6.3.1 Pendapatan Orang Tua
Pendapatan orang tua pekerja anak berada dibawah UMR Kabupaten Bogor. Berdasarkan data yang diperoleh, besarnya pendapatan orang tua tidak
berpengaruh terhadap konsep diri yang dimiliki pekerja anak. Sebagian besar pekerja anak yang memiliki konsep diri positif adalah pekerja anak yang
memiliki orang tua dengan pendapatan antara Rp 350.000,- sampai dengan Rp 700.000,-. Begitu pula dengan pekerja anak yang memiliki konsep diri negatif
Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah dan Presentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Konsep Diri dan Pendapatan Orang Tua Tahun 2010
Pendapatan Konsep Diri
Positif Negatif Jumlah
Persentase Jumlah Persentase Rp 350.000,-
8 32
2 28,6
Rp 350.000,- s.d Rp 700.000,- 13
52 3
42,8 Rp 701.000 s.d Rp 1.000.000,-
4 16
2 28,6
TOTAL 25 100
7 100
6.3.2 Pendapatan Pekerja Anak
Seluruh pekerja anak memiliki penghasilan di bawah UMR Kabupaten Bogor. Bahkan sebagian besar pekerja anak hanya memperoleh pendapatan
bulanan sebesar 200 ribu hingga 400 ribu rupiah, dengan 72 jam kerja dalam sepekan. Namun pekerja anak yang memiliki konsep diri positif sebagian besar
adalah pekerja anak yang berpendapatan bulanan 200 ribu hingga 400 ribu rupiah Tabel 7. Tujuh pekerja anak yang memiliki konsep diri negatif juga memiliki
pendapatan 200 ribu hingga 400 ribu rupiah. Tidak satupun pekerja anak yang berpendapatan diatas 400 ribu rupiah memiliki konsep diri negatif. Berdasarkan
data diperoleh diketahui bahwa tidak ada perbedaan konsep diri yang signifikan antara pekerja anak pada masing-masing kategori pendapatan.
Tabel 7. Jumlah dan Presentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Konsep Diri dan Pendapatan Pekerja Anak Tahun 2010
Pendapatan Konsep Diri
Positif Negatif
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Rp 200.000,- s.d Rp 400.000,- 21
84 7
100 Rp 401.000,- s.d Rp 600.000,-
3 12
Rp 601.000,- s.d Rp 800.000,- 1
4 TOTAL 25
100 7
100
Perbedaan pendapatan bulanan diketahui tidak berhubungan dengan konsep diri yang dimiliki pekerja anak. Hal ini dapat dikarenakan perbedaan
pendapatan pekerja anak tidak signifikan. Seluruh pekerja anak memiliki pendapatan bulanan dibawah UMR Kabupaten Bogor, dalam nominal yang
berbeda-beda berdasarkan pengalaman kerja dan jenis pekerjaan yang dilakukan.
BAB VII GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL PEKERJA ANAK
Dukungan sosial dapat menyebabkan individu merasa diperhatikan, bernilai, dan akan mendapat pertolongan ketika ia membutuhkan. Dukungan
sosial dapat memberikan sumbangan positif bagi pekerja anak dalam memandang dirinya sebagai makhluk sosial. Dukungan sosial pekerja anak dinilai berdasarkan
penilaian subyektif pekerja anak mengenai adatidaknya dukungan dari teman, keluarga, dan orang-orang di sekitarnya. Untuk mengetahuinya, pekerja anak
diberikan pernyataan-pernyataan yang mengandung keempat jenis dukungan sosial, yaitu: dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan emosi, dan
dukungan penghargaan. Berdasarkan respon yang diberikan pada kuesioner, diperoleh skor
dukungan sosial pekerja anak. Seluruh pekerja anak memiliki dukungan sosial yang kuat Tabel 8. Skor tersebut menunjukkan bahwa pekerja anak merasa
dirinya mendapat dukungan sosial yang kuat dari teman, keluarga, dan orang- orang lain di sekitarnya.
Tabel 8. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Dukungan Sosial Tahun 2010
Jenis Dukungan Kuat Lemah
Jumlah Persentase
Jumlah Persentase Dukungan Instrumental
23 71,9
9 28,1
Dukungan Informasi 25
78,1 7
21,9 Dukungan Emosi
31 96,9
1 3,1
Dukungan Penghargaan 23
71,9 9
28,1 Dukungan Sosial
32 100
Salah satu jenis dukungan yang membentuk dukungan sosial adalah dukungan instrumental. Semula dukungan instrumental yang dimiliki pekerja
anak diduga lemah karena SSE rendah keluarga mereka, namun ternyata 71,9 persen pekerja anak memiliki dukungan instrumental yang kuat. Sebanyak 28,1
persen pekerja anak lainnya memiliki dukungan instrumental yang lemah. Kuat atau lemahnya dukungan instrumental pekerja anak terlihat dari skor total respon
pekerja anak pada pernyataan-pernyataan yang menunjukkan ada atau tidaknya
dukungan baik dalam bentuk uang, barang, maupun pelayanan dari orang-orang di sekitarnya.
Kuatnya dukungan instrumental yang dimiliki 71,9 persen pekerja anak menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja anak menilai dirinya mendapatkan
dukungan instrumental yang kuat. Penilaian subyektif pekerja anak dapat berkaitan dengan gaya hidup yang dimiliki. Anak dengan SSE keluarga yang
rendah umumnya memiliki gaya hidup yang lebih rendah daripada individu dengan SSE keluarga yang tinggi. Semakin tinggi gaya hidup seseorang, semakin
tinggi kebutuhannya. Pekerja anak yang berasal dari keluarga dengan SSE rendah tentu memiliki tingkat kebutuhan yang lebih rendah pula dibandingkan dengan
anak seusianya yang hidup dalam keluarga dengan SSE rendah. Minimnya kebutuhan ini dapat mempengaruhi penilaian subyektif pekerja anak mengenai
kuat atau lemahnya dukungan instrumental yang ia peroleh. Sebanyak 78,1 persen pekerja anak memiliki dukungan informasi yang
kuat, sementara 21,9 persen lainnya memiliki dukungan informasi yang lemah. Kuat atau lemahnya dukungan informasi yang dimiliki pekerja anak dinilai dari
skor respon yang diberikan pada pernyataan-pernyataan terkait penerimaan informasi dan saran, baik mengenai pekerjaan, masalah biaya sekolah, maupun
masalah keluarga. Banyaknya responden yang memiliki dukungan informasi yang kuat menunjukkan bahwa responden merasa mendapatkan cukup banyak
informasi yang dibutuhkan, serta mempunyai orang-orang yang dapat memberikan saran untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Dukungan informasi yang kuat pada sebagian besar pekerja anak dapat disebabkan oleh kultur masyarakat Desa Bojong Rangkas yang masih kental rasa
kekeluargaannya. Kultur kekeluargaan pada masyarakat Desa Bojong Rangkas dapat diketahui salah satunya dengan fakta yang ditemukan bahwa masyarakat
Desa Bojong Rangkas saling kenal satu sama lain, sehingga mudah untuk menemukan rumah salah satu warga. Kondisi tersebut menjelaskan kultur
masyarakat yang terbuka dengan informasi dan peduli satu sama lain. Kultur kekeluargaan yang masih ditemukan pada masyarakat Desa Bojong
Rangkas juga dapat menjelaskan penyebab kuatnya dukungan emosi yang dimiliki pekerja anak. Hampir seluruh pekerja anak, tepatnya 96,9 persen
memiliki dukungan emosi yang kuat. Hanya 3,1 persen pekerja anak yang merasa memiliki dukungan emosi yang lemah. Jumlah pekerja anak yang memiliki
dukungan emosi kuat mencapai persentase tertinggi dari jenis dukungan sosial lainnya.
Kuat atau lemahnya dukungan emosi dinilai dari skor respon yang diberikan responden pada pernyataan-pernyataan mengenai rasa sayang,
perhatian, kehangatan, dan penerimaan secara apa adanya dari orang-orang di sekitarnya. Tingginya persentase pekerja anak yang memiliki dukungan emosi
yang kuat mengindikasikan banyaknya responden yang merasa mendapatkan rasa sayang, perhatian, dan kehangatan dari orang-orang sekitarnya, serta diterima
secara apa adanya. Salah satu bentuk dukungan emosi yang terlihat oleh penulis adalah adanya keakraban antara anak pemilik LIFERA yang masih duduk di
bangku SMP dengan pekerja anak. Tidak tampak gap dalam hubungan antara anak majikan dengan pekerja anak.
Dukungan lain yang membentuk dukungan sosial adalah dukungan penghargaan. Sebanyak 71,9 persen responden memiliki dukungan penghargaan
yang kuat, sedang 28,1 persen lainnya memiliki dukungan penghargaan yang lemah. Kuat atau lemahnya dukungan penghargaan ini dinilai dari skor respon
yang diberikan pada pernyataan-pernyataan terkait penghargaan positif, pemberian semangat, persetujuan pendapat, dan perbandingan positif yang dirasa
diterima responden dari orang-orang di sekitarnya. Tingginya persentase pekerja anak yang memiliki dukungan penghargaan kuat, menunjukkan cukup banyaknya
pekerja anak yang merasa dihargai dan didengar pendapatnya oleh keluarga dan teman-teman sebaya, serta menerima perbandingan positif dari beberapa orang.
Hasil tersebut menjelaskan masih adanya budaya saling menghargai dalam kehidupan warga Desa Bojong Rangkas.
7.1 Dukungan Sosial Pekerja Anak Berdasarkan Jenis Kelamin