Oksidasi enzimatik komponen fenolik Autooksidasi komponen f

jaringan. Contoh terkenal adalah buah menjadi kecoklatan setelah dipotong. Oksidasi juga dapat menyebabkan pembentukan metabolit yang beracun untuk hewan dan tumbuhan, dan hal tersebut dapat menjelaskan proses pembusukan dalam pengolahan makanan. Di sisi lain, senyawa toksik terbentuk dari oksidasi fenolat dapat menghambat mikroorganisme patogen. Fenol tertentu digunakan sebagai penghambat atau antioksidan untuk mencegah oksidasi asam lemak Vermerris dan Nicholson 2006. Proses oksidasi senyawa fenolik menghasilkan senyawa quinon. Senyawa Orto-difenol dapat teroksidasi ke dalam bentuk orto-quinon Gambar 5. Quinon ini dapat dibentuk secara enzimatik atau non enzimatik. Non-enzimatik oksidasi mudah terjadi pada pH basa Yabuta et al. 2001 diacu dalam Balange 2009. Gambar 5 Oksidasi sebuah ortho-difenol menjadi kuinon Prigent 2005 diacu dalam Balange 2009.

2.10.1 Oksidasi enzimatik komponen fenolik

Reaksi oksidasi senyawa fenolik dapat terjadi melalui mekanisme enzimatik. Beberapa kelas enzim dapat mengkatalis reaksi ini. Menurut Nomenclature Committee of the International Union of Biochemistry and Molecular Biology NC-IUBMB, enzim ini merupakan bagian dari kelas E.C.1 oksidoreduktase. Tiga kelas utama enzim yang mengkatalisis oksidasi senyawa fenolik adalah oxidoreductases yang menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron EC 1.10.3, peroksidase EC 1.11.1, dan monooxygenase monofenol EC 1.14.18.1 Vermerris dan Nicholson 2006. Sebuah kuinon dapat terbentuk melalui aksi dari dua jenis enzim: polifenol oksidase dan peroksidase. Kuinon diproduksi oleh peroksidase melalui pembentukan radikal. Peroksidase memerlukan keberadaan hidrogen peroksida Matheis dan Whitaker 1984 diacu dalam Balange 2009, oleh sebab itu perannya dalam makanan terbatas dibandingkan dengan aksi polifenol oksidase. Polifenol oksidase EC1.14.18.1 dibagi menjadi katekol oksidase dan lakase. Kedua enzim tersebut dapat mengoksidasi substrat fenolik menggunakan molekul oksigen. Katekol oksidase dapat disebut aktivitas kresolase mengkatalisis oksidasi aksi katekolase difenolase diacu dalam Balange 2009 Gambar 6 Mekanis Matheis dan Whitaker 1984 Pada reaksi hidroksilasi substrat monofenol dan oksidasi pertama terbentuk kedua o-difenol selanjutnya reaktif dan dapat bereaksi molekul tinggi Lantto 2007. Lakase mampu termasuk ρ-diphenols dalam Balange 2009 dan al. 1998 diacu dalam oksidasi namun reaksi fenolik Mayer 1987 oksidasi -difenol menjadi menjelaskan reaksi oksidasi 1,4 Gambar 7

2.10.2 Autooksidasi komponen f

Auto-oksidasi mengacu linked sebagai akibat oksidase dapat mengubah monofenol menjadi ortodifenol, aktivitas kresolase monofenolase. Katekol oksidas oksidasi orto-difenol menjadi orto-quinon dengan difenolase Mayer dan Harel 1979; Rodriguez-Lopez Balange 2009 Gambar 6. Mekanisme kresolase dan katekolase dari polifenol oksidase Matheis dan Whitaker 1984 diacu dalam Balange idroksilasi, satu atom O 2 masuk ke dalam cincin dan yang lainnya direduksi menjadi air. Sebagai terbentuk sebuah o-difenol dari sebuah monofenol. selanjutnya dioksidasi menjadi o-kuinon. Kuinon dapat bereaksi secara spontan membentuk senyawa Lantto 2007. mengoksidasi substrat lebih luas dibanding katekol diphenols Mayer dan Harel 1979; Mayer dan Staples dan senyawa non fenolik misalnya fosforothiolat dalam Balange 2009. Lakase tidak hanya mengkatalis reaksi lain misalnya demethylasi dan de- polimerisasi 1987 diacu dalam Balange 2009. Lakase mengkatalisis enol menjadi -kuinon Vermerris dan Nicholson 2006. menjelaskan reaksi oksidasi 1,4-dihidroksibenzena menjadi -kuinon. Oksidasi 1,4-dihidroksibenzena menjadi -kuinon Vermerris dan Nicholson 2006. Autooksidasi komponen fenolik non enzimatik mengacu pada pembentukan struktur ikatan akibat dari terpapar cahaya dan oksigen Gambar odifenol, dan reaksi ini ksidase juga dapat dengan menggunakan Lopez et al. 2001 polifenol oksidase. Balange 2009 dalam cincin aromatik air. Sebagai hasil dari enol. Pada reaksi Kuinon adalah senyawa senyawa dengan berat dibanding katekol oksidase, Staples 2002 diacu orothiolat Amitai et hanya mengkatalis reaksi polimerisasi senyawa mengkatalisis rekasi Nicholson 2006. Gambar 7 uinon. uinon ikatan silang cross- Gambar 8. Di bawah pengaruh cahaya, oksigen radikal. Hal ini mungkin karena elektron radikal dapat Mengingat sifat aromatiknya Radikal yang dihasilkan membentuk dimer. Karena dapat terbentuk tergantung terjadi reaksi. Gambar 8 dapat bereaksi untuk membentuk quinines 2.37 Vermerris dan Nicholson 2006 Gambar 8 Auto oksidasi katekol membentuk dimer yang berbeda Vermerris dan Nicholson Pembentukan kuinon menyebabkan deprotonasi pada pembentukan kuinon misalnya untuk menghasilkan NaOH yang diencerkan untuk ada dalam buah zaitun Kemungkinan yang lain untuk pengoksidasi seperti periodat 2009. Kuinons sendiri bereaksi melalui mekanisme oksigen dapat memisahkan proton, sehingga menghasilkan terjadi jika proton berdekatan dengan ikatan radikal dapat terdelokalisasi sehingga menurunkan nya, senyawa fenolik mudah teroksidasi secara kemudian dapat bereaksi dengan radikal lain Karena elektron radikal terdelokalisasi, beberapa tergantung pada ketepatan lokasi dari elektron radikal pada menunjukkan bagaimana radikal dari katekol membentuk campuran tetrahydroxy-biphenyls Vermerris dan Nicholson 2006. Auto oksidasi katekol membentuk dimer yang berbeda Vermerris dan Nicholson 2006. juga dapat terjadi tanpa adanya enzim. Peningkat kelompok hidroksil fenolik yang akhirnya mengarah kuinon. Metode ini digunakan dalam industri menghasilkan buah zaitun hitam dengan perlakuan penambahan untuk mengoksidasi asam kafeat dan hidroksitirosol Garcia et al. 1996 diacu dalam Balange untuk membentuk kuinon adalah penggunaan periodat Harrison dan Hodge 1982 diacu dalam adalah senyawa yang tidak stabil, yang cenderung mekanisme oksidoreduksi dengan molekul lain, oligomerisasi menghasilkan ikatan rangkap, menurunkan energi. secara otomatis. lain untuk beberapa struktur radikal pada saat katekol 2.11 2,36 dan Auto oksidasi katekol membentuk dimer yang berbeda eningkatan pH akhirnya mengarah industri makanan perlakuan penambahan rosol yang Balange 2009. penggunaan reagen dalam Balange yang cenderung oligomerisasi dengan senyawa fenolik protein Balange 2009

2.11 Interaksi fenol dan