Implikasi Manajerial HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Implikasi Manajerial

Konstruk sekolah atau pendidikan formal tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam membentuk modal insani di KPSBU Jabar. Berdasarkan hasil wawancara pada pihak KPSBU, pada dasarnya pekerjaan di KPSBU hanya memerlukan keterampilan dan pengalaman saja sehingga lebih banyak karyawan hanya berpendidikan akhir sampai SMU atau setingkat saja. Pada kenyataanya, masih terdapat karyawan yang memiliki tingkat pendidikan diploma atau sarjana namun karyawan tersebut menganggap bekerja di KPSBU hanya sebagai batu loncatan saja. Dengan kata lain, karyawan tidak memiliki harapan yang tinggi untuk berkarir lebih lama di KPSBU. Berdasarkan hasil penelitian didapat informasi bahwa dimensi pelatihan umum dan pelatihan khusus tidak signifikan berpengaruh terhadap modal insani di KPSBU Jabar. Hal ini mungkin saja pelatihan yang selama ini dilaksanakan oleh KPSBU Jabar belumlah efektif dalam meningkatkan kinerja karyawan. Sehingga, pelatihan tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kemajuan keterampilan dan kinerja karyawan melainkan hanya sebuah kegiatan saja. Gaji atau kompensasi menurut Wayne yang disitasi oleh Mangkuprawira 2004 meliputi bentuk pembayaran tunai langsung, pembayaran tidak langsung dalam bentuk manfaat karyawan, dan insentif untuk memotivasi karyawan agar bekerja keras untuk mencapai produktivitas yang semakin tinggi. Sementara kompensasi dipengaruhi faktor-faktor internal dan eksternal organisasi. Kompensasi sangat dipengaruhi oleh tekanan-tekanan faktor pasar kerja, pasisi rebut tawar kolektif, peraturan pemerintah dan juga filosofi manajemen puncak tentang pembayaran kompensasi Mangkuprawira 2004. Dengan kata lain, peningkatan kompensasi seseorang tidak hanya sebatas peningkatan dari kemampuan internal sekolah atau pendidikan formal, pelatihan dan pengetahuan lain yang dimiliki oleh karyawan melainkan juga terdapat faktor eksternal yang mempengaruhinya. Selain itu, faktor pengalaman kerja karyawan di KPSBU berpengaruh langsung terhadap peningkatan gaji atau kompensasi. Berdasarkan pemaparan di atas maka terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh pihak KPSBU antara lain: 1. Dalam hal pengembangan sumber daya manusia: berbeda dengan organisasi pada umumnya, koperasi sumber daya manusia yang dimiliki oleh koperasi tidak hanya karyawan saja melainkan terdapat anggota koperasi. Salah satu faktor penentu peningkatan produktivitas adalah adalah kualitas sumber daya manusianya. Dalam hal pengembangan karyawan, pihak KPSBU Jabar hendaknya melakukan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan kerja karyawannya. Sedangkan bagi pengembangan anggota pihak KPSBU Jabar dapat melakukan penyuluhan teknis sehingga dapat meningkatkan pengetahuan anggota yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja anggota dengan menghasilkan susu yang berkalitas. 2. Dalam hal teknologi, pihak KPSBU Jabar hendaknya menerapkan teknologi pada proses pembuatan yoghurt yang sampai saat ini masih dilakukan secara manual. Dengan peningkatan produksi pada yoghurt, diharapkan dapat meningkatkan laba KPSBU Jabar dari penjualan yoghurt. 3. Dalam hal pemasaran produk: produk yang dihasilkan oleh KPSBU Jabar berupa produk susu sterilisasi dan yoghurt tidak kalah bersaing dengan produk-produk kompetitor yang sudah kita kenal saat ini. Namun, pemasaran produk belumlah maksimal sehingga produk dengan merk Freshtime ini hanya dikenal oleh masyarakat sekitar Lembang saja. Oleh karena itu, pihak KPSBU Jabar seharusnya melakukan berbagai program promosi terhadap produknya sehingga dapat dikenal oleh masyarakat luas. Sehingga peningkatan produksi ini diharapkan dapat meningkatkan laba koperasi yang akan berdampak pada peningkatan gaji atau pendapatan yang akan diterima oleh karyawan atau pun bagi hasil dengan para anggotanya. Berdasarkan hal tersebut, beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh pihak KPSBU Jabar semua berujung pada peningkatan modal insaninya. Investasi dalam pabrik, teknologi, produk baru, sistem distribusi, dan pemasaran hanya akan berfungsi jika mendapat sentuhan modal insani. Sebagai konsekuensinya manajer harus menciptakan, membangun, dan mempertahankan modal insani dalam unit kerjanya, karena hanya modal insani yang dapat menarik berbagai sumber daya lain untuk dimanfaatkan dalam menghasilkan value terbaik bagi customer.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pengembangan modal insani yang dimiliki oleh suatu organisasi dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan. Berdasarkan penelitian yang sudang dilakukan, hasil evaluasi penerapan pengelolaan modal insani pada KPSBU Jabar yang dilakukan hanya pada faktor pelatihan saja, seperti pelatihan komputer, pelatihan perpajakan, pelatihan tester, dan pelatihan manajemen pemasaran. Hasil analisis model pengembangan modal insani di KPSBU Jabar dari empat faktor pembentuk modal insani, yaitu sekolah atau pendidikan formal, pelatihan umum, pelatihan khusus, dan pengetahuan lain hanya faktor pengetahuan lain yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap modal insani. Faktor sekolah atau pendidikan formal tidak berpengaruh secara signifikan dapat disebabkan jenis pekerjaan di KPSBU Jabar bersifat keterampilan sehingga semakin tinggi jenjang pendidikan yang dimiliki oleh seorang karyawan tidak terbukti berpengaruh terhadap pekerjaanya. Keterampilan para karyawan tersebut dapat meningkat seiring dengan lamanya mereka bekerja. Faktor pelatihan umum dan khusus tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada modal insani di KPSBU Jabar karena mungkin disebabkan pelatihan yang diberikan pada karyawan belum efektif dalam meningkatkan kinerja karyawan. Kemudian modal insani hanya berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan produktivitas dan laba organisasi. Modal insani tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan gaji dan pendapatan karyawan di KPSBU Jabar. Hasil penelitian yang menyatakan bahwa hanya faktor pengetahuan yang memiliki pengaruh signifikan dapat disebabkan oleh kebijakan dari KPSBU Jabar yang memberikan peluang besar bagi anak dari anggota koperasi untuk dapat bekerja di KPSBU Jabar. Pengetahuan yang dimiliki karyawan KPSBU Jabar tentang “persusuan” sudah melekat kuat bahkan pengalaman mereka lebih banyak jika dibandingkan dengan karyawan yang mempunyai pendidikan tinggi, seperti diploma