Faktor- faktor yang Mempengaruhi Menyimak

misalnya dalam pemilihan bahan dan cara mengevaluasi keberhasilan keaktifan atau kegiatan menyimak itu. 8 Faktor Peranan Dalam Masyarakat Kemauan menyimak dapat juga dipengaruhi oleh peranan kita dalam masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, kita ingin sekali menyimak ceramah, kuliah, atau siaran-siaran radio dan televisi yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran baik di tanah air kita maupun luar negeri. Sebagai seorang berpendidikan mahasiswa, kita diharapkan dapat menyimak lebih seksama dan penuh perhatian. 5

e. Unsur-unsur Menyimak

Unsur-unsur dasar menyimak ialah sebagai berikut : 1. Pembicara, yang dimaksud pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan yang berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara ialah nara sumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang menerima pesan. 2. Penyimak, penyimak yang baik ialah yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif. 3. Bahan simakan, bahan simakan merupaakn unsur penting dalam komunikasi lisan, terutama dalam menyimak. Yang dimaksud dengan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak 5 Ibid., h.104-114 menyampaikan bahan siamakan dengan baik, pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam berkomunikasi. 4. Bahasa lisan, bahasa lisan merupakan media yang dipakai untuk menyimak. Pembicara menyampaikan gagasan dengan bahasa lisan. Bahasa lisan merupakan tuturan yang disampaikan pembicara dan dianggap penyimak melalui alat pendengaran. Untuk menyampaikan gagasan, pembicara dapat memilih kata- kata, kalimat, lagu, gaya yang paling tepat untuk mewadahi gagasan agar ia dapat menyampaikan gagasan. 6

f. Definisi Cerita

Cerita sama dengan tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal peristiwa, kejadian. 7 Bercerita cenderung interaksinya searah, yakni dari pembicara, kepada pendengar. Sebaliknya pendengar tidak berkesempatan berinteraksi dengan pembicara. Fungsi cerita : 1. Sarana menyampaikan pesan seperti menjelaskan sesuatu hal, kejadian, peristiwa, dan sebagainya kepada pendengar. 2. Dapat meningkatkan keterampilan berbahasa. 8 6 Isah Cahyani dan Hodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar, Bandung: UPI PRESS, 2007, cet.1, h. 28 7 Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, Jakarta:Universitas Terbuka, 2005, cet.17, h.6.5 8 Ibid., h.6.11

2. Hakikat Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, moetode, dan teknik pembelajran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran, termasuk didalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Adapun menurut Soekamto, model pembelajaran.

b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran aktif yang menekankan aktivitas siswa bersama-sama secara kelompok dan tidak individual. Siswa secara berkelompok mengembangkan kecakapan hidupnya, seperti menemukan dan memecahkan masalah, pengambilan keputusan, berfikir logis, berkomunikasi efektif, dan bekerja sama. 9 Menurut Nuruhayati dalam Rusman ,pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar kooperatif, siswa belajar dengan anggota lainnya. 10 Dalam model ini 9 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV WACANA PRIMA, 2009, h.54 10 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012 cet. 2 h.203 siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri. Eggen and Kauchak dalam Trianto, 2007 mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. 11 Senada dengan Eggen and Kauchak, Lie dalam Made Wena,2009 mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih bermakna jika peserta didik dapat saling mengajari. Walaupun dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar dari dua sumber belajar utama, yaitu pengajar dan teman belajar lain. 12 Sejauh ini, pembelajaran kooperatif dipercaya sebagai pembelajaran yang efektif bagi semua siswa, pembelajaran yang menjadi bagian integratif bagi perubahan paradigma sekolah saat ini, dan pembelajaran yang mendorong terwujudnya interaksi dan kerjasama yang sehat diantara guru-guru yang terbiasa bekerja secara terpisah dari orang lain. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal- asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran 11 Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, cet.1, h.42. 12 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta:Bumi Aksara,2009, Cet.1, h.189