Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian

wilayah sehingga data-data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data nasional dan disaggregat wilayah secara bulanan selama periode tahun 2004-2008. 2. Komoditas beras tidak dipisahkan menurut kualitas dan jenisnya, melainkan digunakan jumlah seluruh beras yang diproduksi, diminta dan diperdagangkan berdasarkan data yang tersedia. 3. Harga beras internasional yang digunakan mengacu pada harga beras FOB Thailand kualitas medium broken 25 persen, sedangkan harga beras domestik mengacu pada harga beras kualitas medium IR II di pasar induk wilayah masing - masing. Perubahan harga beras kualitas medium menjadi indikator perubahan semua harga beras dan akan diikuti oleh perubahan harga beras kualitas lainnya dengan cara yang sama. Hasil uji kointegrasi pasar domestik Indonesia dengan pasar internasionalnya Bangkok pada penelitian Irawan 2004 menunjukkan bahwa pasar beras propinsi, Jakarta dan Bangkok saling terintegrasi. Perubahan yang terjadi di pasar beras internasional seperti kelebihan produksi, kegagalan panen dari negara-negara produsen beras dunia akan berimbas pada pasar domestik. 4. Kebutuhan beras yang sesungguhnya mencakup konsumsi, benih, pakan maupun susut, tetapi dalam penelitian ini konsumsi beras dibatasi pada kebutuhan konsumsi masyarakat secara nasional. Data kebutuhan konsumsi tersebut tersedia secara berkelanjutan. 5. Kebijakan ekonomi perberasan dalam penelitian adalah kebijakan harga dasar, tarif, pengadaan dan penyaluran beras. 6. Analisis yang dilakukan adalah model persamaan simultan dengan menggunakan metode pendugaan two stage least squares 2 SLS.

1.5. Definisi

Definisi dari istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Disaggregasi wilayah adalah pemisahan data nasional menjadi data wilayah berdasarkan pulau terbesar di Indonesia yaitu: Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan dan Sulawesi. 2. Disaggregasi bulanan adalah pemisahan data berdasarkan periode waktu satu bulan dari data tahunan. 3. Periode I adalah periode antara bulan Februari-Mei dimana periode ini merupakan periode panen raya nasional. 4. Periode II adalah periode bulan Juni-Januari dimana periode ini merupakan periode bukan panen raya nasional. 5. Periode aggregat adalah periode satu tahun yaitu antara bulan Januari sampai dengan bulan Desember. 6. Variasi antar wilayah adalah perbedaan pola produksi padi dan kondisi surplus-defisit antar wilayah akibat adanya perbedaan agroekosistem. 7. Variasi antar waktu adalah perbedaan jumlah produksi beras antara periode I dan periode II sesuai pola panen padi suatu wilayah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Permintaan dan Penawaran Beras Indonesia

2.1.1. Perkembangan Produksi

Produksi padi nasional dihasilkan tidak merata antar wilayah dan antar waktu. Kondisi ini terjadi karena perbedaan potensi produksi dan pola produksi masing-masing wilayah. Pulau Jawa merupakan wilayah utama penghasil beras nasional dengan rata-rata produksi sebesar 54.52 persen dari total produksi beras Indonesia. Berdasarkan data Angka Tetap ATAP dan Angka Ramalan ARAM Badan Pusat Statistik, 2008, produksi padi nasional tahun 2004 sebesar 54.08 juta ton dan mencapai 60.25 juta ton pada tahun 2008 Tabel 1. Tabel 1. Produksi Padi Nasional Tahun 2004-2008 Bulan Tahun 000 ton 2004 2005 2006 2007 2008 Januari 2,417.57 1,985.87 2,178.35 1,566.19 1,634.16 Februari 6,630.75 4,380.94 6,013.83 2,882.22 3,001.44 Maret 9,604.15 9,676.19 10,334.72 7,319.63 7,739.92 April 7,268.09 8,783.21 7,398.25 10,543.54 11,186.74 Mei 4,557.59 4,397.83 4,223.08 6,483.74 6,844.40 Juni 4,013.35 3,979.33 4,215.15 4,546.34 4,809.12 Juli 4,852.16 4,710.52 5,115.00 4,748.66 5,048.68 Agustus 4,736.18 5,413.58 5,024.90 6,305.21 6,639.85 September 3,745.93 4,324.79 4,170.36 5,408.75 5,657.30 Oktober 2,664.35 2,915.47 2,519.49 3,171.34 3,321.03 November 1,804.42 1,870.77 1,757.14 2,335.76 2,434.51 Desember 1,789.91 1,712.63 1,504.67 1,845.87 1,933.87 Sumber: Badan Pusat Statistik, Angka Tetap, 1999-2007 dan Angka Ramalan III, 2008 Produksi padi tidak dihasilkan merata baik antar wilayah maupun antar waktu sepanjang periode satu tahun. Sepanjang periode satu tahun terdapat kondisi surplus produksi beras Indonesia pada bulan Februari-Mei dan kondisi cukup sampai dengan bulan Agustus. Perimbangan antara produksi, ketersediaan dan kebutuhan beras akan mengalami defisit memasuki bulan September