Mengubah sistem Pembelajaran Memberikan kesadaran kepada orang tua yang belum

110 Dari faktor-faktor tersebut peneliti juga mendapatkan informasi mengenai solusi atau cara mengatasi masalah yang dilakukan oleh pihak Kelompok Belajar dan orang tua. Solusi-solusi yang dilakukan yaitu :

1. Mengubah sistem Pembelajaran

Demi membuat ketertarikan anak untuk mengikuti pembelajaran di kelompok belajar, pengurus mengubah sistem pembelajaran. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Saudari SW sebagai berikut: “untuk membuat anak tertarik mengikuti pembelajaran disini, tidak jarang kita mengambil inisiatif menyediakan makanan kecil pada saat pembelajaran. Dengan hal itu anak-anak lebih berantusias datang untuk belajar. Kadang-kadang anak yang ikut pembelajaran disini kita kasih uang mba walaupun sedikit, biar mereka sedikit demi sedikit meninggalkan pekerjaan mereka mencari timah.” hal: 164, point E, No 9 Bapak Phz juga mengungkapkan tentang mengatasi masalah peserta didik melalui mengubah sistem pembelajaran, beliau mengungkapkan bahwa: “kita memang sering mengubah sistem pembelajaran agar anak memiliki ketertarikan untuk menuntut ilmu.walaupun kita mengeluarkan sedikit uang namun masa depan anak lebih penting mba dibandingkan uang seribu dua ribu yang kami miliki.” hal: 148, point E, No 9 111

2. Memberikan kesadaran kepada orang tua yang belum

mengerti tentang kehadiran kelompok belajar Masih ada beberapa orang tua yang kurang menyadari masa depan anaknya dalam hal pendidikan menjadi salah satu hambatan pemberian partisipasi kelompok belajar terhadap anak yang putus sekolah. Cara mengatasi hal tersebut dengan cara bersosialisasi dan menyadarkan orang tua anak akan manfaat yang dapat diperoleh dari mengikuti pembelajaran di kelompok belajar. Hal tersebut sesuai dengan apa yang telah diungkapkan Bapak AJ yaitu sebagai berikut: “memberikan solusi itu kita tidak hanya ngomong tapi kita juga melaksanakan, kita sosialisasikan jika ada satu dua yang masih belum mengerti. Saya juga selalu menekankan untuk jangan dibiarkan saja, tapi mari kita rangkul bersama-sama agar mereka menyadari pendidikan anak lebih penting dibandingkan se galanya.” hal: 156, point E, No 9

3. Tidak menanggapi secara serius akan isu dan hasutan