Define Evaluasi dengan konsep dasar lean six sigma

untuk melihat jumlah penyimpangan yang dimilikinya, yang meliputi jumlah penyimpangan kategori Minor MN, Mayor MY, Serius S maupun Kritis K sesuai dengan yang telah ditentukan dalam daftar tersebut.

3.2.2 Identifikasi titik kendali kritis critical control point-CCP

Identifikasi CCP didasarkan pada 7 prinsip HACCP, yang diawali dengan melakukan analisis bahaya. Identifikasi titik kendali kritis CCP dilakukan dengan mengamati tahapan proses produksi tuna loin di perusahaan yang selanjutnya dituangkan dalam tabel analisis bahaya dan identifikasi CCP Lampiran 5 dan Lampiran 6. Selanjutnya dilakukan penentuan batas kritis critical limit dan prosedur monitoring untuk tahapan yang menjadi titik kritis di perusahaan. Kemudian disusun suatu tindakan koreksi corrective action apabila CCP melewati batas kritis dan dilakukan verifikasi ulang terhadap rencana HACCP secara periodik untuk melihat apakah sistem efektif sesuai dengan rencana awal Lampiran 7. Tahap terakhir adalah mendokumentasikan catatan mengenai keseluruhan proses. Contoh form dokumentasi dapat dilihat pada Lampiran 17-26.

3.2.3 Evaluasi dengan konsep dasar lean six sigma

Metode ini hanya difokuskan pada tahapan proses yang menjadi kajian, yaitu tahapan yang menjadi CCP. Pengkajian dan penerapan dasar konsep Lean Six Sigma dilakukan dengan prinsip six sigma yaitu:

3.2.3.1 Define

Define yaitu mendefinisikan secara formal sasaran peningkatan proses yang konsisten dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi perusahaan. Penerapan metode ini menggunakan Value Stream Process Mapping yang mengacu pada Tang et al. 2008 dan lembar kerja EDOWNTIME yang mengacu pada Gaspersz 2006 dalam rangka mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan waste yang tidak bernilai tambah di perusahaan pada tahap yang menjadi CCP. Value Stream Process Mapping disusun berdasarkan tahapan sebagai berikut: 1. Definisikan proses 2. Mengumpulkan informasi mengenai keseluruhan proses 3. Membuat pemetaaan proses dengan menggunakan symbol standard dan tidak menggunakan bahasa yang membingungkan. 4. Validasi dan verifikasi dengan keadaan sebenarnya di lapangan. 5. Analisis dari pemetaan proses dan membuat kesimpulan. 6. Mengkomunikasikan temuan dan rekomendasi. Sedangkan EDOWNTIME merupakan akronim untuk memudahkan praktisi bisnis dan industri mengidentifikasi 9 jenis pemborosan yang selalu ada dalam bisnis dan industri, yaitu: E = Environmental, Health and Safety EHS , jenis pemborosan yang terjadi karena kelalaian dalam memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip EHS. D = Defects , jenis pemborosan yang terjadi karena kecacatan atau kegagalan produk barang danatau jasa. O = Overproduction , jenis pemborosan yang terjadi karena produksi melebihi kuantitas yang dipesan oleh pelanggan. W = Waiting , jenis pemborosan yang terjadi karena menunggu. N = Not utilizing employees knowledge, skills and abilities , jenis pemborosan sumber daya manusia SDM yang terjadi karena tidak menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan secara optimum. T = Transportation , jenis pemborosan yang terjadi karena transportasi yang berlebihan sepanjang proses value stream. I = Inventories , jenis pemborosan yang terjadi karena inventori yang berlebihan. M = Motion , jenis pemborosan yang terjadi karena pergerakan yang lebih banyak daripada yang seharusnya sepanjang proses value stream. E = Excess processing , jenis pemborosan yang terjadi karena langkah-langkah proses yang lebih panjang daripada yang seharusnya sepanjang proses value stream .

3.2.3.2 Measure