1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengelolaan dan pemanfaatan yang optimum untuk pengusahaan rajungan,
sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi penting bagi masyarakat, nelayan, pemerintah daerah, dan pihak-pihak berwenang dalam
pengelolaan dan pemanfaatan rajungan secara berkelanjutan di Perairan Teluk Banten. Selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dan informasi bagi
otoritas yang berwenang untuk dikembangkan sebagai dasar kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan lainnya. Bagi penulis, hasil penelitian ini
digunakan untuk menulis skripsi sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumberdaya Rajungan 2.1.1 Morfologi dan klasifikasi rajungan
Taksonomi rajungan menurut Stephenson dan Campbell 1957 diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia Sub Kingdom : Eumetazoa
Grade : Bilateria Devisi : Eucoelomata
Section : Protostomia Phyllum : Arthropoda
Class : Crustacea Sub Class : Malacostraca
Sub Ordo : Reptantia Ordo : Decapoda
Seksi : Branchyura Sub Seksi : Branchyrhyhcha
Famili :Portunidae Sub Famili : Portunninae
Genus : Portunus Species : - Portunus pelagicus
- Portunus sanguinolentus - Charybdis feriatus
- Podopthalmus vigil
Secara umum morfologi rajungan berbeda dengan kepiting bakau, dimana rajungan Portunus pelagicus memiliki bentuk tubuh yang lebih ramping dengan
capit yang lebih panjang dan memiliki berbagai warna yang menarik pada karapasnya. Duri akhir pada kedua sisi karapas relatif lebih panjang dan lebih
runcing. Rajungan hanya hidup pada lingkungan air laut dan tidak dapat hidup pada kondisi tanpa air. Dengan melihat warna dari karapas dan jumlah duri pada
karapasnya, maka dengan mudah dapat dibedakan dengan kepiting bakau Kasry 1996. Morfologi rajungan Portunus pelagicus secara jelas dapat terlihat pada
Gambar 1.
A B
Keterangan: A
= Rajungan betina B
= Rajungan jantan
Sumber: www.kaskus.usshowthread.php?p=151920445
Gambar 1 Rajungan Portunus pelagicus.
Pada umumnya dari beberapa jenis kepiting yang dapat berenang swimming crab, sebagian besar merupakan jenis rajungan. Hewan ini dapat
mencapai ukuran 18 cm, capitnya memanjang kokoh, dan berduri. Pada hewan ini terlihat adanya perbedaan yang menyolok antara jantan dan betina. Rajungan
jantan memiliki dasar berwarna kebiru-biruan dengan bercak-bercak putih terang, sedangkan rajungan betina berwarna dasar kehijau-hijauan dengan bercak
keputih-putihan agak suram Nontji 2007. Induk rajungan mempunyai capit yang lebih panjang dari kepiting bakau, dan karapasnya memiliki duri sebanyak 9 buah
yang terdapat pada sebelah kanan kiri mata. Perut atau biasa disebut abdomen terlipat ke depan dibawah karapas dengan abdomen jantan sempit dan meruncing
ke depan, sedangkan abdomen betina melebar membulat penuh dengan embelan yang berguna untuk menyimpan telur Juwana dan Romimohtarto 2000. Bobot
rajungan dapat mencapai 400 g, dengan ukuran karapas sekitar 300 mm 12 inci. Ukuran rajungan jantan dan betina berbeda pada umur yang sama. Rajungan
jantan lebih besar dan berwarna lebih cerah serta berpigmen biru terang, sedangkan yang betina berwarna sedikit lebih coklat Cowan 1992.
Rajungan P. pelagicus memiliki karapas berbentuk bulat pipih, sebelah kiri-kanan mata terdapat duri sembilan buah, di mana duri yang terakhir
berukuran lebih panjang. Rajungan mempunyai 5 pasang kaki, yang terdiri atas 1 pasang kaki capit berfungsi sebagai pemegang, 3 pasang kaki sebagai kaki jalan,
dan 1 pasang kaki berfungsi sebagai dayung untuk berenang. Induk rajungan dilihat dari arah ventral menjelang telur menetas warna telurnya hitam, sedangkan
induk rajungan dilihat dari arah ventral pada saat awal warna telurnya kuningoranye Susanto et al. 2005.
2.1.2 Daur hidup
Daur hidup rajungan dimulai dari telur yang kemudian menetas menjadi larva. Telur yang sudah dibuahi disimpan di dalam lipatan abdomen. Anak
rajungan yang menetas tidak langsung seperti induknya, tetapi menjadi larva yang bentuknya sangat lain dari induknya. Larva ini sangat kecil dan berenang lemah
dalam air laut sebagai plankton Juwana dan Romimohtarto 2000. Larva yang baru ditetaskan bentuknya lebih mirip udang daripada
rajungan. Pada bagian kepala terdapat semacam bagian tanduk yang memanjang dan memiliki mata yang besar serta terdapat semacam rambut-rambut di bagian
ujung kakinya. Larva ini mengalami beberapa perubahan bentuk hingga mencapai bentuk dewasa. Tahap-tahap perubahan larva tahap Zoea terdiri dari empat
tingkatan hingga mencapai tahap Megalopa Nontji 2007. Ciri-ciri dari tingkat perkembangan Zoea dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Ciri-ciri tingkat perkembangan zoea
No. Ciri-ciri yang
diamati Zoea I
Zoea II Zoea III
Zoea IV
1. Panjang karapas mm
0,3 – 0,5 0,5 – 0,7
0,7 – 0,8 0,8 – 0,9
2. Ruas abdomen
5 5
6 6
3. Seta pada telson
6s 6s + 2h
6s + 2h 6s + 3h
4. Seta pada masing-
masing ujung eksopod maksiliped I dan II
4np 6 – 8np
10np 12 – 14np
5. Seta pada antennula
3a 5a
4a + 3a 5a + 5a
Sumber: Juwana 2006
Keterangan: s = serrate seta seta serrata; h = simple seta seta sederhana;
np = natatory plumose seta seta plumose renang; a =
aesthetasc seta seta estetes = seta keindahan. Pada tahap Megalopa, bentuk sudah menyerupai rajungan dimana pada
bagian tubuhnya sudah mulai melebar dan mempunyai mata yang sangat besar serta pada kaki dan capitnya juga sudah semakin jelas wujudnya. Pada
perkembangan selanjutnya terbentuklah juvenil yang merupakan bentuk rajungan muda hingga akhirnya mencapai bentuk rajungan dewasa Nontji 2007. Rajungan
jenis Portunus pelagicus yang jantan dan betina umumnya mencapai kematangan seksual pada ukuran lebar karapas 7 – 9 cm. Rajungan pada ukuran tersebut
berumur sekitar satu tahun. Rajungan betina dengan telur di luar dilindungi sepenuhnya dan harus dikembalikan ke perairan secepatnya Kumar et al. 2000.
Moosa dan Juwana 1996, menyatakan bahwa di Queensland berdasarkan penelitian Wiliams dan Lee 1980 diacu dalam Suadela 2004, rajungan yang
ditangkap dari perairan tersebut telah ditentukan memiliki ukuran tubuh minimum yaitu panjang karapas 3,7 cm.
2.1.3 Habitat rajungan
Rajungan swimming crab memiliki tempat hidup yang berbeda dengan jenis kepiting pada umumnya seperti kepiting bakau Scylla serrata, tetapi
memiliki tingkah laku yang hampir sama. Menurut Nontji 2007, rajungan Portunus pelagicus merupakan jenis kepiting perenang yang juga mendiami
dasar lumpur berpasir sebagai tempat berlindung. Jenis rajungan ini banyak terdapat pada lautan Indo-Pasifik dan India.
Rajungan hidup di daerah estuaria kemudian bermigrasi ke perairan yang bersalinitas lebih tinggi untuk menetaskan telurnya, dan setelah mencapai
rajungan muda akan kembali ke estuaria. Pada fase larva bersifat planktonik yang melayang-layang berada di lepas pantai dan pada fase megalopa berada di dekat
pantai dan sering ditemukan pada objek yang melayang. Rajungan banyak menghabiskan hidupnya dengan membenamkan tubuhnya di permukaan pasir dan
hanya menonjolkan matanya untuk menunggu ikan dan jenis invertebrata lainnya
menghabiskan hidupnya dengan membenamkan tubuhnya di permukaan pasir dan hanya menonjolkan matanya untuk menunggu ikan dan jenis invertebrata lainnya
yang mencoba mendekati untuk diserang atau dimangsa Nybakken 1986. Rajungan dewasa hidup di dasar perairan, sedangkan stadia larva dan
megalopa berenang-renang terbawa arus dan hidup sebagai plankton. Distribusi rajungan di dunia berada luas di sepanjang Indo Pasifik Barat dari Afrika Timur
sampai Jepang, Tahiti, dan Selandia Baru Utara. Rajungan juga berada di Laut Tengah. Rajungan di Australia, berada di perairan pantai dari Tanjung Naturaliste
di Australia Barat sampai wilayah utara dan Queensland ke Pantai Selatan New South Wales Sumpton 1993.
Marga Portunus hidup di beraneka ragam habitat yaitu pantai dengan dasar pasir, pasir lumpur, dan juga di laut terbuka. Dalam keadaan biasa, ia diam
di dasar laut sampai kedalaman lebih 65 m, tetapi sesekali ia dapat juga berenang dekat ke permukaan laut Nontji 2007.
2.1.4 Reproduksi Perkawinan rajungan terjadi pada musim panas, dan terlihat yang jantan
melekatkan diri pada betina kemudian menghabiskan beberapa waktu perkawinan dengan berenang. Seekor rajungan dapat menetaskan telurnya menjadi larva
sampai lebih dari sejuta ekor Juwana dan Romimohtarto 2000. Rajungan untuk semua anggota Portunnidae dalam pertumbuhannya
sering berganti kulit dengan kulit kerangka tubuhnya terbuat dari bahan berkapur dan karenanya tak dapat terus tumbuh. Jika rajungan akan tumbuh lebih besar
maka kulitnya akan retak pecah dan dari situ akan keluar individu yang lebih besar dengan kulit yang masih lunak, kulit lamanya ditinggalkan. Rajungan yang
baru berganti kulit, tubuhnya masih sangat lunak, diperlukan beberapa waktu untuk dapat membentuk lagi kulit pelindung yang keras. Masa selama bertubuh
lunak ini merupakan masa yang sangat rawan dalam kehidupannya, karena pertahanannya pun sangat lemah Nontji 2007.
2.1.5 Tingkah laku
Pada siang hari umumnya rajungan bersembunyi di bawah batu yang besar atau pada celah berbatu-batu sedangkan yang lainnya membenamkan diri
bersembunyi ke dalam lapisan bawah, kemudian pada malam hari bangun dan keluar. Rajungan hidup di dasar untuk mencari makan sebagai karnivora maupun
pemakan bangkai scavengers, aktif mencari makan pada saat matahari terbenam. Makanan lain yaitu tumbuhan laut misalnya jenis Zostera dan ganggang Sumpton
1993. Rajungan
melakukan pergerakan
atau migrasi ke perairan yang lebih dalam sesuai umurnya untuk menyesuaikan diri pada suhu dan salinitas perairan
. Rajungan merupakan hewan yang aktif, ketika dalam keadaan yang tidak aktif,
rajungan akan membenamkan diri di dasar perairan sampai kedalaman 35 m Nontji 2007.
Rajungan perlu berada di permukaan dengan maksud untuk bernapas dan melihat organisme lain atau mangsanya dengan mata pengawasnya yang tajam,
dan juga menjulurkan antenanya. Larva betina menghabiskan waktu sepanjang malam terkubur di dalam pasir, sedangkan larva jantan aktif berenang pada malam
hari. Rajungan dapat berjalan sangat baik sepanjang dasar perairan dan daerah intertidal berlumpur yang lembab Thomson 1974.
2.2 Unit Penangkapan Jaring Rajungan
Unit penangkapan jaring rajungan terdiri atas alat tangkap jaring rajungan, kapal jaring rajungan, dan nelayan jaring rajungan. Jaring rajungan merupakan
alat tangkap yang termasuk dalam klasifikasi jaring insang gillnet. Berdasarkan kedudukan alat saat dipasang, jaring rajungan termasuk ke dalam klasifikasi jaring
insang tetap set gillnet. Berdasarkan letaknya dalam perairan, jaring rajungan dikelompokkan ke dalam jaring insang dasar bottom gillnet Miskiya 2003.
2.2.1 Alat penangkap jaring rajungan
Jaring insang dasar adalah salah satu alat penangkap ikan dari bahan jaring yang berbentuk empat persegi panjang, dimana mata jaring dari bagian utama
mempunyai ukuran yang sama, jumlah mata jaring ke arah panjang atau ke arah
horizontal mesh length jauh lebih banyak dari jumlah mata jaring ke arah vertikal atau ke arah dalam mesh depth dan cara pengoperasiannya dipasang
secara menetap di daerah penangkapan fishing ground yang terletak di dasar perairan. Konstruksi jaring insang dasar secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.
Sumber: Badan Standardisasi Nasional 2006
Gambar 2 Konstruksi jaring insang dasar.
Bagian-bagian dari jaring insang dasar terdiri atas Martasuganda 2008 : a
Pelampung float Sesuatu benda yang mempunyai daya apung dan dipasang pada jaring bagian
atas berfungsi sebagai pengapung jaring Badan Standardisasi Nasional 2006. Terbuat dari berbagai bahan seperti: styrofoam, polyvinyl, chloride, kaca, plastik,
karet atau benda lainnya yang mempunyai daya apung dengan bentuk yang
karet atau benda lainnya yang mempunyai daya apung dengan bentuk yang beraneka ragam. Jumlah, berat jenis, dan volume pelampung yang dipakai dalam
satu piece akan menentukan besar kecilnya daya apung buoyancy. b
Tali Pelampung float line Tali pelampung adalah tali yang dipergunakan untuk menempatkan dan
mengikatkan pelampung Badan Standardisasi Nasional 2006. Untuk menyambungkan antara piece yang satu dan piece lainnya, bagian tali pelampung
dari tiap ujung jaring utama biasanya dilebihkan antara 30-50 cm. c
Tali ris atas dan bawah Tali ris atas dan bawah berfungsi untuk dipakai memasang atau
menggantungkan badan jaring. Pemasangan tali ris atas dipasang di bawah tali pelampung, sedangkan tali ris bawah dipasang di atas tali pemberat.
d Tali penggantung badan jaring atas dan bawah upper bolch line and under
bolch line Tali penggantung badan jaring terdiri atas tali penggantung badan jaring
bagian atas upper bolch line dan tali pengantung badan jaring bagian bawah under bolch line dari jaring insang. Tali penggantung badan jaring bagian atas
berfungsi untuk menggantungkan badan jaring pada tali ris atas, sedangkan tali penggantung badan jaring bagian bawah berfungsi untuk menggantungkan badan
jaring pada tali ris bawah. e
Srampad atas dan bawah upper selvedge and under selvedge Srampad adalah susunan mata jaring yang ditambahkan dengan cara menjurai
mengikuti susunan mata jaring ke arah panjang ke arah mesh length pada kedua ujung badan jaring. Pemakaian atau penambahan srampad pada badan jaring
bertujuan sebagai penguat badan jaring dan mempermudah pada waktu pengoperasian jaring.
f Badan jaring main net
Bahan dari jaring utama biasanya memakai jenis bahan sintetis yaitu amilan meskipun ada juga yang memakai bahan sintetis lainnya seperti : amilan, nylon,
tengus, dan bahan sintetis lainnya. Ukuran mata jaring dan nomer benang dari badan jaring biasanya disesuaikan dengan tujuan biota perairan yang akan
dijadikan target tangkapan.
g Tali pemberat sinker line
Tali pemberat adalah tali yang dipergunakan untuk memasang pemberat. Untuk menyambungkan antara piece satu dan piece lainnya, panjang tali pemberat
dari mulai ujung badan jaring biasanya dilebihkan antara 30-50 cm. h
Pemberat sinker Pemberat yang dipakai pada jaring insang biasanya terbuat dari timah atau
benda lainnya yang dapat dijadikan sebagai pemberat dengan daya tenggelam dan bentuk yang beraneka ragam.
Jaring rajungan adalah salah satu jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap rajungan di laut. Jaring rajungan terdiri atas badan jaring webbing,
tali ris, pelampung float dan tali pelampung float line, pemberat sinker dan tali pemberat sinker line, pelampung tanda, dan pemberat tambahan Miskiya
2003. Konstruksi jaring rajungan menurut Miskiya 2003 lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.
Sumber: Miskiya 2003
Gambar 3 Konstruksi jaring rajungan.
Badan jaring webbing terbuat dari bahan PA monofilament berwarna putih transparan dengan nomor benang 20-26 dan berdiameter 0,3 mm. Besar
mata jaring mesh size berkisar 3 – 3,5 inchi atau 7,5 – 8,75 cm dalam keadaan tegang. Panjang setiap pis jaring adalah 35 m sesudah terpasang pada tali
pelampung dan pemberat atau sekitar 467 mata. Lebar jaring adalah 0,45 – 0,53 m atau 6 – 7 mata jaring Miskiya 2003.
Tali ris adalah tempat untuk menggantungkan badan jaring webbing. Dilihat dari penempatannya badan jaring terdapat dua macam, yaitu tali ris atas
head rope dan tali ris bawah ground rope. Fungsi tali ris atas adalah agar jaring tidak terbelit sewaktu dioperasikan dan tali ris bawah berfungsi untuk
meletakkan pemberat. Tali pelampung befungsi sebagai tempat pengikat pelampung dan dirangkap dengan tali ris atas Miskiya 2003.
Pada pengoperasian jaring rajungan terdapat perlengkapan tambahan, seperti pelampung tanda dan pemberat tambahan. Pelampung tanda berfungsi
sebagai tanda tempat dipasangnya jaring rajungan di laut. Pemberat tambahan berfungsi sebagai jangkar agar jaring rajungan yang telah terpasang tidak
berpindah tempat atau hanyut terbawa arus Miskiya 2003.
2.2.2 Kapal jaring rajungan
Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk
melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan
dan penelitianeksplorasi perikanan. Kapal penangkap ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk menampung,
menyimpan, mendinginkan, danatau mengawetkan. Kapal ikan dilihat dari cara metode pengoperasian alat tangkap yang digunakan dibedakan dalam 4 kelompok
besar, yaitu towed gear kapal dengan alat tangkap ikan yang ditarik, encircling - gear kapal dengan alat tangkap yang dilingkarkan, static gear kapal dengan alat
tangkap yang dioperasikan secara statis, multi purpose kapal dengan lebih dari satu alat tangkap Iskandar 1992.
Kapal jaring insang merupakan kapal penangkap ikan yang mengoperasikan alat tangkap jaring insang yang dilengkapi dengan perlengkapan
penangkapan ikan berupa pangsi penggulung jaring Badan Standardisasi Nasional, 2006. Kapal jaring insang dapat mengoperasikan berbagai jenis jaring
insang seperti jaring insang hanyut, jaring insang tetap, yang pemasangannya dapat berupa jaring insang permukaan, jaring insang mid water, jaring insang
dasar dan juga termasuk jaring trammel net atau jaring kantong. Pada perairan Indonesia, tonase kapal gillnet yang dianggap baik beroperasi tidak lebih besar
dari 15 GT dan luas geladak kapal harus disesuaikan dengan alat yang dipergunakan Soekarsono 1995a.
2.2.3 Nelayan
Menurut Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.
Penangkapan ikan yang dilakukan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan atau mengawetkannya.
Berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan, nelayan diklasifikasikan sebagai berikut:
1 Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk
melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan atau binatang air lainnya atau tanaman air;
2 Nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian waktu kerjanya
digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan atau binatang air lainnya atau tanaman air. Selain melakukan pekerjaan
penangkapan, nelayan kategori ini dapat mempunyai pekerjaan lain; dan 3
Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian kecil waktunya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan.
2.3 Metode Pengoperasian
Pengoperasian jaring rajungan dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap persiapan, tahap penurunan jaring setting, tahap penarikan jaring hauling, dan
tahap pengambilan hasil tangkapan. Setiap satu trip penangkapan rajungan membutuhkan waktu satu hari Miskiya 2003.
Tahap persiapan dilakukan sebelum operasi penangkapan dilaksanakan, meliputi persiapan alat tangkap, pemeriksaan keadaan perahu dan mesinnya. Alat
tangkap yang akan dioperasikan disusun atau disimpan di sisi kiri dari perahu, sedangkan pelampung tanda diletakkan di sebelah kanan perahu. Persiapan perahu
dan mesin mencakup pemeriksaan kondisi perahu dan mesinnya, serta pengisian bahan bakar pada mesin Miskiya 2003.
Setelah semua peralatan disiapkan, maka perahu siap diberangkatkan menuju daerah penangkapan ikan fishing ground. Pada saat di daerah
penangkapan juru mudi menugaskan dua orang nelayan untuk mempersiapkan alat tangkap yang akan digunakan, yaitu merangkai jaring dengan cara mengikat
sambungan tiap set jaring, sehingga jaring yang akan diturunkan tersusun rapi dan siap dioperasikan Miskiya 2003.
Tahap penurunan jaring setting dilakukan oleh empat orang nelayan. Setting dimulai dengan menurunkan pelampung tanda dan talinya, lalu batu
pemberat. Selanjutnya perahu dijalankan perlahan dan petaur menurunkan jaring pis per pis hingga terbentang sempurna. Setelah seluruh badan jaring terpasang
dalam air, lalu diturunkan batu pemberat dan pelampung tanda Miskiya 2003. Tahap penarikan jaring hauling dilakukan oleh 4 orang nelayan.
Penarikan jaring dimulai dengan pengangkatan pelampung tanda dan batu pemberat, kemudian pelampung tersebut dilepas ikatannya dari jaring rajungan.
Saat hauling, posisi nelayan berada di sisi kanan haluan perahu dan menarik jaring secara perlahan Miskiya 2003.
2.4 Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan