Kesimpulan Dan Saran Siklus II a.

4755 untuk tidak malu atau ragu bertanya tentang hal-hal yang kurang di mengerti. Selanjutnya, guru memberikan latihantugas kepada siswa untuk dikerjakan dan didiskusikan bersama-sama teman satu kelompok. Pembelajaran dengan metode pemberian tugas secara kelompok ini lebih baik dibandingkan secara perorangan, siswa yang mampu dapat membantu siswa yang belum mampu, sehingga tugas-tugas yang diberikan dapat diselesaikan dengan baik dan mudah dipahami oleh siswa yang kurang mampu karena para siswa dapat mendiskusikan cara-cara pemecahan masalah bersama dengan teman satu kelompok. Pembahasan Hasil Penelitian Melalui pembelajaran dengan menerapkan metode pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada kompetensi dasar operasi hitung bilangan bulat. Hasil penelitian, sebelum diberika tindakan nilai rata-rata sebesar 25,52. Secara perorangan maupun kelas siswa dinyatakan masih tergolong belum berhasil belajar atau rata-rata masih memiliki tingkat keberhasilan di bawah 65. Setelah pemberian tindaka melalui pembelajaran dengan menerapkan metode pemberian tugas secara perorangan pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 62,76 dengan tingkat keberhasilan belajar secara klasikal sebesar 37,9 dan tingkat ketercapaian tes hasil belajar sebesar 40. Pada siklus II yang merupakan perbaikan pembelajaran yang diberikan pada siklus I, pembelajaran diberikan dengan mengajarkan kepada siswa contoh-contoh soal penjumlahan dan pengurangan antara bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif, antara bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif, dan antara bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif dengan pemberian tugas secara kelompok. Pada siklus II ini, nilai rata-rata kelas juga meningkat menjadi 78,97 dengan tingkat keberhasilan secara klasikal sebesar 89,66 dan tingkat ketercapaian tes hasil belajar sebesar 90. Hal ini berarti pembelajaran dengan menerapkan metode pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan bulat. Dengan pemberian tugas, siswa jadi lebih mandiri untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan, siswa terbiasa berfikir dengan membandingkan dan mencari hukum-hukum yang ada, terlebih berhadapan dengan persoalan bukan hanya hafalan, dan dapat mengembangkan inisiatif serta tanggung jawab terhadap penggunaan dan penerapan pengetahuan dalam menghadapi masalah sehari-hari.

V. Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan temuan penelitian, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebelum diberikan tindakan, kesulitan-kesulitan yang dialami siswa pada materi operasi hitung campuran bilangan bulat dari tes awal adalah siswa kurang menguasai penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif, penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif, serta penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif 2. Nilai rata-rata kelas siswa pada saat tes awal sebelum diberikan tindakan sebesar 25,52 dan dinyatakan masih belum berhasil belajar. Pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 62,76 dengan tingkat keberhasilan belajar secara klasikal sebesar 37,9 dan tingkat ketercapaian tes hasil belajar sebesar 40. Pada siklus II, nilai rata-rata kelas juga meningkat menjadi 78,97 dengan tingkat keberhasilan secara klasikal sebesar 89,66 dan tingkat ketercapaian tes hasil belajar sebesar 90. 3. Penerapan metode pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri No. 060924 Kecamatan Medan Amplas pada kompetensi dasar operasi hitung bilangan bulat Tahun Ajaran 20122013. 4756 Saran Dari hasil-hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 3. Bagi guru khususnya guru matematika diharapkan untuk menerapkan metode pemberian tugas dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, karena dengan metode pemberian tugas siswa akan lebih aktif untuk belajar menemukan suatu masalah dengan jalan mengerjakan soal-soal dan mencoba sendiri, serta melatih siswa berhadapan dengan persoalan, tidak hanya hafalan. 4. Peneliti juga menyarankan kepada guru sebelum memberikan tugas-tugas, hendaknya materi pelajaran dijelaskan dengan banyak memberikan contoh-contoh pada kehidupan sehari-hari siswa, selalu memberikan kesempatan dan motivasi kepada siswa untuk bertanya agar siswa benar-benar memahami materi yang diajarkan dan dapat menyelesaikan latihantugas dengan baik. 5. Bagi siswa sendiri, diharapkan agar lebih banyak melakukan latihan-latihan di rumah untuk menyelesaikan soal-soal sendiri dan disarankan untuk tidak malu atau enggan bertanya kepada guru jika ada hal-hal yang masih kurang di mengerti. Daftar Pustaka Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya. Djamarah, S. Bahri dan Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Fathoni, A.H. 2007. Mitos Matematika dan Implikasinya terhadap Pembelajarannya Online, http:www.duniaguru.com. inde.php 19 Maret 2007 Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Roestiyah, N.K. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. 4757 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR PECAHAN MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF SISWA KELAS IV SD NEGERI 060932 MEDAN AMPLAS Misrum 22 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 060932 Medan Amplas yang berjumlah 32 orang. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tes pre test, post test I dan post test II, dan observasi. Tes yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa. Kriteria ketuntasan belajar didasarkan pada ketuntasan secara perseorangan dan klasikal. Seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar apabila telah mencapai persentase daya serap minimal 65, sedangkan satu kelas dikatakan telah tuntas belajar jika di kelas tersebut terdapat minimal 85 siswa yang telah tuntas belajar. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, siklus I dan siklus II. Sebelum dilakukan tindakan pada siklus I, peneliti memberikan pre test pada siswa untuk mengetahui letak kesulitan siswa dalam mempelajari pecahan, kemudian pada akhir siklus I diberikan post test I dan pada akhir siklus II diberikan post test II. Dengan pemberian pre test diperoleh ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 13, pemberian post test I diperoleh ketuntasan belajar secara klasikal 50, yang berarti mengalami peningkatan 37 dari hasil pre test. Kemudian pada post test II diperoleh ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 90,62 berarti terjadi peningkatan sebesar 40,62 dari post test I. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sehingga model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Keywords: Prestasi Belajar, Pecahan, Model Belajar Kooperatif

I. Pendahuluan