4603
Keberadaan pranata
Surat Tumbaga Holing
dalam masyarakat sangat dihargai, dihormati dan dipatuhi aturannya dalam kehidupan sehari-hari. Mayoritas masyarakat adat Batak tidak berani menentang aturannya secara terang-terangan, sebab di
samping isinya mengandung nilai keadilan dan kebenaran, aturannya juga dianggap sesuai dengan cita-cita hukum
rechtsidee
dan perasaan hukum
rechtsgevool
masyarakat. Dj. Gultom Rajamarpodang berpendapat bahwa setiap daerah yang ada di Indoneia mempunyai tata cara menciptakan
kedamaian, ketenangan, kesejahteraan, dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap tingkah laku yang sudah merupakan kebiasaan ada hukum adat yang mengaturnya, sekalipun hukum adat ini lebih banyak yang belum tertulis, namun
pengetua adat dapat juga memutuskan hukuman berdasarkan sanksi hukum adat yang berlaku dalam suatu daerah.
A. Model Pencegahan Tindak Terorisme Melalui
Surat Tumbaga Holing
Pada Masyarakat Adat Batak
Sutan Managor berpendapat bahwa sekalipun bentuk pranata
Surat Tumbaga Holing
itu tidak terkodifikasi, namun secara kenyataan terdapat kandungan dan muatan hukum, seperti larangan melakukan tindak kejahatan terhadap manusia dan
lingkungan, larangan melakukan tindakan yang menimbulkan gangguan terhadap ketertiban, keamanan dan ketentraman masyarakat. G. Siregar Baumi menyebutkan bahwa
Surat Tumbaga Holing
itu mengandung berbagai jenis hukum yang bersifat mengatur dan mengikat, yaitu hubungan masyarakat dan tutur sopan santun, susunan lembaga pemerintahan adat, upacara-
upacara adat, benda-benda adat, aturan perkenalan muda-mudi, seni budaya dan fungsinya, bahasa adat,
parkalaan
ilmu bintang, hukum perdata dan pidana adat.
1. Aturan Tersirat dalam
Surat Tumbaga Holing
tentang Pencegahan Tindak Teror
Pengaturan hukum masyarakat adat Batak tentang terorisme secara tekstual tidak ditemukan, namun secara kontektual atau tersirat dapat ditemukan pengaturannya dalam hukum adat batak itu sendiri. Sejak dahulu, masyarakat adat Batak tidak
suka memusuhi dan tidak suka dimusuhi, tidak suka dibunuh dan tidak suka membunuh, tidak suka diganggu dan tidak suka mengganggu, mereka saling hormat-menghormati, sayang-menyayangi dan selalu meninggikan martabat orang lain. Kondisi ini
dipengaruhi oleh adanya beberapa aturan hukum yang terkandung secara kontektual atau tersirat dalam Hukum masyarakat adat Batak.
2. Aturan Tersirat dalam Filosofi Masyarakat Adat Batak
Ada sebuah filosofi yang berlaku di tengah-tengah masyarakat adat Batak yang menjadi pedoman utama dalam bersikap, berkata dan bertingkahlaku, termasuk dalam mencegah timbulnya tindakan pelanggaran dan kejahatan di tengah-
tengah masyarakat. Adapun filosofi yang dimaksud adalah:”
Somba mar Mora, Elek mar Anak Boru, Manat-manat mar Kahanggi
”. Pengertian
Somba mar Mora
adalah menghormati
Mora
dan menjunjung tinggi martabatnya, menjaga kehormatan, sopan santun dalam berbicara, bersikap dan bertindak di hadapan
Mora
dan mendukung segala cita-citanya yang bersifat mulia. Sedangkan pengertian
Elek mar Anak Boru
adalah mengambil hatinya agar tetap semangat dan selalu dalam keadaan
bahagia, merayu dan membujuknya dalam setiap melaksanakan pekerjaan, menjaga hatinya agar tidak tersinggung dan menyayangi. Dan pengertian
Manat-Manat mar Kahanggi
adalah hati-hati, tidak sembarangan, dan menjaga perasaan. Semua poin penting yang disebutkan di atas merupakan aturan yang terkandung dalam pranata
Surat Tumbaga Holing
yang dapat dipedomani sebagai aturan tersirat dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak teror yang terjadi dalam masyarakat.
4604
Mora
dalam masyarakat adat
Dalihan na Tolu
mempunyai kedudukan tertinggi. Mereka selalu dihormati, ucapan mereka selalu berisikan doa dan nasehat-nasehat untuk
anak boru
nya dan mereka didukkan selalu di tempat terhormat dalam setiap acara adat, termasuk dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dan sengketa di tengah-tengah masyarakat.
3. Aturan Tersirat dalam Pranata