Latar Belakang PARTISIPASI PENDIDIK DALAM PROGRAM KELOMPOK BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH GUNA MENGATASI KETIDAK PEDULIAN ANAK TERHADAP PENDIDIKAN DI DESA JALAN LAUT KABUPATEN BANGKA.

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat mengutamakan masa depan dan pendidikan anak. Dengan mengutamakan pendidikan Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat besar dalam memastikan anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar mendapatkan pendidikan, sekitar 97 persen dari anak- anak berusia 7 sampai 12 tahun di seluruh negeri dapat bersekolah. Namun, masih ada sebagian besar anak Indonesia yang seharusnya bersekolah tidak dapat menikmati pendidikan. Pendidikan seharusnya ditetapkan dalam dunia kehidupan dan pengalaman, agar dapat mendorong anak menjadi tetap terbuka dalam beberapa hal dan bersedia menyatu dalam dunia tersebut. Pendidikan seharusnya dapat membuat anak menjadi lebih aktif dan anak lebih mengerti tentang arti pentingnya pribadi dari hal yang anak pelajari. Menurut Fasli Jalal 2005 visi pendidikan nasional adalah pendidikan yang mengutamakan kemandirian dan keunggulan yang menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan yang berdasarkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Semua penduduk Indonesia wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama sembilan tahun dan penduduk Indonesia memiliki hak mendapatkan pendidikan. Pasal 28C ayat 1 UUD 1945 menyatakan “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni 2 budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Sebagaimana diuraikan pada bagian lain, pendidikan adalah bagian dari upaya memampukan setiap insan untuk mengembangkan potensi dirinya agar tumbuh menjadi manusia yang tangguh dan berkarakter serta berkehidupan sosial yang sehat. Jika ketentuan UUD 1945 itu dicermati maka mengikuti pendidikan adalah hak asasi bagi setiap orang dan bagi warganegara Indonesia mengikuti pendidikan dasar adalah kewajiban. Menghalangi dan atau melarang anak Indonesia bersekolah adalah perbuatan yang melanggar hukum tertinggi UUD 1945 dan ada sanksinya. Menurut Cooper 1990: 14 dalam Christine Doddington 2010: 77 Pendidikan harus berpusat kepada anak, karena hal ini bertujuan untuk mendorong dan mendukung pencarian makna oleh setiap anak yang akan memperkuat nilai, komitmen, dan proyek sebagai pengarah pribadi mereka di dalam kehidupan. Oleh karena itu, semua ini berfokus pada anak sebagai individu. Anak-anak usia sekolah merupakan aset yang tak ternilai harganya, kemajuan sebuah bangsa sangat tergantung kepada kemampuan kaum mudanya untuk membuat perubahan-perubahan yang signifikan. Bisa kita pelajari dari pengalaman-pengalaman yang telah terjadi di era sekarang ini, apabila anak-anak usia sekolah menyelesaikan pendidikan mereka sesuai dengan harapan dan nantinya akan memiliki kababilitas, visi, dan kinerja yang memuaskan, maka sebuah bangsa akan menuai keberhasilannya. Untuk menghasilkan anak-anak bangsa yang memiliki kuantitas dan kualitas yang tinggi partisipasi masyarakat 3 terutama peran orang tua sangatlah diperlukan. Masyarakat berperan serta ikut mendorong anak agar masuk sekolah atau meningkatkan school enrollment. Peran masyarakat dapat berupa, dorongan tokoh-tokoh masyarakat terhadap para orang tua agar menyekolahkan anaknya, orang tua sebagai anggota masyarakat mendorong anaknya agar mau dan rajin kesekolah. Kedua, partisipasi masyarakat dalam membantu kelancaran pelaksanaan berupa upaya melengkapi sarana dan prasarana sekolah, baik berupa dana maupun bentuk natural lainnya seperti lahan, bahan-bahan bangunan, atau perlengkapan yang diperlukan. Motivasi masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan sebenarnya tidak tunggal seperti kemiskinan saja misalnya, karena alasan berpartisipasi tersebut saling terkait antara ekonomi, sosial, budaya atau bahkan mungkin politik. Bagaimana masalah sosial telah mempengaruhi partisipasi rasanya tidak sulit untuk diamati. Faktor sosial budaya dan pengaruhnya terhadap partisipasi masyarakat dalam pendidikan dasar terlihat nyata. Seperti yang dicontohkan di Provinsi Bangka Belitung, anak-anak sering membolos sekolah karena sebagian besar anak-anak telah mengenal uang dan mereka lebih memilih untuk bekerja dibandingkan menuntut ilmu. Sejumlah anak sehari masuk dan sejumlah lainnya tidak masuk sekolah begitu seterusnya. Pengaruh terbesar anak-anak di Provinsi Bangka Belitung lebih memilih bekerja dibandingkan sekolah adalah penghasilan tambang yang begitu menggiurkan, terutama penghasilan tambang timahnya. Berdasarkan Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah EKPD Babel tahun 2012 yang disusun oleh Bapenas dan Universitas Bangka Belitung angka putus sekolah pada tahun 20122013 yang lalu sedikitnya 400 orang pelajar 4 SD, SMP dan SMA sederajat meninggalkan bangku sekolah. Dinas Pendidikan Bangka Belitung mencatat dari 413 siswa semua jenjang pendidikan sekolah di Bangka Belitung yang putus sekolah, angka tertinggi terjadi pada tingkat SMA sederajat sebanyak 207 orang atau 0,41 persen dari 10.432 siswa. Rendahnya APK dan APM pada tahun 2012 dan 2013 ini disebabkan karena kecenderungan orang tua mengikutsertakan anak mereka dalam aktivitas penambangan timah rakyat. Tingginya APS tersebut juga diakibatkan dari dampak fasilitas kemudahan menghasilkan uang dari aktivitas pertambangan rakyat atau TI. Sabpri Aryanto salah satu mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam di Bangka Belitung menyatakan bahwa “dengan adanya tambang tradisional ini, banyak anak-anak yang merugi dan tidak memiliki masa depan yang cerah. Orang tua mereka saja terkadang lebih rela anaknya mendapatkan uang yang banyak ketimbang mendapatkan ilmu di sekolah” ujarnya kepada salah satu crew Bangka Pos. http:bangka.trimbunnews.com20131216timah-dan-pendidikan-kita Indonesia memang merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam termasuk sumber daya mineral logam. Indonesia adalah penghasil timah terbesar pertama di dunia dari kegiatan pertambangan. Indonesia menyumbang 13 timah dunia per tahun dan sebagian besar timah tersebut berasal dari Bangka Belitung. Kegiatan penambangan timah yang sudah dimulai sejak tahun 1710 telah membuat perkembangan yang sangat berarti bagi daerah penghasil timah yakni Pulau Bangka. Aktivitas yang berlangsung hingga saat ini berperan dalam memberikan penghasilan bagi masyarakat sekitar. Bahkan kegiatan ini telah menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat Bangka. 5 Aktivitas tambang ini mulai meningkat sejak masyarakat beralih dari bercocok tanam lada menjadi penambang timah rakyat. Berawal mula dari disahkannya UU Otonomi Daerah No. 22 Tahun 1999 dan Keputusan Menperindag No. 146MPPKep41999 tertanggal 22 April 1999, yang menyatakan bahwa timah dikategorikan sebagai barang bebas. Sejak legalisasi tersebut, kegiatan tambang timah rakyat makin marak di Kepulauan Bangka Belitung. Penambangan timah dilakukan masyarakat dengan teknik yang sederhana dan peralatan yang masih sangat tradisional. Pada awalnya pertambangan timah dikerjakan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap sebagai alat untuk memenuhi perekonomian di Bangka yang sangat tinggi. Seiring dengan perkembangan zaman dan hasil dari penjualan timah yang sangat menggiurkan siapa saja yang menambang timah, hingga anak- anak usia sekolah pun rela meninggalkan sekolahnya karena tergiur oleh hasil dari penjualan timah. Orang tua mereka pun mendukung dan bahkan mengajak anaknya untuk pergi menambang timah tanpa memperdulikan pentingnya pendidikan yang seharusnya wajib untuk diikuti anak-anak seusia sekolah. Telah semakin disadari bahwa masalah-masalah sosial di masyarakat khususnya anak-anak usia sekolah yang nantinya merupakan tulang punggung dari bangsa memiliki potensi sumber daya manusia dengan segala permasalahan. Melihat kondisi sekarang anak-anak untuk giat bersekolah menurun drastis, hal ini dikarenakan efek hasil penjualan dari penambangan timah yang hasilnya sangat menggiurkan. Seiiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesatnya kenaikan harga timah, anak-anak usia sekolah rela meninggalkan sekolahnya demi 6 uang yang sangat menggiurkan. Dengan hasil yang mereka dapatkan mereka bisa melakukan semua hal yang mereka inginkan. Kegiatan yang dilakukan oleh anak- anak ini serta merta mendapat dukungan dari orang tua mereka sendiri. Orang tua mereka selalu beranggapan untuk apa bersekolah tinggi kalau akhirnya akan menjadi pengangguran. Berkaitan dengan hal tersebut, agar pembinaan anak-anak usia sekolah dapat tercapai maka dituntut adanya keterlibatan dari berbagai unsur, baik dari pemerintah, swasta, masyarakat, dan orang tua harus saling melakukan kerjasama dalam memberi bimbingan khusus kepada anak-anak usia sekolah sehingga pembinaan anak-anak menjadi lebih terarah. Keterlibatan unsur tersebut dari pihak masyarakat telah ada usaha-usaha untuk mengambil bagian dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda khususnya anak-anak usia sekolah, dengan wujud nyata adalah adanya wadah pembinaan pendidikan nonformal dan pengembangan generasi muda dimana peran aktif masyarakat dan orang tua tertuang didalamnya. Wadah pembinaan dan pengembangan pendidikan nonformal anak-anak usia sekolah yang dimaksud adalah program kelompok belajar sore hari. Dalam wadah ini diperlukannya peran serta orang tua yang begitu besar agar dapat memperoleh hasil yang optimal yang akan menciptakan generasi muda yang memiliki manfaat untuk lingkungannya. Pembinaan dan pengembangan pendidikan ini harus memakai prinsip pendekatan berpusat pada anak. Hal ini dilakukan agar anak dapat mengembangkan wawasan berdasarkan kurikulum yang berbasis pada anak. 7 Pendidik harus memahami bahwa pembelajaran bukanlah proses linier sederhana akan menjadi sensitif terhadap pentingnya menantang dan mengingat kembali asumsi dan pengetahuan yang sudah dimiliki anak. Prinsip ini dipegang teguh oleh para pendidik yang mengajar di kelompok belajar di desa Jalanlaut. Kelompok belajar merupakan salah satu forum atau tempat untuk melakukan belajar mandiri, karena dalam kelompok belajar peserta didik dapat berlatih dan bekerja bersama, saling membantu dalam belajar dan saling mendorong atau memberi semangat dalam belajar. Kelompok belajar sangatlah penting karena tidak selamanya anak-anak dapat mengikuti pembelajaran di sekolah bersama guru. Dengan adanya kerja sama antara orang tua dan masyarakat didirikannya tempat sederhana sebagai wadah mengajar dan mendidik anak yang tidak bersekolah. Kelompok belajar sore hari adalah sekumpulan anak yang terdiri dari beberapa orang 5-6 orang yang diorganisasikan untuk mencapai pembelajaran secara bersama dalam waktu yang ditentukan dan dilaksanakan pada sore hari. Kelompok belajar sore hari di Desa Jalatlaut ini berdiri sudah hampir tiga tahun dan wadah pembelajaran sendiri dilaksanakan di rumah ketua RT 03 desa Jalanlaut. Adapun tujuan masyarakat dan tokoh-tokoh penting desa Jalanlaut mendirikan kelompok belajar sore hari ini adalah a memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, b mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong dalam kehidupan, c mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar, sehingga setiap peserta didik merasa diri mereka sebagai anak yang bertanggung jawab, dan 8 d mengembangkan kemampuan kepemimpinan pada setiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah. Mengingat fungsi kelompok belajar sore hari sendiri sebagai sarana motivasi anak untuk tidak melupakan tugas mereka untuk menuntut ilmu walaupun dilaksanakan pada sore hari, maka peneliti tertarik untuk meneliti keadaan dimana anak usia sekolah mengikuti kelompok belajar sore hari dan dalam keadaan yang masih tetap bekerja menambang timah untuk keperluan mereka. kegiatan ini telah dilakukan oleh warga masyarakat Jalanlaut demi kepentingan anak mereka yang sudah terlalu dilema dengan penghasilan tambang timah dan merelakan sekolahnya demi uang. Dalam perjalanannya kelompok belajar sore hari di desa Jalanlaut memiliki faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menjalankan program dan menjaga eksistensinya, maka berangkat dari hal tersebut peneliti tertarik untuk ingin mengetahui lebih mendalam tentang pengaruh kelompok belajar sore hari terhadap anak-anak usia sekolah yang telah dilema akan penghasilan tambang timah tradisional dengan penelitian “ Partisipasi Program Pendidik dalam Kelompok BelajarPada Anak Usia Sekolah Guna Mengatasi Ketidak Pedulian Anak Terhadap Pendidikan di De sa Jalanlaut Kabupaten Bangka”.

B. Identifikasi Masalah