Metode Pelatihan Karyawan Modal Insani dan Pelatihan

diimplementasikan dan disaat perusahaan menghadapi krisis. Pelatihan diartikan sebagai suatu kegiatan bukan sebagai suatu alat untuk mencapai strategi. Terdapat perbedaan antara pelatihan sebagai aktivitas training for activity dan pelatihan yang berdampak training for impact, perbedaan ini dapat dilihat pada Tabel 5. Pelatihan yang berdampak membutuhkan kehati-hatian dalam mengidentifikasi tujuan, evaluasi sistematis dari beberapa alternatif, evaluasi yang ketat untuk pencapaian achievement Milkovich Boudreau 1994. Tabel 5. Perbedaan Antara Pelatihan Sebagai Aktivitas dan Pelatihan yang Berdampak. Pelatihan sebagai aktivitas Pelatihan yang berdampak Tidak mempunyai klien Bermitra dengan klien Tidak terkait dengan kebutuhan bisnis Terkait dengan kebutuhan bisnis Tidak ada penilaian terhadap keefektifan kinerja atau penyebabnya. Terdapat penilaian terhadap keefektifan kinerja atau penyebabnya. Tidak ada upaya penyiapan lingkungan kerja untuk mendukung pelatihan. Penyiapan lingkungan kerja untuk mendukung pelatihan. Tidak ada pengukuran terhadap hasil pelatihan. Terdapat pengukuran terhadap hasil pelatihan.

2.5.2.1 Metode Pelatihan Karyawan

Terdapat dua metode utama dalam pelatihan, yaitu on the job training dan off the job training. Khusus bagi karyawan non manajerial banyak dilakukan pelatihan on the job training sedangkan off the job training lebih banyak diterapkan pada karyawan yang memiliki jabatan manajerial. a. On the job training Tipikal dari program on the job training menempatkan trainee pada situasi pekerjaan yang sebenarnya, di mana karyawan akan mendapatkan pengalaman kerja yang lebih nyata. Pelatihan ini memberikan kesempatan pada karyawan untuk mempelajari keterampilan baru dan menyempurnakan keterampilan terdahulu. Pelatihan ini disediakan dan difasilitasi oleh perusahaan dalam rangka peningkatan output perusahaan dan meningkatkan income karyawan. Teknik-teknik on the job training merupakan metode latihan yang paling banyak digunakan. Latihan dengan menggunakan metode ini dilakukan di tempat kerja. Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan supervisi langsung seorang pelatih yang berpengalaman. Metode latihan ini sangat ekonomis, karena tidak perlu membiayai para trainer dan trainee, tidak perlu menyediakan peralatan dan ruang khusus. Mangkuprawira 2004 menyebutkan yang termasuk dalam pelatihan ini, antara lain: a Pelatihan instruksi pekerjaan, pada pelatihan ini ditentukan seseorang bertindak sebagai pelatih untuk menginstruksikan bagaimana melakukan pekerjaan tertentu dalam proses kerja; b Rotasi pekerjaan merupakan program yang direncanakan secara formal dengan cara menugaskan karyawan pada beberapa pekerjaan yang berbeda dana dalam bagian yang berbeda dengan organisasi untuk menambah pengetahuan mengenai pekerjaan dalam organisasi; c Magang pelatihan yang mengkombinasikan antara pelajaran di kelas dengan praktek di lapangan, yaitu setelah sejumlah teori diberikan kepada peserta, peserta dibawa praktek ke lapangan; dan d Coaching merupakan bentuk pelatihan dan pengembangan yang dilakukan di tempat kerja oleh atasan dengan membimbing karyawan melakukan pekerjaan secara informal dan biasanya tidak terencana, misalnya cara melakukan pekerjaan, cara memecahkan masalah. b. Off the job training Pelatihan dengan menggunakan metode ini berarti karyawan, sebagai peserta diklat, ke luar sementara dari kegiatan atau pekerjaannya. Kemudian mengikuti pendidikan atau pelatihan, dengan menggunakan teknik-teknik belajar mengajar seperti lazimnya. Mangkuprawira 2004 menyebutkan jenis dari pelatihan ini antara lain: a Presentasi dan kuliah. Pada metode presentasi teknik yang digunakan adalah menyajikan informasi, yang bertujuan untuk memperkenalkan pengetahuan, sikap dan keterampilan baru bagi para peserta. Kuliah merupakan metode tradisional dengan kemampuan penyampaian informasi di mana peserta diasumsikan sebagai pihak yang pasif; b Permainan peran dan pemodelan perilaku. Dalam metode ini, peserta pelatihan diminta untuk memainkan memerankan bagian-bagian dari berbagai karakter watak dalam suatu kasus. Peserta harus mengambil alih peranan dan sikap-sikap dari orang-orang yang ditokohkan tersebut; c Studi kasus. Peserta pelatihan diberikan sebuah kasus yang harus dipelajari dan didiskusikan antarpeserta. Metode ini sangat cocok bagi manajer yang akan mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah; d Simulasi adalah suatu penentuan karakteristik atau perilaku tertentu dari dunia nyata sehingga para peserta pelatihan dapat merealisasikan seperti keadaan yang sebenarnya. Pelatihan simulasi terdiri dari dua bentuk. Pertama, simulator mekanik yang mereplikasikan ciri-ciri pokok dari situasi kerja. Kedua, simulasi komputer yang berupa permainan-permainan. Pemain membuat keputusan, dan komputer menentukan hasil dalam konteks dari kondisi-kondisi yang sudah diprogramkan; e Studi mandiri. Bahan-bahan instruksional yang terencana dengan hati-hati dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan para karyawan. Bahan-bahan pembelajaran yang terprogram merupakan bentuk lain dari studi mandiri. biasanya bentuk itu merupakan program komputer atau booklet cetakan yang berisi berisi sebuah seri pertanyaan- pertanyaan dan jawaban-jawaban; f Pelatihan laboratorium. Pelatihan laboratorium dirancang untuk meningkatkan keterampilan antarpersonal. Para peserta mencari cara memperbaiki keterampilan hubungan antarmanusia. Hal ini termasuk pembagian pengalaman dan pengujian perasaan, perilaku, persepsi, dan reaksi yang dihasilkan; dan g Pembelajaran aksi. Pembelajaran aksi menempatkan kelompok-kelompok kecil yang mencari penyelesaian pertmasalahan nyata yang dihadapi organisasiperusahaan, dibantu oleh seorang fasilitator yang dapat berasal dari luar atau dari dalam perusahaan. Fokus kelompok diarahkan pada masalah yang menjadikan sebuah alat pembelajaran. Selanjutnya senada dengan Mangkuprawira 2004, Milkovich dan Boudreau 1994 berpendapat bahwa metode pelatihan dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu on the job training dan off the job training. Pada umumnya, pelatihan mengacu pada pekerjaan yang sedang dikerjakan oleh karyawan yang bersangkutan terutama bagi karyawan non manajerial. Pada kenyataannya, pelatihan yang bersifat on the job training lebih sering dilakukan daripada off the job training. Program pelatihan on the job training menempatkan para karyawan trainee pada situasi pekerjaan yang sebenarnya, di mana pekerja yang berpengalaman atau supervisor mendemonstrasikan pekerjaan dan penyelesaian pekerjaan tersebut. Bentuk dari on the job training ini adalah program magang apprenticeship. Milkovich dan Boudreau 1994 mengatakan bahwa program pelatihan formal atau off the job training, lebih mendapat perhatian karena biaya yang langsung dan jelas akan dikeluarkan. Program pelatihan off the job training ini meliputi perkuliahan, program instruksi, simulasi, permaian bisnis, pembelajaran aksi dan pemodelan perilaku. Program pelatihan yang diberikan pada karyawan pada dasarnya akan meningkatkan keterampilan dari karyawan yang bersangkutan sehingga akan meningkatkan kualitas modal insaninya. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membuktikan keterhubungan antara pelatihan yang diberikan karyawan dengan modal insani seperti yang diperlihatkan pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Penelitian-penelitian Mengenai Pelatihan dan Modal Insani No. Penulis Variabel Hasil 1. Awang et al. 2010 Pelatihan, kompetensi, kinerja pekerjaaan, kualitas karyawan Terdapat bukti empiris bahwa program pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku kerja dari karyawan. Variabel yang berhubungan dengan pelatihan secara positif dan signifikan berhubungan dengan kinerja kerja karyawan kecuali kompetensi kognitif. 2. Ming Au Altman 2007 Pelatihan dan modal insani Pelatihan berhubungan positif terhadap investasi pada modal insani. Karyawan yang memiliki keterampilan yang mencukupi akan berdampak positif terhadap modal insaninya.

2.6 Koperasi