Control Evaluasi dengan Konsep Dasar Lean Six Sigma

2. Stabilize Prinsip stabilize dapat diimplementasikan dengan pemberian label pada tuna loin beku yang reject sehingga dapat dipisahkan. Pengujian histamin pada tuna loin beku juga harus dilakukan. 3. Shine Prinsip shine diimplementasikan dengan melakukan pembersihan secara menyeluruh pada anteroom dan pembersihan blower secara teratur. 4. Standardize Prinsip Standardize dapat diterapkan dengan pembuatan petunjuk berupa gambar contoh penanganan ikan yang baik, serta gambar mengenai berbagai mutu tuna loin beku baik gambar tuna loin beku yang mutunya dapat diterima maupun gambar tuna loin beku yang mutunya tidak dapat diterima agar QC dan semua pekerja dapat memahami. 5. Safety Prinsip safety yang dapat diterapkan di anteroom adalah penggunaan forklift dengan hati-hati dan selalu menyediakan kotak P3K di perusahaan. 6. Sustain Agar 6S tetap berlangsung maka sebaiknya ditempelkan mengenai prinsip 6S secara keseluruhan, beserta petunjuk visual lainnya dan suatu reward atau penghargaan bagi karyawan yang selalu mematuhi prinsip 6S, di suatu papan pengumuman pada anteroom.

4.3.5 Control

Prinsip kontrol dapat diterapkan setelah perusahaan sudah menerapkan define, measure, analyze dan improvement. Program HACCP yang diintegrasikan dengan sistem manajemen Lean Six Sigma dapat membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari sistem maupun proses, sehingga PT Z dapat memperoleh profit dan pertumbuhan perusahaan tanpa mengabaikan prinsip food safety . Rencana penerapan Kaizen Blitz sebagai upaya peningkatan kinerja dan kualitas secara terus menerus, perusahaan dapat dilakukan dengan mengikuti tahap-tahap berikut: Persiapan: Ketua tim HACCP, kepala produksi serta wakil manajemen mendefinisikan proyek yang akan dilakukan untuk Kaizen Blitz pada tahap penerimaan bahan baku, penyimpanan beku bahan baku dan pengecekan akhir. Sebaiknya ketua tim HACCP menjadi ketua tim Kaizen. Anggota tim Kaizen dipilih oleh ketua tim Kaizen. Disarankan ada satu orang yang telah mengikuti pelatihan Lean Six Sigma dan bergelar Black Belt. Tim Kaizen menyiapkan bahan-bahan untuk pelatihan singkat, logistik atau sumber daya yang diperlukan selama melaksanakan Kaizen Blitz. Hari Senin : Black Belt dan ketua tim Kaizen memberikan penjelasan singkat kepada tim tentang proyek Kaizen Blitz dan memberikan pelatihan singkat mengenai integrasi Lean Six Sigma dengan sistem HACCP yang sudah ada. Setelah itu, dilakukan pengumpulan data yang diperlukan. Hari Selasa : Analisis data-data yang sudah terkumpul baik data hasil pengamatan data verifikasi maupun data record keeping beberapa bulan terakhir data evaluasi dengan SPC. Kemudian langsung mengidentifikasi dan memverifikasi akar- akar penyebab masalah menggunakan diagram sebab akibat. Hari Rabu : Dilakukan perbaikan-perbaikan dengan implementasi prinsip 6S dan meningkatkan proses yang sudah ada dengan menentukan target yang akan dicapai berikutnya melalui alternatif solusi untuk memperbaiki dan mencegah permasalahan itu muncul kembali. Hari Kamis : Pemantauan bahwa kondisi proses dan sistem sudah berjalan dengan baik dan stabil kemudian mencegah proses dan sistem kembali pada kondisi awal. Oleh karena itu, dilakukan pula pengembangan, pendokumentasian dan implementasi secara penuh pada proses dan sistem yang berjalan setelah dilakukan perbaikan. Hari Jumat : Tim mempresentasikan hasil yang telah dicapai Kaizen Blitz kepada pihak manajemen atas top management disertai dengan diskusi dengan pihak top management untuk mendapatkan kesepakatan untuk melakukan Kaizen Blitz pada minggu berikutnya dan pada tahapan proses lainnya. Tim juga menghitung biaya yang dikeluarkan untuk menerapkan HACCP dan Lean Six Sigma. Tindak Lanjut : Tim Kaizen dan top management bekerja sama untuk mewujudkan implementasi Lean Six Sigma secara penuh pada semua tahapan proses dan memonitor hasil-hasil yang telah dicapai. Peningkatan kinerja secara terus menerus harus menjadi suatu keputusan bersama yang harus dicapai. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil penilaian kelayakan dasar di PT Z menunjukkan bahwa PT Z dikategorikan sebagai Unit Pengolahan Ikan UPI dengan nilai B dengan jumlah penyimpangan sebanyak 2 penyimpangan minor, 7 penyimpangan mayor dan 2 penyimpangan serius. Berdasarkan analisis bahaya, identifikasi titik kritis dan pengendalian titik kendali kritis CCP yang telah dilakukan, yang tergolong sebagai CCP adalah pada tahap penerimaan receiving, tahap penyimpanan beku bahan baku raw material storaging dan tahap pengecekan akhir grading. Berdasarkan evaluasi dengan konsep dasar lean six sigma hasil penilaian keefektivitasan dari pengendalian risiko bahaya histamin menunjukkan bahwa pengendalian CCP di PT Z masih belum berjalan efektif. PT Z perlu melakukan perbaikan pada sistem pengendalian CCP agar bahaya risiko peningkatan kadar histamin pada tuna loin beku dapat dikurangi.

5.2. Saran

Metode Lean Six Sigma sebaiknya dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas pengendalian risiko bahaya histamin pada proses pengolahan tuna loin beku. Selain itu metode ini juga sebaiknya dapat dikembangkan untuk mengevaluasi tahapan proses pengolahan tuna loin beku lainnya, agar keseimbangan dalam perusahaan tidak hanya memfokuskan keuntungan dan pertumbuhan perusahaan melainkan juga pada aspek yang penting lainnya seperti keamanan pangan.