Definisi Operasional TINJAUAN PUSTAKA

a. Mengabaikan, tidak mau tahu kondisi hutan mangrove dan menggagalkan upaya penghijauan di hutan mangrove = skor -2 b. Melakukan penanaman mangrove karena terpaksa atau mengharap imbalan berupa uang intensif = skor -1 c. Memiliki kesadaran untuk menanam mangrove, namun tidak pernah melakukannya = skor 0 d. Melakukan penanaman mangrove untuk menjaga kelestarian hutan mangrove kesadaran diri sendiri = skor +1 e. Mempelopori dan menjadi bagian penggeak warga serta melakukan penanaman mangrove bersama-sama dengan masyarakat = skor +2 6. Dukungan terhadap kebijakan pemerintah adalah sikap yang ditunjukkan masyarakat untuk mau atau tidak mau mematuhi peraturan yang ditetapkan pemerintah terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan hutan mangrove. Pengukurannya dapat dilihat dari tingkatan yang paling melanggar sampai yang paling mematuhi: a. Melanggar dan menentang peraturan secara brutalperlawanan dengan merusak hutan mangrove yang masuk zona inti perlindungan = skor -2 b. Menentang tanpa ada perlawanan aksi nyata terhadap peraturan terkait dengan hutan mangrove = skor -1 c. Bersikap biasa saja terhadap peraturan yang ditetapkan pemerintah = skor 0 d. Mendukung, mematuhi, dan melaksanakan peraturan yang ditetapkan pemerintah terkait dengan hutan mangrove = skor +1 e. Mendukung dan ikut menghimbau warga lain untuk sama-sama mematuhi atau melaksanakan peraturan pemerintah = skor +2 7. Sikap responden terhadap pembangunan kawasan industri dan hunian elit PIK di sekitar lingkungan pemukiman responden dan hutan mangrove. a. Sangat tidak setuju = skor -2 b. Tidak setuju = skor -1 c. Tidak tahunetral = skor 0 d. Setuju = +1 e. Sangat setuju = +2 8. Bentuk reaksi responden terhadap pihak swasta yang melakukan pembangunan perumahan elit dan pertokoan di lingkungan Muara Angke. a. Mendukung, ikut terlibat dan membantu pihak swasta, serta ikut mengambil keuntungan dari kegiatan tersebut = skor -2 b. Mendukung namun tidak melibatkan diri dalam kegiatan tersebut dan tidak ada perlawanan terhadap pihak swasta = skor -1 c. Tidak ada reaksi apapun terkait kegiatan yang dilakukan pihak swasta = skor 0 d. Menentang namun tidak ada aksi nyata terhadap kegiatan tersebut = skor +1 e. Menentang dan melakukan berbagai gerakan dan aksi sosial serta aksi politik dalam melawan bahkan menghentikan kegiatan yang dilakukan swasta di kawasan hutan mangrove = skor +2 9. Bentuk konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pihak pemerintah dan atau swasta terkait dengan akses dan pemanfaatan di sekitar kawasan hutan mangrove. a. Terjadi pertentangan antara kedua belah pihak hingga menimbulkan tragedi saling bunuh = skor -2 b. Terjadi kekerasan dalam bentuk pekelahianpersaingan perebutan hak pengelolaan hutan mangrove misalnya: kerusuhan, tawuran = skor -1 c. Terjadi kondisi saling mengancam pada kedua belah pihak yang berselisih = skor 0 d. Terjadi perdebatan beda pendapat dan perbedaan kepentingan antara kedua pihak. = skor +1 e. Terjadi penyebaran desas-desus gossip atau isu yang saling mejelekkan dan berprasangka secara sembunyi-sembunyi antara kedua belah pihak = skor +2 10. Penangkapan satwa liar adalah tindakan yang dilakukan warga untuk menangkap satwa liar yang terdapat pada kawasan lindung hutan mangrove guna dipelihara, diperjual-belikan, atau untuk dibunuh. Pengukurannya dapat dilihat dari tingkatan yang paling eksploitatif sampai yang paling preservatif: a. Menangkap dan membunuh seluruh satwa yang ditemui di kawasan hutan mangrove = skor -2 b. Menangkap satwa untuk diperjual-belikan atau dipelihara = skor -1 c. Bersikap biasa saja atau tidak acuh pada keberadaan satwa liar di hutan mangrove = skor 0 d. Tidak menangkap dan membunuh satwa yang ada di hutan mangrove = skor +1 e. Tidak menangkap, membunuh, bahkan menkonservasi satwa yang ada di hutan mangrove bersama-sama dengan semua lapisan masyarakat = skor +2 11. Pembukaan lahan untuk bangunan dan pemukiman adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi luasan lahan tutupan mangrove. Pengukuran dapat dilihat dari luasan lahan bukaan mangrove yang diakibatkan dari yang paling besar sampai yang paling kecil: a. Luas bukaan lahan ≥ 10 ha = skor -2 b. Luas bukaan lahan 0-10 ha = skor -1 c. Tidak memiliki lahan bukaan di kawasan hutan mangrove = skor 0 d. Menghindari untuk membuka lahan mangrove yang dilindungi untuk mendirinkan bangunan atau tambak = skor +1 e. Mencegah dan menghimbau warga untuk tidak membuka lahan di kawasan lindung hutan mangrove = skor +2 12. Hasil tangkapan ikan yang menjadi konsekuensi dari turunnya kualitas ekosistem pesisir diukur dari jumlah sabagai berikut: a. Berkurang lebih dari setengah hasil tangkapan = skor -2 b. Berkurang tidak lebih dari setengah hasil tangkapan = skor -1 c. Tidak terjadi penurunan hasil tangkapan = skor 0 d. Kenaikan hasil tangkapan kurang dari setengah hasil tangkapan = skor +1 e. Kenaikan hasil tangkapan lebih dari setengah hasil tangkapan = skor +2 13. Banjir sebagai konsekuensi dari berkurangnya luasan hutan mangrove setelah reklamasi pesisir dan sebelum reklamasi pesisir sehingga terjadi kenaikan air laut dan merupakan dampak dari rusaknya ekosistem sungai Angke dari hulu ke hilir diukur menurut frekuensi sebagai berikut: a. Banjir terjadi harian hampir setiap hari = skor -2 b. Banjir terjadi mingguan = skor -1 c. Banir terjadi bulanan = skor 0 d. Baniir terjadi tahunan = skor +1 e. Tidak terjadi banjir = skor +2 14. Gangguan satwa liar ke pemukiman penduduk akibat rusaknya atau menurunnya kualitas dan kuantitas hutan mangrove dapat diukur dengan melihat frekuensinya sebagai berikut: a. Gangguan satwa terjadi harian hampir setiap hari = skor -2 b. Gangguan satwa terjadi mingguan = skor -1 c. Gangguan satwa terjadi bulanan = skor 0 d. Gangguan satwa terjadi tahunan = skor +1 e. Tidak terjadi gangguan satwa = skor +2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan ditunjang oleh pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk lebih memahami fakta sosial yang menjadi fokus penelitian Singarimbun, 1989. Pendekatan kuantitatif yang dipilih oleh peneliti adalah pendekatan yang mampu memberikan penjelasan hubungan dan intensitas kedalaman antar variabel melalui penghitungan data yang dikuantifikasikan, sehingga dapat memperlihatkan gambaran hubungan antar variabel penelitian tersebut. Penelitian ini juga mengkombinasikan dengan pendekatan kualitatif sebagai pendekatan pendukung agar didapatkan data yang lebih mendalam dan yang belum bisa digambarkan dari penggunaan pendekatan kuntitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survai yaitu melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama dalam pengambilan data kuantitatif. Sedangkan pendekatan kualitatif menggunakan metode non-survai dengan menggali data melalui studi kasus, observasi atau pengamatan di lapangan, dan wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan panduan pertanyaan

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitaian ini dilaksanakan di Permahan Nelayan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa pada lokasi tersebut terdapat permasalahan pengelolaan hutan mangrove sebagai salah satu ruang hijau terbuka RTH yang dilindungi pemerintah menjadi Suaka Marga Satwa Muara Angke di kawasan ibukota DKI Jakarta, yaitu berdasarkan ketetapan perundangan berupa Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 755Kpts-II1998. Berdasarkan fakta tersebut, maka menarik jika dilakukan studi mengenai dinamika interaksi sosial-ekologis masyarakat pesisir Muara Angke yang memiliki tingkat heterogenitas dan kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Proses penelitian ini berlangsung di lapangan selama satu bulan dimulai dari bulan November tahun 2010. Kemudian dilanjutkan dengan proses pengolahan data dan penulisan hasil penelitian hingga bulan Desember tahun 2011.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah dengan metode triangulasi yaitu melalui wawancara kuesioner, wawancara pendalam, dan pengamatan berperan serta terbatas. Data primer diperoleh dari wawancara kuesioner, wawancara pendalam, dan pengamatan berperan serta terbatas. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur analisis dokumen tentang profil Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara serta berbagai kajian literatur yang mendukung dan terkait dengan interaksi sosial- ekologis masyarakat pesisir Kelurahan Pluit terkait pengelolaan sumberdaya alam hutan mangrove. Kuesioner digunakan pada unit analisis individu yaitu masyarakat pesisir yang terlibat pada akses pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam hutan mangrove dan pesisir untuk mendapatkan data mengenai karakteristik dirinya. Kuesioner juga digunakan untuk mendapat data mengenai seberapa jauh akses dan kontrol masyarakat terhadap pengelolaan ekosistem mangrove. Pengamatan berperan serta terbatas dilakukan untuk melihat, merasakan, dan memaknai, dunia beserta ragam peristiwa dan gejala sosial sebagaimana tineliti melihat, merasakan, dan memaknainya. Pengamatan berperan serta terbatas dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kajian potensi atau faktor yang menyertai keberlangsungan interaksi sosial-ekologis yang salah satunya menyangkut profil akses dan kontrol masyarakat pada sumberdaya pesisir khususnya ekosistem hutan mangrove. Analisis atau studi dokumen dilakukan untuk mendapatkan data profil dan potensi wilayah Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakata Utara. Adapun data yang didapatkan berkisar pada profil kelurahan yang meliputi kondisi geografis, kependudukan, potensi pemanfaatan sumberdaya pesisir khususnya ekosistem hutan mangrove, dan kelembagaan masyarakatnya. Analisis dokumen menggunakan sumber dokumen dari monografi kelurahan dan desa, data statistik, laporan tahunan dari instansi pemerintahan.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumahtangga. Penggunaan rumahtangga sebagai unit analisis didasarkan pada karakteristik rumahtangga yang memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan dan penentuan pengalokasian sumberdaya berkaitan dengan hutan mangrove. Kerangka sampling yang yang digunakan adalah masyarakat pesisir Muara Angke yang bermukim dan memiliki kedekatan geografis dan fungsional dengan sumberdaya hutan mangrove. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat pesisir Muara Angke yang bertempat tinggal dekat dengan kawasan hutan mangrove Suaka Marga Satwa Muara Angke faktor kedekatan geografis. Populasi sasaran dalam penelitian ini berjumlah sekitar 219 yang terdiri dari warga Kampung Kali Adem dan RW 01 Kelurahan Pluit. Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pengambilan sampel Acak Distratifikasi Stratified Random Sampling . Metode pengambilan sampling ini dipilih untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat populasi yang heterogen dengan membagi populasi dalam kerangka sampling ke dalam lapisan-lapisan yang seragam dan dari setiap lapisan dapat diambil sampel secara acak. RW yang terpilih merupakan RW yang didasarkan pada kedekatan jarak dengan Suaka Margasatwa Muara Angke. Wilayah RW yang dipilih adalah RW 01 dan kawasan Kampung Kali Adem yang dianggap paling representatif untuk penelitian ini karena dapat memberikan gambaran mengenai dinamika hubungan atau interaksi sosial- ekologis masyarakat pesisir Muara Angke di kawasan hutan mangrove secara keseluruhan. Pemilihan sampel di lokasi tersebut juga berdasarkan pertimbangan bahwa warga Kampung Kali Adem adalah warga yang bersentuhan langsung terhadap keberadaan hutan mangrove di Muara Angke. Sampel yang diambil sebanyak 50 orang perwakilan dari masing-masing wilayah RW yang sudah direkomendasikan oleh tokoh masyarakat.

Dokumen yang terkait

Dampak reklamasi pantai utara jakarta terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat: tinjauan sosiologis masyarakat di sekitaran pelabuhan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Jakarta Utara

10 55 168

Zakat hasil tangkapan laut di kelurahan Kamal Muara Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara

1 31 0

Keragaan Wanita Pekerja pada Industri Pengelohan Hasil Perikanan Tradisional (PI-PT) Muara Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, DKI Jakarta

0 8 137

Penilaian Manfaat Ekonomi Hutan Mangrove di Kawasan Angke-Kapuk Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara

0 8 116

Studi Perbandingan Hasil Tangkapan Ikan yang Didaratkan dan Dilelang di PPJ Muara Angke dan PPI Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara.

0 11 123

Hubungan Motivasi Kerja dengan Perilaku Nelayan pada Usaha Perikanan Tangkap (Kasus di Muara Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara)

0 5 107

Sikap komunitas pesisir eks kali adem terhadap huniannya di rumah susun cinta kasih Tcu Chi 2 Muara Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakrta Utara

0 7 108

Sikap Komunitas Pesisir Eks Kali Adem terhadap Huniannya di Rumah Susun Cinta Kasih Tzu Chi 2 Muara Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara

0 12 9

Keanekaragaman Serangga di Ekosistem Mangrove: Studi Kasus Hutan Mangrove di Kawasan Pesisir Angke Kapuk, Jakarta Utara

0 4 72

Faktor faktor yang mempengaruhi migrasi kerja nelayan ke non nelayan di muara angke, kelurahan pluit, kecamatan penjaringan, jakarta utara

1 8 77