Metode Penelitian Hasil Penelitian Dan Pembahasan

4761 yang baru dipahami siswa, begitu pula pada materi pecahan, hendaknya diberikan penguatan setelah diberikannya konsep abstrak pecahan kepada siswa, sehingga pembelajaran pecahan yang diberikan kepada siswa dapat dikuasai dan bertahan lama dalam memori siswa, serta akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan alternatif yang tepat untuk digunakan sebagai strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Strategi pembelajaran kooperatif mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran dan berdiskusi untuk memecahkan masalah tugas. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dikembangkan melalui diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain, hal ini pula yang membuat siswa belajar melalui perbuatan dan pengertian yang mereka usahakan sendiri, oleh sebab itulah hasil dan pembelajaran yang dilakukan siswa dapat mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, serta akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Dari upaya inilah, maka prestasi belajar siswa pada kompetensi pecahan akan dapat ditingkatkan.

d. Hipotesis Tindakan

Dari pembahasan yang telah dilakukan, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada kompetensi pecahan di kelas IV SD Negeri 060932 Medan Amplas Tahun Ajaran 20112012”.

III. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas PTK yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Skema penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut: Perencanaan Siklus I Refleksi Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Siklus II Refleksi Pelaksanaan Pengamatan Hasil Penelitian 4762 Sumber: Arikunto 2009: 16

IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Tes Awal Pre tes

Sebelum perencanaan tindakan disusun, terlebih dahulu diberikan pre tes kepada siswa, guna mengetahui tingkat kemampuan awal dan kesulitan siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan biasa yang berpenyebut sama dan berpenyebut berbeda. Dari hasil pre tes yang diperoleh, banyak siswa yang belum tuntas atau belum mencapai kriteria nilai skor yang telah ditentukan dalam menjawab setiap item soal, seperti tabel dibawah ini: Tabel 1. Nilai Pre Tes Siswa No. Urut Siswa Skor Nilai Persentase Keterangan 1 6 20 20 Tidak Tuntas 2 7 23 23 Tidak Tuntas 3 20 66 66 Tuntas 4 5 16 16 Tidak Tuntas 5 10 33 33 Tidak Tuntas 6 7 23 23 Tidak Tuntas 7 6 20 20 Tidak Tuntas 8 4 13 13 Tidak Tuntas 9 7 23 23 Tidak Tuntas 10 20 66 66 Tuntas 11 17 56 56 Tidak Tuntas 12 8 26 26 Tidak Tuntas 13 3 10 10 Tidak Tuntas 14 7 23 23 Tidak Tuntas 15 3 10 10 Tidak Tuntas 16 5 16 16 Tidak Tuntas 17 7 23 23 Tidak Tuntas 18 5 16 16 Tidak Tuntas 19 9 30 30 Tidak Tuntas 20 19 63 63 Tidak Tuntas 21 10 33 33 Tidak Tuntas 22 21 70 70 Tuntas 23 10 33 33 Tidak Tuntas 24 5 16 16 Tidak Tuntas 25 11 36 36 Tidak Tuntas 26 20 66 66 Tuntas 27 8 26 26 Tidak Tuntas 28 6 20 20 Tidak Tuntas 29 7 23 23 Tidak Tuntas 30 4 13 13 Tidak Tuntas 31 5 16 16 Tidak Tuntas 32 3 10 10 Tidak Tuntas Jumlah 928 Rata-rata Nilai 29 Berdasarkan hasil pre tes yang diperoleh, persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah 32 4 x 100 = 13, sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 29. Dari berbagai jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal- soal penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa berpenyebut sama dan berpenyebut berbeda, maka dapat diketahui bahwa siswa tidak paham dalam melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa yang berpenyebut sama dan