satupun orang tua pekerja anak yang bekerja diluar kota selain buruh bangunan, itupun hanya jika ada proyek bangunan di luar kota. Hal tersebut menunjukkan
akses informasi orang tua pekerja anak yang terbatas, karena lingkungan kerja mereka sama dengan lingkungan tempat tinggal.
Gambar 6. Distribusi Pekerja Anak Menurut Mata Pencaharian Orang Tua, Desa Bojong Rangkas, 2010
3 9
3
31 42
3 9
Buruh Tani Pedagang
Montir Buruh Bangunan
Pengrajin tas Tukang ojek
Supir angkot
5.4 Kondisi Kerja dan Pendapatan Pekerja Anak
Pekerja anak di Desa Bojong Rangkas yang hidup dalam keluarga dengan SSE rendah berjumlah tiga puluh dua orang dan tersebar di empat lokasi kerja.
Para pekerja tas tidak memiliki kontrak kerja yang jelas sehingga intensitas perpindahan tempat kerja cukup tinggi, biasanya setelah Idul Fitri mereka pindah
tempat kerja. Hal ini melanggar UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 69, yang membolehkan anak bekerja dengan beberapa syarat, diantaranya
memiliki izin tertulis dari orang tua, terdapat perjanjian antara pengusaha dengan orang tua atau wali, dan ada hubungan kerja yang jelas Depnakertrans, 2008.
Pekerja anak di Desa Bojong Rangkas bekerja dalam ruangan yang sama dengan pekerja dewasa, karena perbedaan usia tidak membedakan jenis pekerjaan. Hal
ini melanggar UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 71, yang mengharuskan pekerja anak bekerja di tempat kerja yang terpisah dengan tempat
kerja orang dewasa Depnakertrans, 2008. Penghitungan upah kerja pekerja anak dilakukan berdasarkan jumlah hari
kerja. Untuk pekerja finishing dan pemotong pola, upah harian yang diperoleh mulai dari Rp 9.000,- sampai dengan Rp 15.000,- dengan enam hari kerja dalam
sepekan. Maka dalam sepekan, pekerja finishing dan pemotong pola dapat
membawa pulang uang mulai dari Rp 54.000,- sampai dengan Rp 90.000,-. Besarnya upah harian ditentukan berdasarkan lama pengalaman kerja anak di
industri tas dan dompet. Pekerja yang mengoperasikan mesin jahit mendapatkan upah sesuai dengan banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan. Jumlahnya
berkisar Rp 75.000,- sampai dengan 200.000,- per pekannya. Jika dihitung setiap bulan terdiri atas empat pekan, setiap bulan pekerja anak dapat memperolah
penghasilan mulai dari Rp 200.000,- sampai dengan Rp 800.000,- Gambar 7. Padahal Gubernur Jawa Barat melalui Keputusan Gubernur Jawa Barat nomor
561Kep.1665-Bangsos2009, telah memberlakukan Upah Minimum Regional UMR Kabupaten Bogor ditetapkan Rp 1.056.914,- per bulan sejak tanggal 1
Januari 2010.
Gambar 7. Distribusi Pekerja Anak Menurut Jumlah Pendapatan, Desa Bojong
Rangkas, 2010
3
88 9
Rp 200.000,- s.d Rp 400.000,- Rp 401.000,- s.d Rp 600.000,-
Rp 601.000,- s.d Rp 800.000,-
Pekerja anak bekerja selama 14 jam per hari, dari pukul 08.00 hingga pukul 22.00, dengan dua kali istirahat pada pukul 12.00 – 13.00 dan pukul 17.00
– 19.00. Pada waktu istirahat pekerja anak pulang ke rumah untuk makan dan melaksanakan shalat. Jika pesanan tas sedang sepi, pekerja anak dapat pulang
lebih awal. Jika masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, pekerja anak lembur di hari Minggu dengan tambahan upah sama dengan upah harian di hari
biasa. Tidak ada hari libur lain, kecuali libur hari raya. Pekerja anak juga tidak mendapat tunjangan lain diluar upah hariannya.
Pendapatan pekerja anak sangat minim dibandingkan dengan waktu kerjanya yang selama 72 jam dalam sepekan, belum termasuk waktu lembur.
Padahal UMR Kabupaten Bogor, sejak Januari 2010 telah ditetapkan sebesar Rp 1.056.914,- untuk waktu kerja 40 jam dalam sepekan. Ditemukannya
pelanggaran-pelanggaran terhadap beberapa pasal dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, menunjukkan adanya kegiatan eksploitasi anak di Desa
Bojong Rangkas. Banyak pekerja anak kehilangan kesempatan untuk bersekolah karena harus bekerja, sementara tidak satupun ibu pekerja anak yang ikut andil
dalam mencari nafkah, meskipun usianya masih tergolong usia produktif.
BAB VI GAMBARAN KONSEP DIRI PEKERJA ANAK
Konsep diri merupakan suatu konseptualisasi yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri Burns, 1984. Konsep diri pekerja anak merupakan
pandangan pekerja anak mengenai dirinya dalam aspek fisik, kepribadian, keluarga, sosial, dan kepuasan diri. Total skor kelima aspek konsep diri
memberikan gambaran positif atau negatifnya konsep diri pekerja anak. Pekerja anak yang berasal dari keluarga dengan SSE rendah di Desa
Bojong Rangkas berjumlah 32 orang, terdiri atas empat belas pekerja anak laki- laki dan delapan belas pekerja anak perempuan. Seluruh responden diminta
memberikan respon terhadap tiga puluh pernyataan yang terdiri atas lima pernyataan mengenai pandangan terhadap diri fisik, lima pernyataan mengenai
pandangan terhadap diri personal, lima pernyataan mengenai pandangan terhadap diri keluarga, lima pernyataan mengenai pandangan terhadap diri sosial, dan lima
pernyataan mengenai pandangan terhadap kepuasan diri pekerja anak. Meski SSE keluarga yang rendah dinyatakan menyebabkan seorang anak memiliki konsep
diri negatif, tidak demikian yang ditemukan pada diri pekerja anak di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Konsep Diri Tahun 2010
Aspek Diri Positif Negatif
Jumlah Persentase
Jumlah Persentase Fisik 22
68,8 10
31,2 Personal 25
78,1 7
21,9 Keluarga 26
81,2 6
18,8 Sosial 25
78,1 7
21,9 Kepuasan Diri
27 84,4
5 15,6
Konsep Diri 25
78,1 7
21,9
Dalam aspek fisik, sebanyak 68,8 persen responden memiliki konsep diri fisik yang positif. Konsep diri fisik yang positif menunjukkan pandangan positif
responden mengenai kesehatan, kekuatan, dan penampilan tubuhnya. Hanya 31,2 persen responden memandang negatif pada kesehatan, kekuatan, dan penampilan
tubuhnya.
Sebanyak 78,1 persen responden memiliki aspek diri personal yang positif. Konsep diri personal yang positif menunjukkan bahwa responden
memandang dirinya sebagai pribadi yang baik. Kata sifat yang digunakan dalam pernyataan-pernyataan mengenai konsep diri personal adalah “baik’, “pandai”,
“periang”, “yakin”, “terampil”, dan “teliti”. Sama halnya dengan konsep diri personal, sebanyak 78,1 persen
responden memandang positif dirinya mengenai kecakapannya dalam berinteraksi sosial dengan orang-orang di sekitarnya, meliputi teman sebaya dan
rekan kerja. Sebanyak 21,9 persen responden lainnya memandang negatif dirinya dalam interaksi sosial dengan teman sebaya dan rekan kerjanya.
Lingkungan keluarga dimana pekerja anak dibesarkan juga memberikan sumbangan bagi konsep diri pekerja anak. Sebanyak 81,2 persen responden
memandang positif dirinya sebagai anggota keluarga. Sedangkan 18,8 persen pekerja anak lainnya memandang negatif dirinya dalam aspek keluarga. Konsep
diri responden dalam aspek keluarga diketahui dari respon yang diberikan pada pernyataan-pernyataan yang menggambarkan hubungan responden dengan orang
tua dan anggota keluarga lainnya. Dalam aspek kepuasan diri, 84,4 persen responden memiliki pandangan
positif terhadap dirinya. Hanya 15,6 persen yang memiliki konsep diri negatif dalam aspek kepuasan diri. Konsep diri positif dalam aspek kepuasan diri
menunjukkan bahwa responden memandang positif kondisi dirinya saat ini dibandingkan dengan orang lain, serta memandang positif pencapaian dirinya di
masa mendatang. Pandangan seseorang terhadap dirinya juga dipengaruhi oleh pandangan orang lain terhadap dirinya yang ia rasakan. Mengingat responden
menghabiskan hampir seluruh waktunya di tempat kerja, interaksi sosial merekapun sebagian besar dilakukan dengan teman-teman di lingkungan kerja.
Selain itu responden hidup di tengah masyarakat yang memandang bekerja di usia muda adalah hal yang biasa. Pandangan masyarakat sekitar dapat
membentuk suatu standar kehidupan. Standar tersebut kemudian mempengaruhi kepuasan diri pekerja anak.
6.1 Konsep Diri Pekerja Anak Berdasarkan Jenis Kelamin