1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tunagrahita merupakan kata lain dari retardasi mental mental retardation. Arti tuna itu sendiri adalah merugi, sedangkan arti grahita
adalah pikiran. Anak tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan
ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Seorang anak dikatakan menyandang tunagrahita apabila perkembangan dan pertumbuhan mentalnya dibandingkan
anak normal yang sebaya memerlukan pendidikan khusus, latihan khusus, bimbingan khusus supaya mentalnya dapat berkembang seoptimal mungkin
Sutratinah Tirtonegoro,1995: 4. Salah satu bagian dari anak tunagrahita yang masih dapat menerima suatu pembelajaran akademik sederhana yaitu
anak tunagrahita tingan. Anak tunagrahita ringan memiliki tingkat kecerdasan IQ berkisar 50-70
Mumpuniarti, 2007: 13. Identifikasi yang dapat dilakukan kepada anak tunagrahita ringan bukan melalui ciri fisik yang ia miliki melainkan melalui
hambatan yang dimiliki ketika belajar akademik. Menurut Mumpuniarti 2003: 23 karakteristik fisik yang dimiliki oleh anak tunagrahita ringan
umumnya tidak akan menampilkan perbedaan yang signifikan dengan anak normal yang sebaya dengannya.Kemampuan berfikir sangat diperlukan dalam
menerima dan mengolah informasi pembelajaran. Rendahnya kapasitas
2 intelektual yang dimiliki oleh anak tunagrahita ringan menyebabkan mereka
mengalami hambatan dalam kemampuan berfikirnya, sehingga anak tunagrahita ringan memiliki prestasi belajar yang rendah di banding anak
normal sebayanya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru
kelas III jenjang sekolah dasar di SLB Negeri 1 Bantul, bahwa salah satu siswa merupakan anak tunagrahita yang disertai dengan cerebral palsy tipe
spastik mengalami permasalahan pembelajaran dalam aspek membaca. selain itu, siswa memiliki tingkat kecerdasan IQ yaitu 70. Tingkat kecerdasan IQ
70 merupakan anak hambatan mental atau tunagrahita kategori ringan. siswa tersebut selain mengalami tunagrahita juga mengalami cerebral palsy tipe
spastik. Anak cerebral palsy pada umumnya merupakan anak yang mengalami kelainan pada anggota gerak. Cerebral palsy termasuk salah satu
klasifikasi dari tunadaksa. Cerebral palsy adalah gangguan-gangguan dari fungsi motorik yang disebabkan kerusakan otak, sebelum, selama, dan
sesudah lahir. Gangguan tersebut memberi akibat pada bagian-bagian tubuh baik keduanya, tunggal, atau kombinasiMumpuniarti, 2001:92. Dengan kata
lain Cerebral Palsy atau orang sering menyebut dengan singkatan CP, dapat diartikan secara sederhana yaitu anak yang memiliki kelumpuhan otak.
Kelumpuhan atau kelayuhan otak memberi dampak yang beragam, dampak tersebut berupa beberapa gejala yang menghambat mobilitas, koordinasi,
kecerdasan, persepsi, dan komunikasi. Penyebab pasti dari sebagian besar kasus cerebral palsy tidak diketahui, tetapi banyak ditemukan penyebab
3 cerebral palsydari masalah selama kehamilan di mana otak rusak atau tidak
berkembang secara normal. Anak cerebral palsykelainannya terletak pada sistem syaraf pusat otak
dan sumsum tulang belakang. Menurut Musjafak Assjari 1995: 66-68 Anak cerebral palsy mempunyai karakteristik diantaranya : 1 mengalami
gangguan fungsi motorik, 2 anak cerebral palsy sering juga ditemui yang menderita gngguan sensoris, seperti kelainan penglihatan, pendengaran, dan
kemampuan kesan gerak dan raba, 3 tingkat kecerdasan yang berentang, mulai dari tingkat yang dasar, yaitu idiocy sampai gifted, 4 anak cerebral
palsy mengalami gangguan persepsi, 5 mengalami gangguan atau keterbatasan dalam kemampuan kognisi, 6 otot bicara yang lumpuh atau
kaku mengakibatkan anak mengalami gangguan bicara, dan 7 penyesuaian sosial anak cerebral palsy tidak menyenangkan.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang mendukung anak dalam kegiatan belajar terutama pada kemampuan membaca. Anak
tunagrahita cerebral palsy tipe spastik akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru dengan cara membaca.
Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi dayapikirannya, mempertajam pandangannya, dan
memperluas wawasannya. Dengan demikian maka kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju
dan meningkatkan diri. Oleh sebab itu, peran guru mengajarkan membaca di sekolah sangat penting.
4 Kemampuan membaca dibutuhkan pula oleh penderita cerebral palsy,
karena menurut Glenn Doman seorang peneliti dan ahli bedah otak, “sel otak anak normal dengan anak
yang memiliki cedera otak tidak ada bedanya”. Dengan demikian semua anak yang mengalami cedera otak dapat diajari
membaca seperti halnya anak normal karena otak anak yang mengalami cedera apabila diasah terus menerus akan menghasilkan seperti anak normal
pada umumnya
.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastik kelas III di SLB N 1 Bantul saat
melakukan PPLdiperoleh
hasil bahwa
subjek mengalamihambatan
intelektual, spastik pada kedua kaki dan tangan kiri. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya aspek membaca, anak belum mampu membaca
kata sederhana atau kata yang berpola KVKV Konsonan-Vokal-Konsonan- Vokal.Anak membutuhkan waktu yang lama untuk membaca kata. Anak
mampu menghafal huruf abjad a-z, namun saat anak diminta untuk menunjukkan huruf pada papan huruf a-z anak masih mengalami kesulitan.
Dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia anak hanya menulis yaitu menyalin dan mendengarkan cerita untuk memahami karakteristik tokoh
dalam cerita, anak belum mampu untuk membaca. Dalam proses pembelajaran anak kurang fokus atau konsentrasi saat pembelajaran. Anak
lebih suka mengobrol atau berbicara kepada teman sebelahnya. Selain itu, anak juga kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, anak hanya mengikuti
perintah guru. Apabila guru tidak memberikan pertanyaan maka anak akan
5 diam dan tidak ada pertanyaan untuk guru. Dari hasil wawancara kepada
guru, anak mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi huruf, huruf a-z anak belum mampu mengurutkan dengan baik. Media flash card yang belum
dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama dalam aspek membaca permulaan.Dalam proses pembelajaran guru menggunakan media yang
konkrit, misalnya benda yang ada dalam kelas. Selain itu, buku paket merupakan buku panduan guru saat memberikan materi kepada anak. Metode
yang digunakan dalam kegiatanbelajar mengajar yaitu metode ceramah. Anak senang mendengarkan cerita dan anak melihat gambar-gambar yang ada
dalam cerita tersebut. Berdasarkan masalah tersebut peneliti ingin
membantu anak tunagrahitacerbral palsy tipe spastik kelas III dalam meningkatkan
kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media flash card. Dalam kegiatan belajar media sangatlah penting untuk membantu guru
menyampaikan materi dan mempermudah anak dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.Menurut Abdorrakhman Ginting 2010:140
Penggunaan media yang bervariasi merupakan salah satu upaya yang tepat untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan belajar dan pembelajaran. Azhar
Arsyad 2011: 119-120 mengemukakan bahwa flash card adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan dan
menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu. Flash cardbiasanya berukuran 8 x 12 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar
kecilnya kelas yang dihadapi. Flash card berisi gambar-gambar benda-benda,
6 binatang, dan sebagainya yang dapat digunakan untuk melatih siswa mengeja
dan memperkaya kosakata.Flash card dapat diperoleh dengan cara membeli ataupun membuat sendiri. Flash card disesuaikan dengan tahap pengajaran
membaca yang akan dilakukan. Proses penggunaan media flash card disesuaikan dengan kemampuan anak.
Dari masalah yang dialami anak, kemampuan membaca anak sangatlah rendah. Anak belum mampu mengidentifikasi huruf secara baik. Oleh karena
itu, peneliti hanya berfokus memberikan pengajaran membaca permulaan pada anak sampai dengan tahap kemampuan kosakata yaitu pada pengajaran
kata yang terdiri dari dua suku kata. Pengajaran membaca pada anak harus didasarkan pada kebutuhan dan mempertimbangkan kemampuan anak agar
pembelajaran dapat terlaksana dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan penjelasan di atas maka keefektifan media flash carduntuk
meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastik perlu dibuktikan melalui sebuah penelitian. Oleh karena itu,
penulis berkeinginan mengadakan penelitian mengenai keefektifan media flash card untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak
tunagrahita cerebral palsy tipe spastik kelas III di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Bantul.
7
B. Identifikasi Masalah