Gambar 34 Hasil analisis optimasi statik dengan model CYP.
Berdasarkan Gambar 34, diketahui bahwa tingkat rente ekonomi dengan Model CYP memiliki nilai terbesar dibandingkan dengan nilai lainnya seperti
biomassa x, tingkat produksi h, dan tingkat upaya penangkapan E. Tingkat rente ekonomi terbesar yang diperoleh dari hasil analisis optimasi statik terjadi
pada kondisi MEY dan MSY yaitu sebesar Rp6.705 juta per tahun. Pada Gambar 34, tampak bahwa dengan model CYP produksi h pada
kondisi MEY dan MSY yaitu sebesar 443,65 ton lebih besar dibandingkan dengan kondisi aktual sebesar 47,69. Hal ini tidak sesuai dengan hasil estimasi produksi
lestari berdasarkan model CYP yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata produksi lestari sebesar -1.281,07 ton lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata
produksi aktual sebesar 47,69 ton. Model ini dianggap kurang sesuai karena tidak mungkin nilai produksi mencapai nilai negatif, sehingga hal tersebut
mengindikasikan bahwa pengelolaan sumberdaya rajungan dengan model CYP telah mengalami overfishing.
6.3.4.3 Analisis model statik sumberdaya rajungan dengan Model W-H
Berdasarkan hasil analisis optimasi statik yang diperoleh sebagaimana telah disajikan pada Tabel 19, dengan menggunakan model W-H dapat diketahui
bahwa nilai x tertinggi terjadi pada kondisi MEY yaitu sebesar 3.165,20 ton per
tahun. Selanjutnya diikuti dengan nilai x pada kondisi MSY sebesar 3.164,95 ton per tahun dan kondisi open access OA sebesar 0,49 ton per tahun.
Tingkat produksi h tertinggi terjadi pada kondisi MEY dan MSY yaitu sebesar 2.966,26 ton per tahun, sedangkan tingkat produksi terendah terjadi pada
kondisi OA sebesar 0,92 ton per tahun. Pada kondisi aktual, tingkat produksi yang terjadi adalah sebesar 47,69 ton per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa
tingkat produksi aktual belum melebihi tingkat produksi lestari pada kondisi MEY dan MSY yang berarti bahwa sumberdaya rajungan belum mengalami tangkap
lebih secara ekonomi economic overfishing maupun secara biologi biological overfishing.
Tingkat upaya penangkapan terbesar terjadi pada kondisi OA yaitu sebesar 500.619 trip per tahun, sedangkan tingkat upaya penangkapan terendah
terjadi pada kondisi aktual yaitu sebesar 2.136 trip per tahun. Tingkat upaya penangkapan pada kondisi MEY adalah sebesar 250.309 trip per tahun, sedangkan
pada kondisi MSY sebesar 250.329 trip per tahun, sehingga dapat diketahui bahwa tingkat upaya penangkapan aktual belum melebihi tingkat upaya penangkapan
lestari pada kondisi MEY dan MSY. Hal ini mengindikasikan bahwa sumberdaya rajungan belum mengalami tangkap lebih secara ekonomi economic overfishing
maupun secara biologi biological overfishing. Tingkat rente ekonomi terbesar terjadi pada kondisi MEY dan MSY yaitu
sebesar Rp44.822,71 juta per tahun diikuti dengan tingkat rente ekonomi pada kondisi aktual yaitu sebesar Rp720,68 juta per tahun. Tingkat rente ekonomi yang
dicapai pada kondisi aktual lebih kecil dibandingkan dengan tingkat rente ekonomi pada kondisi MEY dan MSY, hal tersebut disebabkan oleh tingkat
produksi dan upaya penangkapan belum dimanfaatkan secara optimal. Tingkat rente ekonomi pada kondisi open access OA sebesar Rp0 per tahun. Hal ini
disebabkan oleh sumberdaya perikanan yang berada pada kondisi open access OA, artinya masyarakat dapat berpartisipasi dan tidak ada batasan mengenai
besarnya upaya penangkapan yang dikerahkan serta sumberdaya ikan yang boleh ditangkap. Hal tersebut menyebabkan masyarakat akan terus-menerus melakukan
upaya penangkapan selama masih tersedianya produksi sampai seluruh rente
upaya penangkapan selama masih tersedianya produksi sampai seluruh rente ekonomi terkuras habis. Perbandingan status pemanfaatan sumberdaya rajungan
dalam kondisi aktual dan optimasi statik dapat dilihat pada Gambar 35.
Gambar 35 Hasil analisis optimasi statik dengan model W-H.
Pada Gambar 35, diketahui bahwa tingkat upaya penangkapan dengan Model W-H memiliki nilai terbesar dibandingkan dengan nilai lainnya seperti
biomassa x, tingkat produksi h, dan rente ekonomi π. Tingkat upaya
penangkapan terbesar yang diperoleh dari hasil analisis optimasi statik terjadi pada kondisi OA yaitu sebesar 500.619 trip.
Pada Gambar 35, tampak bahwa dengan model W-H produksi h pada kondisi MEY dan MSY yaitu sebesar 2.966,26 ton lebih besar dibandingkan
dengan kondisi aktual sebesar 47,69. Hal ini sesuai dengan hasil estimasi produksi lestari berdasarkan model W-H yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata produksi
lestari sebesar 50,34 ton lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata produksi aktual sebesar 47,69 ton. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sumberdaya
rajungan belum mengalami overfishing, namun produksi pada kondisi MEY dan MSY dengan produksi pada kondisi aktual memiliki nilai yang terpaut amat jauh
mencapai 98,39, sehingga pengelolaan sumberdaya rajungan dengan model W-H dianggap kurang tepat.
Berdasarkan analisis ketiga model estimasi di atas, maka dapat diketahui bahwa kondisi yang paling mendekati kondisi aktual atau kondisi sebenarnya
adalah model Schnute. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model yang cocok untuk menganalisis kondisi sumberdaya rajungan di perairan Teluk Banten,
khususnya di perairan sekitar PPP Karangantu adalah dengan model Schnute.
6.3.5 Analisis laju depresiasi