proses pembelajaran berjalan dengan efektif, yang ketiga pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes
maupun non tes, pembelajaran kooperatif berprinsip pada kebersamaan atau kerjasama, pembelajaran kooperatif menekankan keterampilan
bekerja sama untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan angota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
c. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Student Teams
Achievement Divisions STAD
Menurut Trianto 2009: 68-72 pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. Menurut Rusman 2010:213 dalam STAD, siswa
dibagi menjadi kelompok beranggotakan 4 orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu
pelajaran dan siswa-siswa dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua
siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai hasil kuis
diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh
sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai.
Slavin dalam Rusman 2010:214 memaparkan bahwa “Gagasan utama
di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan
guru”.
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD
Slavin dalam Nur 2006:26 mengungkapkan seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga
membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:
1. Perangkat pembelajaran Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan
perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kegiatan Siswa LKS beserta lembar
jawabannya. 2. Membentuk kelompok kooperatif
Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok
dengan kelompok lainnya relatif homogen. Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenin kelamin, dan
latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar
belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik, yaitu:
a. Siswa dalam kelas terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Tujuannya adalah untuk mengurutkan siswa sesuai kemampuanya dan digunakan untuk
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok. b.
Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok menengah dan kelompok bawah. Kelompok atas sebanyak
25 dari seluruh siswa yang diambil dari siswa rangking satu, kelompok tengah 50 dari seluruh siswa yang diambil dari urutan
setelah kelompok atas, dan kelompok bawah sebanyak 25 dari seluruh siswa yaitu terdiri atas siswa setelah diambil kelompok atas
dan kelompok menengah. c.
Menentukan skor awal Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai
ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes,
maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skor awal. d.
Pengaturan tempat duduk Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur
dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk
dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.
e. Kerja kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok.
Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.
A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial IPS
1. Pengertian IPS Nursid Sumaatmadja 1980:9 lebih menekankan kepada segi praktis
mempelajari, menelaah, mengkaji gejala dan masalah sosial, yang tentu saja bobotnya sesuai dengan jenjang pendidikan masing-masing.
Hakekatnya mempelajari gejala dan masalah sosial yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut. Pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan
manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan
materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur
kesejahteraan dan pemerintahannya dan lain-lain. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS
merupakan program pendidikan yang mempelajari dan menelaah cara