landasan yang terpenting dalam penilaian pendidikan, dan hanya data dari hasil pengukuran saja yang dapat dipercaya dan dapatdijadikan landasan kuat bagi
pengambilan keputusan. Dalam proses peniliaian ini dibutuhkan suatu tes yang bisa mengukur
sejauh mana keberhasilan siswa dalam menyerap materi pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu perlu dilaksanakan tes pada setiap akhir proses belajar mengajar.
Berikut ini diuraikan bentuk-bentuk tes yang bisa diterapkan dalam mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran, antara lain adalah :
1 Tes Uraian Tes ini disebut juga dengan essay examination, merupakan alat penilaian
hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes ini adalah tes yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan,
membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri
14
. 2 Tes Obyektif
Soal-soal bentuk objektif banyak digunakandalam menilai hasil belajar, hal ini disebabkan antara lain luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup oleh tes
dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan. Soal-soal bentuk tes objektif ini dikenal ada beberapa bentuk, yakni jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan
dan pilihan ganda. Kecuali dalam soal jawaban singkat, dalam soal-soal bentuk objektif ini telah tersedia kemungkinan-kemungkinan jawaban options yang
dapat dipilih
15
. Tes yang digunakan dalam penelitian adalah tes obyektif pilihan ganda.
C. Model Pembelajran Kooperatif
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson Johnson dalam Masitoh Laksmi Dewi mengungkapkan pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai system kerja
belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah
14
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja RosdaKarya., 2001 , h. 35
15
Ibid; h. 44
lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok
16
. MenurutAgus Suprijono pembelajaran kooperatif adalah konsep yang
lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran
kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menempatkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas
17
. Pembelajaran kooperatif didukung oleh teori Vygotski. Dukungan teori
Vygotsky terhadap model pembelajaran kooperatif adalah penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
berbasis sosial. Menurut Anita Lie model pembelajaran ini didasarkan pada falsafat homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin, falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Dialog interaktif interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Tanpa interaksi sosial, tidak
akan mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain, kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa
kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, dan kehidupan bersama lainnya. Secara umum tanpa interaksi sosial tidak akan ada pengetahuan Piaget
sebagai pengetahuan sosial
18
.
2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif
untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
16
Masitoh dkk, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia., 2009, h. 232.
17
Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta : Pustaka Pelajar., 2010, h. 54
18
Agus Suprijono, Ibid., h. 56
Jadi pola belajar kelompok dengan cara kerjasama antar siswa dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreativitas
siswa. Pembelajaran juga dapat mempertahankan nilai sosial bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan. Ketergantungan timbal balik memotivasi mereka untuk
dapat bekerja lebih keras untuk keberhasilan mereka, hubungan kooperatif juga mendorong siswa untuk menghargai gagasan temannya bukan sebaliknya.
Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:
a.
Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.
b.
Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
c.
Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok berbeda suku, budaya dan jenis kelamin.
d.
Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu
19
. Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak pekerjaan
orang dewasa yang sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantungan satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin
beragam. Beberapa ahli mengatakan bahwa ada beberapa manfaat pembelajaran
kooperatif bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu: 1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
2. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 3. Memperbaiki sikap terhadap IPS dan sekolah
4. Memperbaiki kehadiran 5. Angka putus sekolah menjadi rendah
6. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar 7. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
8. Konflik antar pribadi berkurang
19
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Dirjen Pendis DEPAG RI, 2009 h. 233