pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan skema-skema dan kerangka- kerangka kognitif yang telah ada.
3 Mengapliksikan Apply
Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan proses-proses tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Mengaplikasikan
berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses kognitif, yakni mengeksekusi dan mengimplementasikan.
4 Menganalisis Analize
Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antara bagian dan antara setiap bagian
dan struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis ini meliputi proses-proses kognitif membedakan, mengorganisasikan, dan menstribusikan. Walaupun belajar
menganalisis di anggap sebagai tujuan itu sendiri, sangat beralasan untuk secara edukatif memandang analisi sebagai perliasan dari memahami atau sebagai pembuka
untuk mengevaluasi dan mencipta. 5
Mengevaluasi Evaluate Mengaevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan criteria
dan standar.Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektifitas, efesiensi dan konsentrasi. Ketegori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif
memeriksa keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal dan mengkritik keputusan-keputusan yang diambil berdasar kan criteria eksternal.
6 MenciptaCreate
Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan
dalam mencipta, meminta siswa membuat produk baru dengan mengorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada
sebelumnya. Proses mencipta dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu merumuskan, merencanakan dan memproduksi.
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut:
24
1 Kepuasan
dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic pada diri siswa.
2 Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya.
3 Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya.
4 Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh komprehensif.
5 Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai, mengendalikan dirinya
terutama dalam menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu:
25
1 Kematanganpertumbuhan
Mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil jika tahap pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya, potensi-potensi jasmani atau rohaninya telah matang untuk itu.
2 KecerdasanIntelegensi
Disamping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan berhasil baik ditentukan atau dipengaruhi pula oleh taraf kecerdasannya.
3 Latihan dan ulangan
Seringkali mengulang sesuatu, maka cakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi makin dikuasai dan makin mendalam.Karena latihan,
karena seringkali mengalami sesuatu, seseorang dapat timbul minatnya kepada sesuatu.
4 Motivasi
Motif merupakan pendorong bagi sesuatu organisme untuk melakukan sesuatu.Motif intrinsik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnyaseseorang itu
24
Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengeajar, Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2009,h. 56-57
25
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Karya, 1985, h. 101-105
menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Tak mungkin seseorang mau berusaha mempelajari sesuatu, jika tidak mengetahui betapa pentingnya hasil
yang akan dicapai. 5
Sifat-sifat Probadi Seseorang Faktor pribadi seseorang turut pula memegang peranan dalam belajar. Tiap-
tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda antara seorang dengan yang lain. Sifat-sifat kepribadian yang ada pada seseorang itu sedikit
banyaknya turut pula mempengaruhi sampai dimanakah hasil belajarnya yang dapat dicapai.
6 Keadaan Keluarga
Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh anak-
anak.Termasuk dalam keluarga ini, ada tidaknya atau tersedia tidaknya fasilitas- fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang turut memegang peranan
penting pula. 7
Guru dan Cara Mengajar Faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang pentig pula.
Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana caraguru itu mengajar turut menentukan hasil belajar yang dapat
dicapai anak. 8
Alat-alat Pelajaran Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan
untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat itu, akan mempermudah dan mempercepat
belajar anak-anak. 9
Motivasi Sosial Motivasi sosial dapat pula timbul pada anak dan orang-orang yang
disekitarnya, seperti tetangga, anak saudara, teman-teman sepermainan, dan sekolah.
10 Lingkungan dan kesempatan
Banyak anak-anak yang tidak dapat belajar dengan hasil yang baik dan tidak dapat mempertinggi balajarnya akibat kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya
pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk serta faktor lain diluar kemampuannya.
4. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan agama Islam
Pendidikan secara umum dapat diartikan dari dua segi yaitu segi bahasa dan istilah. Dalam bahasa Vndonesia pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini
mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”, artinya memelihara dan memberi latihan.
Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
26
Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
27
Sedangkan dalam bahasa Arab, pengertian kata pendidikan sering digunakan pada beberapa istilah, antara lain:
ta’lim, tarbiyah dan ta’dib. Namun demikian, ketiga istilah tersebut memiliki makna tersendiri dalam menunjuk pada pengertian
pendidikan. Kata
ta’lim merupakan masdar dari kata ‘allama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian, pengertian dan keterampilan. Penunjukkan
kata ta’lim pada pengertian pendidikan sesuai dengan firman Allah SWT:
ء ْسأب ينو بن قف ة ئا ْل ى ع ْم ضرع مث ك ء ْسأ د ء م ع نيقد ص متنك ءآ ه
26
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997, cet. III, h. 10
27
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990, Cet. 3, h. 204
Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda-benda
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika memang kamu
orang yang benar” QS. Al-Baqarah: 31
28
Kata tarbiyah merupakan masdar dari kata rabba yang berarti mengasuh, mendidik dan memelihara.
29
Seperti terdapat dalam al- Qur’an:
ًريغص ين يب ك ْ ح ْ لق ة ْحرل نم ل ح نج ل ْضفْخ
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. QS. Al-Vsra’: 24
30
Sedangkan kata ta’dib, merupakan masdar dari kata addaba, yang dapat
diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik.
31
Menurut Naquib al-Attas dalam bukunya, istilah ta’dib adalah istilah yang
paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan, sementara istilah tarbiyyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mencakupi juga
pendidikan untuk hewan. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa istilah ta’dib merupakan
masdar kata kerja addaba yang berarti pendidikan. Dari kata addaba ini diturunkan juga kata adabun. Menurut al-Attas, adabun berarti pengenalan dan pengakuan
tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan berbagai tingkat dan derajat tingkatan mereka dan tentang tempat seseorang
yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang. Berdasarkan pengertian adab
seperti itu, Al-Attas mendefinisikan pendidikan menurut Islam sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia, tentang
tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam tatanan wujud sehingga hal ini
28
Departeman Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: al-Hikmah, h. 6
29
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001, h. 87
30
Departeman Agama RI, Al- Qur’an…, h. 284
31
Samsul Nizar, Op.cit., h. 90