Konsep Diri Pekerja Anak Berdasarkan Jenis Kelamin

6.1 Konsep Diri Pekerja Anak Berdasarkan Jenis Kelamin

Setiap individu mengalami proses pembelajaran peran seks pada setiap fase perkembangannya. Belajar bermain peran seks sesuai dengan jenis kelamin merupakan bagian normal dari proses pertumbuhan. Pada setiap kelompok sosial terdapat pola-pola yang disetujui dan ditentukan secara budaya bagi anak perempuan dan anak laki-laki dalam hal berpikir, bertindak, berpenampilan, dan berperasaan Hurlock, n.d.. Kesepakatan pola peran seks merupakan bentuk perspektif sosial, salah satu perspektif yang membentuk konsep diri. Pekerja anak yang menjadi responden penelitian ini terdiri dari empat belas laki-laki dan delapan belas perempuan. Jenis pekerjaan yang dilakukan pekerja anak dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Sebagian besar pekerja anak, baik laki-laki maupun perempuan memiliki konsep diri yang positif dengan persentase yang berbeda Tabel 3. Tabel 3. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Konsep Diri dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Aspek Laki-Laki Total Perempuan Total + - + - Diri Fisik Jumlah 8 6 14 14 4 18 Persentase 57,1 42,9 100 77,8 22,2 100 Diri Personal Jumlah 9 5 14 16 2 18 Persentase 64,3 35,7 100 88,9 11,1 100 Diri Keluarga Jumlah 12 2 14 14 4 18 Persentase 85,7 14,3 100 77,8 22,2 100 Diri Sosial Jumlah 11 3 14 14 4 18 Persentase 78,6 21,4 100 77,8 22,2 100 Kepuasan Diri Jumlah 11 3 14 16 2 18 Persentase 78,6 21,4 100 88,9 11,1 100 Konsep Diri Jumlah 11 3 14 14 4 18 Persentase 78,6 21,4 100 77,8 22,2 100 Konsep diri pekerja anak mengenai aspek diri fisik merupakan pandangan pekerja anak mengenai kesehatan, kekuatan, dan penampilan tubuhnya. Berdasarkan Tabel 3, sebagian besar pekerja anak yang memiliki konsep diri positif berjenis kelamin perempuan. Pekerja anak perempuan yang memiliki konsep diri fisik negatif juga menempati angka persentase terendah. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja anak perempuan cenderung lebih merasa nyaman dan percaya diri pada penampilan fisiknya. Banyaknya pekerja anak perempuan yang memiliki konsep diri fisik yang positif dapat disebabkan oleh pandangan umum yang menganggap penting penampilan fisik bagi perempuan, sehingga pekerja anak perempuan memberi perhatian pada penampilan fisiknya. Masyarakat juga memberikan nilai pada beberapa pola penampilan sesuai dengan jenis kelamin Hurlock, n.d.. Sebagai contoh, perempuan yang berdandan dikagumi dan membuat iri teman seusianya, sedang laki-laki yang berdandan dapat dicap “banci”. Pandangan masyarakat umum tersebut memberikan persektif sosial bagi anak laki-laki, sehingga pekerja anak laki-laki tidak begitu mementingkan penampilan fisiknya dan begitu pula pandangan pekerja anak laki- laki terhadap diri fisiknya. Jourard dan Secord 1955a dalam Burns 1984 menyatakan bahwa laki-laki merasa lebih puas dengan tubuhnya jika ia bertubuh besar, sedangkan perempuan merasa lebih puas dengan tubuhnya jika ia bertubuh kecil. Pekerja anak laki-laki di Desa Bojong Rangkas memiliki tubuh yang tidak begitu besar dengan tinggi badan sedang dan cenderung pendek. Hal ini dapat berpengaruh terhadap cara pandang mereka mengenai diri fisiknya. Selain dalam aspek diri fisik, persentase pekerja anak perempuan yang memandang positif aspek diri personal dan kepuasan dirinyapun sangat tinggi, mencapai 50 persen dari jumlah seluruh pekerja anak. Sebagian besar pekerja anak laki-laki juga memiliki pandangan positif terhadap aspek diri personal dan kepuasan diri, namun dengan persentase yang lebih rendah dibandingkan pekerja anak perempuan. Pandangan positif pekerja anak pada aspek diri personal menunjukkan bahwa pekerja anak menganggap dirinya secara umum merupakan pribadi yang baik. Pandangan positif pekerja anak pada aspek kepuasan diri menunjukkan bahwa pekerja anak merasa puas dengan kondisinya saat ini. Kondisi SSE keluarga yang rendah ternyata tidak membuat pekerja anak kehilangan kepuasan dirinya. Kepuasan Diri pekerja anak yang tinggi dapat dipengaruhi oleh standar diri ideal yang dimiliki. Jourard and Remy 1955 dan Helper 1955 dalam Burns 1984 menyatakan bahwa konsep diri anak-anak serupa dengan pandangan orang tua yang dirasakan oleh anak-anak. Putus sekolah dan membantu orang tua dengan bekerja bukan hal yang memalukan bagi anak-anak di Desa Bojong Rangkas. Orang tua pekerja anakpun beranggapan bahwa dapat membaca, menulis, dan sedikit berhitung sudah cukup untuk bekal hidup. Memiliki penghasilan sendiri di usia muda juga merupakan kebanggaan bagi pekerja anak. Persepsi-persepsi tersebut membentuk diri ideal pekerja anak, yang kemudian menimbulkan kepuasan diri yang tinggi. Persentase pekerja anak laki-laki yang memiliki pandangan positif terhadap aspek diri keluarga lebih tinggi dibandingkan pekerja anak perempuan Tabel 3. Pandangan sebagian besar pekerja anak yang positif mengenai diri sebagai anggota keluarga menunjukkan bahwa pekerja anak merasa tidak menyusahkan orang tua, dibutuhkan oleh keluarga, memiliki hubungan baik dengan anggota keluarga yang lain, dan diberi kepercayaan besar oleh orang tua. Selain pada aspek diri keluarga, persentase pekerja anak laki-laki yang memandang positif dirinya pada aspek diri sosial juga lebih tinggi dari pekerja anak perempuan, namun tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Aspek diri sosial berkaitan dengan kecakapan pekerja anak berinteraksi sosial dengan orang-orang disekitarnya yang bukan anggota keluarga. Pandangan positif dalam aspek diri sosial menunjukkan pekerja anak merasa dirinya dikenal baik oleh teman-teman laki-laki maupun perempuan, dipercaya di tempat kerja, dan memiliki hubungan yang baik dengan teman-teman sebaya. Skor konsep diri pekerja anak menunjukkan bahwa 78,6 persen pekerja anak laki-laki memiliki konsep diri positif, sedang 21,4 persen pekerja anak laki- laki lainnya memiliki konsep diri negatif. Demikian pula pada pekerja anak perempuan, 77,8 persen pekerja anak perempuan memiliki konsep diri positif, sedang 22,2 persen lainnya memiliki konsep diri negatif. Dengan demikian diketahui, bahwa baik sebagian besar pekerja anak, baik laki-laki maupun perempuan memiliki konsep diri yang positif.

6.2 Konsep Diri Pekerja Anak Berdasarkan Pendidikan

Dokumen yang terkait

Gambaran Karakteristik Pekerja Anak di Pantai Bunga Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2010

0 35 131

EKSPLOITASI PEKERJA ANAK DI SEKTOR NELAYAN(Studi Deskriptif Tentang Pekerja Anak di Desa Sukorejo, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik)

0 3 2

Pekerja Anak-Anak di Pedesaan (Peranan dan Dampak Anak Bekerja pada Rumahtangga Industri Kecil Sandal : Studi Kasus di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

1 19 120

Kondisi, Motivasi Kerja dan Keuntungan yang Diberikan Pekerja Anak pada Industri Kecil (Kasus Pekerja Anak pada Industri Sandal di Desa Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 10 111

Eksploitasi Buruh Anak Pada Industri Kecil, Studi Kasus Pekerja Anak di Industri Alas Kaki, Desa Pasireurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.

0 11 214

Konservasi Lahan Pertanian Dan Dampaknya Trhadap Pelaku Konversi (Studi Kasus Di Desa Tegalwaru Dan bojong Rangkas Kecamatan Ciampea)

3 22 103

Densitas dan Perilaku Nyamuk (Diptera : Culicidae) Di Desa Bojong Rangkas Kabupaten Bogor

1 9 81

Peranan modal sosial dalam industri kecil tas di Desa Rojong Rangkas Kecamatan Ciampea- Bogor

0 3 77

Analisis Pengembangan Usaha Pabrik Tahu Bandung Di Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

1 13 51

Hubungan Keberdayaan Usaha Industri Mikro Dan Kecil Dengan Pengembangan Ekonomi Lokal (Kasus: Industri Tas Di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).

1 14 102