Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu hal yang sangat kita perlukan guna membantu dalam penyelenggaraan pembangunan suatu negara. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal ataupun non formal. Salah satu lembaga formal dalam penyelenggaraan pendidikan yaitu sekolah, di mana setiap sekolah mencanangkan program –program tertentu dalam pencapaian pendidikan belajar itu sendiri. Sekolah tidak lepas dari suatu standar kurikulum pemerintah untuk pencapaian tujuan belajar. Dalam pencapaian hubungan belajar yang baik, tentunya diperlukan beberapa hal yang sangat mendukungnya, salah satunya ialah proses interaksi antara guru dan siswa di dalam kelas. Di dalam kelas itu sendiri siswa dapat berkembang melalui seorang guru. Pembelajaran di dalam kelas adalah proses dimana terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Rusman 2010:1 mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Hubungan antara guru, siswa, dan bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. Dalam proses interaksi tersebut, guru tidak hanya memberikan ilmu yang dimiliki kepada para siswanya, namun guru juga harus mampu memberikan motivasi kepada siswanya agar siswa tersebut dapat aktif dalam belajar, namun pada kenyataanya guru cenderung menggunakan metode ceramah sehingga 1 membuat siswa kurang terlibat, karena siswa cenderung mendengarkan saja. Oleh karena itu guru diharapkan menjadi fasilitator agar siswa dapat aktif untuk menjawab permasalahan dalam belajar dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Menurut Rusman 2010:280 laporan hasil penilaian mengenai prestasi siswa merupakan sarana komunikasi dan sarana kerjasama antara sekolah dengan orang tua yang bermanfaat baik bagi kemajuan belajar siswa maupun bagi pengembangan sekolah. Oleh karena itu hasil prestasi siswa sangat dibutuhkan untuk mengetahui sampai dimana tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Dari berbagai macam pelajaran yang diajarkan, Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa karena dari hasil wawancara yang dilakukan kepada guru kelas V menyatakan bahwa prestasi siswa dalam mata pelajaran tersebut masih kurang memuaskan. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP sekarang ini, pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dipelajari siswa Sekolah Dasar kelas I sampai dengan kelas VI. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan lima mata pelajaran pokok yang ada di Sekolah Dasar yang termasuk pelajaran yang cukup sulit karena materinya bersifat abstrak, sedangkan Montessori dalam Sriyono 1992:76 menghargai sekali arti pengamatan yang dilakukan oleh alat-alat indera. Siswa Sekolah Dasar cenderung lebih memahami hal-hal yang bersifat konkret yaitu yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba dan sebagainya. Oleh karena itu, diharapkan guru dapat kreatif untuk mendorong siswa dapat aktif dalam belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial agar mampu belajar dengan baik. Dengan siswa aktif maka mereka akan berusaha untuk menggali informasi lebih dalam agar informasi yang mereka peroleh itu dapat benar- benar mereka pahami sehingga tujuan dari proses belajar agar tercapai dengan baik. Melalui hal tersebut siswa akan terlatih untuk cepat tanggap atau terlatih untuk berpikir kritis dalam menerima informasi yang telah diberikan. Oleh karena itu keaktifan siswa sangatlah penting bagi pencapaian proses belajar yang baik. Namun pada kenyataannya, menurut guru pengampu mata pelajaran, banyak siswa yang kurang aktif dalam belajar, sehingga hasil prestasi siswa kurang memuaskan dalam materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tersebut. Oleh sebab itu peneliti tertarik mengadakan observasi untuk mengetahui penyebab dari kurang aktifnya siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dan tidak tercapainya nilai KKM siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Berdasarkan pengamatan dengan menggunakan instrument keaktifan, pengamatan pertama yang dilakukan pada tanggal 5 Februari 2013, persentase rata-rata keaktifan siswa adalah 37,04, peneliti juga melihat bahwa metode pembelajaran di kelas tersebut masih tradisional dimana guru cenderung banyak mendominasi pembelajaran sehingga terlihat guru hanya menggunakan metode ceramah. Guru sebagai pemberi informasi sedangkan siswa hanya sebagai penerima informasi. Sedangkan berdasarkan pengamatan yang kedua dilakukan pada tanggal 7 Februari persentase rata-rata keaktifan adalah 48,91, dengan jumlah siswa kelas V di SD N Denggung seluruhnya adalah 37 siswa dimana terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Keberhasilan pembelajaran di kelas V SD N Denggung pada mata pelajaran IPS saat ini masih kurang memuaskan dan jauh dari apa yang diharapkan. Dalam menilai keberhasilan pembelajaran, ketuntasan belajar setiap indikator ditetapkan berkisar antara 0-100. Satuan pendidikan harus menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM untuk setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah tersebut. Setiap mata pelajaran ditetapkan KKM yang berbeda-beda, harus sesuai dengan kemampuan rata-rata peserta didik. Di SD N Denggung KKM mata pelajaran IPS yang ditetapkan adalah 70,00. Siswa dinyatakan tuntas belajar IPS apabila sudah memenuhi KKM tersebut. Berdasarkan data nilai yang diperoleh dalam kurun waktu 2 tahun yang lalu, ditemukan beberapa mata pelajaran yang selalu dianggap sulit oleh siswa, termasuk di dalamnya adalah IPS. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas beberapa masalahnya antara lain adalah siswa sulit untuk mengingat nama dan peran tokoh pejuang dalam memproklamasikan kemerdekaan. Dari daftar nilai tahun 20102011 siswa yang tuntas nilai KKM pada Kompetensi Dasar 2.3 sebanyak 13 siswa 48,14, dan data yang belum tuntas KKM sebanyak 14 siswa 51,85. Pada tahun 20112012 siswa yang tuntas nilai KKM sebanyak 14 siswa 48,27 dan yang belum tuntas sebanyak 15 siswa 51,72. Dari data yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam mata pelajaran IPS rendah yang kemudian menyebabkan tidak tercapainya KKM siswa. Peneliti menduga hal tersebut disebabkan karena model pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung tradisional ceramah yang membuat proses pembelajaran terkesan membosankan. Oleh karena itu, guru harus mencoba menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif guna mencapai hasil belajar yang baik. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang model pembelajaran kooperatif khususnya teknik Student Teams Achievement Divisions STAD pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terhadap peningkatan keaktifan dan prestasi siswa. Adapun alasan peneliti memilih Model pembelajaran kooperatif yaitu peneliti menduga bahwa dalam pembelajaran, siswa dapat dilibatkan secara aktif bersama dengan kelompok timnya dan mampu bekerja sama antara anggota satu dengan anggota lainnya di dalam kelompok itu sendiri. Kerjasama antar siswa itulah pada akhirnya membuahkan keberhasilan kelompok. Karena keberhasilan kelompok adalah tanggung jawab semua anggota kelompok. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan sebelum melakukan proses pengajaran agar siswa dapat terlibat secara aktif.

B. Batasan Masalah

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa SD/MI (penelitian tindakan kelas di SDN Cengkareng Timur 01 Pagi - Jakarta Barat)

0 4 165

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

0 12 121

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Peningkatan hasil belajar siswa melalui model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada mata pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Karimiyah Jakarta

0 5 158

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IVA SD Negeri 1 Metro Barat menggunakan media audio visual tahun pelajaran 2012/2013.

0 5 42

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) menggunakan peta konsep terhadap hasil belajar siswa pada materi struktur dan fungsi tubuh tumbuhan di Kelas VIII MTs Miftahul Jannah Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016

1 0 16