melainkan
juga untuk mengembangkan berbagai nilai.
18
Pendidikan sains seharusnya bukan
16
A. Mappadjantji Amien. Kemandirian Lokal Jakarta, Gramedia 2005, h. xiv.
17
http:oarep.wordpress.com20070804peranan-sains-dan-teknologi-dalam-penentuan- bentuk-peradaban-baru, h. 2, diakses tanggal 21 Januari 2009.
18
Sumaji, dkk. Pendidikan Sains yang Humanitis Yogyakarta, Kanisius 2003, h. 117.
saja berguna bagi anak didik dalam kehidupannya, melainkan juga untuk perkembangan suatu masyarakat dan kehidupan yang akan datang.
Suatu ciri pendidikan sains adalah bahwa sains lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta.
19
Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan juga kumpulan proses. Bagaimanapun juga, kebanyakan anak didik tidak
berkembang dalam hal pemahaman manapun juga, kebanyakan anak tidak berkembang dalam hal pemahaman konsep-konsep ilmiah dan prosesnya secara
terintegrasi dan fleksibel. Manakala sains hanya diajarkan melalui hafalan, anak didik yang kerap
kali memiliki pengetahuan awal yang kaya tentang berbagai fenomena tidak dapat mempergunakan pengetahuan mereka dalam proses belajarnya. Lebih lanjut Santa
dan Alvermann menyatakan bahwa dalam pembelajaran nilai sains adalah sebagai berikut:
Anak butuh mengakui bahwa konsep atau penjelasan ilmiah bertentangan dengan teori yang mereka miliki. Mereka butuh
diyakinkan bahwa teori yang mereka miliki tidak lengkap, tidak cocok, atau tidak konsisten dengan bukti eksperimen, dan bahwa
penjelasan ilmiah menyediakan alternatif yang lebih meyakinkan dan lebih berdaya. Anak butuh pengulangan kesempatan dalam hal
bergelut dengan ketidakkonsistenan antara ide yang dimiliki dengan penjelasan ilmiah, mengorganisasikan cara berpikir,
menghilangkan atau memodifikasi berbagai ide yang telah memberikan bantuan dalam kehidupan mereka selama ini, dan
membuat hubungan yang cocok antara berbagai ide yang mereka miliki dengan berbagai konsep ilmiah.
20
Pendidikan sains memegang peranan penting pula dalam upaya mereproduksi kebudayaan. Pembentukan sikap, watak, dan cara berpikir anak
didik akan menjadi sasaran utama dalam membentuk kepribadiannya. Dalam hal ini, pendidikan sains dapat menjadi sarana yang relevan karena merupakan salah
satu cara untuk merubah masyarakat. Merubah masyarakat berarti menjadikan anak didik berdaya, yang salah satunya ditandai dengan berkembangnya sikap
untuk lebih memelihara, kompetitif, saling menolong dalam suasana dan situasi yang heterogen. Memberdayakan anak didik berarti menjadikan anak dapat
19
Ibid, h.117.
20
Ibid, h. 118.