1. Kondisi siswa yang sempat merasa bingung karena tidak terbiasa dengan proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik Two stay two stray. 2. Siswa yang terbiasa hanya menerima informasi yang diberikan
oleh guru teacher centered 3. Alokasi waktu yang masih kurang sehingga diperlukan persiapan
dan pengaturan kelas yang baik.
63
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray dapat
mempengaruhi keterampilan menyimak cerita siswa di MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan, hal ini terlihat dari nilai rata-rata posttest kelas eksperimen
sebesar 74,87 dan posttest kelas kontrol sebesar 63,65. Uji Hipotesis pada hasil posttest dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 for Windows yang
menghasilkan kelompok eskperimen dan kelompok kontrol signifikansinya 0,000 0,05 karena H
1
dapat diterima jika 0,05.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, penulis mengajukan beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang:
1. Model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran dalam upaya
meningkatkan pembelajaran Bahasa Indonesia. Untuk itu, penelitian selanjutnya, disarankan untuk mencoba menerapkan model kooperatif
teknik Two Stay Two Stray pada materi lain. 2. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, sebaiknya sebelum
melakukan penelitian, pada kelas yang akan menggunakan model kooperatif teknik Two Stay Two Stray dilakukan pembiasaan terlebih
dahulu. Misalnya, dalam beberapa pertemuan sebelum penelitian, pada kelas tersebut diterapkan teknik Two Stay Two Stray sehingga pada waktu
penelitian mereka sudah terbiasa dan tidak kesulitan mengikuti proses pembelajaran.
3. Guru hendaknya memiliki kemampuan pengelolaan kelas pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung sehingga setiap siswa dapat ikut
aktif dalam belajar.