1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang menentukan maju mundurnya suatu bangsa, maka untuk menghasilkan sumber daya
manusia sebagai subjek pembangunan yang baik, diperlukan modal dari hasil pendidikan itu sendiri, salah satunya dengan menyelenggarakan proses
pembelajaran yang memadai. Proses pembelajaran dapat berlangsung pada pendidikan formal maupun non formal. Bahkan dikenal pula dengan istilah
“long life education” atau pendidikan sepanjang hayat, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja.
Program pengajaran di lembaga pendidikan diatur dalam UU No.20 tahun 2003, begitu pula dengan Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia
telah diterapkan dalam kurikulum. Pembaharuan-pembaharuan dalam kurikulum telah terlaksana, dari mulai kurikulum 1994 sampai dengan
kurikulum 2013. Saat ini semua lembaga pendidikan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yang bertujuan untuk
mengembangkan kompetensi dasar siswa sesuai dengan fungsi bahasa Indonesia itu sendiri. Hakikat fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi.
Penguasaan bahasa yang baik akan mempermudah proses komunikasi dan memberikan kepercayaan diri bagi seseorang untuk berekspresi dan
bersosialisasi. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah-sekolah terdiri
dari empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Empat keterampilan tersebut saling
mempengaruhi untuk bersosaliasi, dari empat keterampilan tersebut maka
peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa.
Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa bukan pengajaran tentang bahasa semata.
Keterampilan berbahasa tersebut yaitu keterampilan reseptif menyimak dan membaca dan keterampilan produktif menulis dan berbicara. Pengajaran
bahasa diawali dengan pengajaran keterampilan reseptif dan kemudian dilanjutkan dengan pengajaran produktif untuk tahap selanjutnya, yang
kemudian keempat keterampilan tersebut dapat bersatu padu sebagai kegiatan berbahasa yang terpadu.
Salah satu keterampilan berbahasa yang harus kita latih adalah keterampilan menyimak. Disadari atau tidak, setiap hari hari kita tidak
pernah luput dari kegiatan menyimak karena menyimak merupakan sendi pertama dalam mempelajari bahasa. Sebelum anak berbicara, yang pertama
dilakukan adalah menyimak atau medengarkan. Begitu pula saat dia belajar membaca dan menulis, pertama-tama dia menyimak dan hasil yang
disimaknya selama ini akan diinterpretasikan dalam bentuk tulisan. Kegiatan menyimak mempunyai tujuan yang berbeda-beda, tetapi
tujuan utamanya untuk mendapatkan suatu informasi. Keterampilan menyimak perlu konsentrasi tinggi dan harus dapat menghiraukan
gangguan-gangguan yang ada. Dalam kegiatan pembelajaran keterampilan menyimak tidak mudah dilakukan oleh para siswa jika mereka tidak dapat
mengabaikan faktor-faktor yang dapat menghambat terjadinya proses menyimak. Banyak faktor yang dapat menghambat terjadinya proses
menyimak dengan baik, yaitu faktor internal yang ditimbulkan dari dalam diri siswapenyimak seperti gangguan kesehatan dan tidak berkonsentrasi.
Faktor lain, timbul dari faktor eksternal siswa, seperti kondisi kelas yang
kurang kondusif, cuaca yang tidak mendukung dan suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi seperti suara kendaraan.
Hal tersebut senada dengan kenyataan yang ada, yakni hasil belajar siswa dalam pembelajaran menyimak masih rendah, karena adanya siswa
yang tidak memiliki keberanian dalam mengungkapkan kembali apa yang dijelaskan oleh guru, kosakata yang digunakan ketika menjelaskan kembali
masih tidak jelas, dan kurangnya motivasi dan aksi dari siswa dalam pembelajaran menyimak. Selain faktor dari siswa, terdapat juga faktor dari
guru yaitu belum efektifnya model pengajaran yang digunakan. Dalam proses belajar mengajar, biasanya guru hanya menggunakan teknik dikte
imla pada pengajaran mengungkapkan kembali isi cerita dalam pengajaran menyimak, sehingga siswa cenderung merasa bosan dalam menerima
pengajaran menyimak Dalam pembelajaran menyimak siswa tidak hanya semata-mata menyimak lalu ditinggalkan begitu saja, tetapi siswa juga
harus mampu menjabarkan kembali apa yang disampaikan atau dijelaskan oleh guru.
Guru sebagai pengelola proses belajar dan salah satu sumber belajar memang memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa.
Sehingga guru menciptakan tantangan baru dalam belajar agar siswa antusias dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi dalam proses pembelajaran. Menurut Sudjana, salah satu
pembelajaran yang berhasil diantaranya dilihat dari kadar kegiatan siswa belajar. Makin tinggi kegiatan siswa, makin tinggi peluang berhasilnya
pengajaran. Ini berarti guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan dan metode yang banyak meibatkan keaktifan siswa dalam
belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial.
Berkaitan dengan hal tersebut, peranan guru sebagai salah satu komponen pembelajaran sangat penting dalam menentukan keberhasilan
pembelajaran. Untuk itu, guru harus menentukan bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat. Salah satu metode yang dapat melibatkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah metode pembelajaran kelompok.
Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pembelajaran menyimak pada bidang studi bahasa Indonesia,
diantaranya guru harus lebih dapat memahami siswa secara psikologis. Seperti diketahui bahwa siswa lebih suka bertanya pada temannya daripada
bertanya pada guru, dari titik ini guru dapat mengarahkan siswa untuk belajar secara kelompok dengan teman-temannya. Pembelajaran kelompok
sejak dahulu sudah dilaksanakan, tapi masih belum efektif. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia di MIN 15 Bintaro,
beliau mengatakan pembelajaran tidak efektif dikarenakan pembelajaran kelompok hanya didominasi oleh siswa yang pandai. Dan kerjasama antar
siswa tidak terjalin dengan rapih, dan penguasaan materi yang minim. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu variasi dari model
pembelajaran dimana siswa belajar dengan kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang heterogen sehingga mereka saling
memabntu antara satu siswa dengan siswa yang lainnya. Dalam pembelajaran siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan
strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif. Ada beberapa macam teknik kooperatif learning yang dapat
diterapkan, salah satunya Two Stay Two Stray. Teknik Two Stay Two Stray dalam satu kelompok terdiri dari empat siswa yang nantinya dua siswa
bertugas sebagai pemberi informasi bagi tamunya dan dua siswa lagi bertamu ke kelompok lain yang secara terpisah. Pembelajaran dengan