Identifikasi Titik Kendali Kritis Critical Control Point-CCP

penyimpangan minor maksimal 6 buah dan penyimpangan mayor maksimal 5 buah. Berdasarkan bentuk penyimpangannya, maka risiko potensial bahaya histamin akan nyata pada ruang penerimaan yang tidak tertutup dari lingkungan luar sebagai bentuk penyimpangan serius, serta ruang penerimaan yang tidak bersih dan penerapan metode FIFO yang belum benar dan masih banyak produk yang tersimpan terlalu lama sebagai bentuk penyimpangan mayor. Penyimpangan-penyimpangan pada pelaksanaan kelayakan dasar perusahaan serta efektivitas penerapan GMP dan SSOP akan mempengaruhi sistem HACCP di perusahaan. Penyimpangan ini dapat berpengaruh langsung maupun tidak langsung ke produk yang berdampak pada tingkat penerimaan konsumen terhadap produk akhir Oriss, 2000.

4.2 Identifikasi Titik Kendali Kritis Critical Control Point-CCP

Prinsip pertama konsep HACCP adalah melakukan analisis bahaya. Analisis bahaya adalah proses pengumpulan dan menilai informasi mengenai bahaya dan keadaan sampai dapat terjadinya bahaya untuk menentukan mana yang berdampak nyata terhadap keamanan pangan dan harus ditangani dalam rencana HACCP CAC, 2003. Tim HACCP di PT Z yaitu QC Manager Plant coordinator sebagai pimpinan dari QC supervisor, QC staff dan QC Laboratorium. Deskripsi produk adalah sebuah daftar yang berisikan komposisi produk, cara menyimpan, tahapan proses dan sebagainya. Dengan deskripsi produk ini maka akan lebih mudah diidentifikasi mengenai produk tuna tersebut CAC, 2003. Deskripsi produk tuna loin beku dapat dilihat pada Lampiran 1 dan diagram alir pada rencana HACCP di PT Z dapat dilihat pada Gambar 8. Sedangakan lembar analisis bahaya dapat dilihat pada Lampiran 5. Rincian analisis bahaya selengkapnya adalah sebagai berikut: Gambar 8. Diagram alir proses pengolahan tuna loin beku di PT Z Receiving Weighing 1 Freezing 1 Storaging 1 Loining by machine Trimming and skinning Freezing 2 Grading Glazing Wrapping Metal detecting Packing and labelling Storaging 2 Stuffing 1 Penerimaan bahan baku receiving Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi tuna loin beku di PT Z adalah ikan tuna jenis tuna yellowfin dan tuna big eye. Bahan baku tersebut diperoleh dari hasil tangkapan di perairan Indonesia. Biasanya PT Z membeli bahan baku ikan tuna dari cold storage perusahaan lain dan langsung dari di transit dalam bentuk tuna beku. Ikan tuna yang dibeli di transit sudah dibekukan sebelumnya di cold storage Nusa Tenggara Timur. Ikan yang dibekukan di daerah tersebut merupakan ikan tuna dengan grade C dan D. Klasifikasi grade dapat dilihat pada Lampiran 30. Proses pembelian bahan baku tuna dilakukan oleh karyawan bagian purchasing dan pengecekan kesegaran ikan dilakukan oleh petugas quality control QC dari perusahaan, dengan cara memotong sampel daging ikan tuna menggunakan pisau di bagian dekat insang. Berat ikan tuna yang dibeli yaitu size 16 up 16-19 kg, 20 up 20-29 kg dan 30 up lebih dari 30 kg. Transportasi ikan tuna dari kapal atau cold storage ke perusahaan menggunakan mobil terbuka yang ditutup dengan terpal tanpa diberi alas atau es. Dalam sekali perjalanan selama kurang lebih 5-9 menit diangkut sekitar 20 ekor ikan. Proses penerimaan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 9. Penerimaan ikan tuna beku dilakukan di ruang untuk stuffing. Ruang penerimaan bahan baku yang berada di ruang terbuka dapat mengkontaminasi bahan baku yang masuk dan suhu ruang penerimaan sekitar 27-30 C dapat menyebabkan dekomposisi ikan tuna beku yang diterima. Ikan satu per satu diturunkan dari mobil, diukur suhu pusat di bawah sirip pectoral dengan menggunakan resistant thermometer probe atau infrared thermometer. Berdasarkan tata cara aturan pengolahan yang baik GMP yang telah ditetapkan di perusahaan, setelah sampai di perusahaan, ikan seharusnya diukur suhunya untuk mengetahui suhu pusat ikan. Tetapi kadang-kadang QC tidak mengukur suhu pusat ikan. Berdasarkan GMP tersebut, bahan baku ikan tuna yang diterima di perusahaan memiliki suhu pusat ikan di bawah -18 C. Kemudian ikan dimasukkan dalam cold storage menggunakan forklift atau dibekukan di ABF. Suhu pusat ikan, berat ikan, tanggal penerimaan, kode pemasok, uji sensori bau, tekstur dan warna dicatat dalam Form 01, Record of receiving raw material Lampiran 17 oleh staf produksi atau QC. Gambar 9. Penerimaan bahan baku Setiap tahapan yang menyebabkan adanya bahaya yang nyata harus diidentifikasi lebih lanjut untuk meyakinkan apakah tahapan tersebut termasuk dalam CCP atau tidak. Identifikasi dapat dilakukan dengan menilai CCP dan dapat dilakukan diantaranya mengunakan decision tree atau diagram pengambilan keputusan CAC, 2003. Identifikasi CCP dapat dilihat pada Lampiran 6. Menurut GMP, bahan baku ikan tuna yang diterima oleh perusahaan dari pemasok dilakukan pengujian kadar histamin dan TPC. Tetapi kadangkala hal ini tidak dilakukan karena hisatamine assay kit habis. Bahaya potensial pada tahap ini adalah senyawa histamin dan bakteri patogen yang dapat dikategorikan pada bahaya keamanan pangan food safety dan mutu wholesomeness. Penerimaan bahan baku termasuk CCP karena tidak ada tahap selanjutnya yang dapat mengurangi atau menghilangkan histamin pada produk jika histamin sudah terbentuk pada tahap ini. Batas 30 ppm digunakan PT Z pada tahap penerimaan bahan baku. Pengujian tersebut dilakukan oleh laboratorium internal perusahaan. Monitoring dan verifikasi hasil analisis bahan baku di laboratorium internal dilaporkan dalam Form 08, Record of internal laboratory analysis Lampiran 24. 2 Penimbangan 1 weighing 1 Ikan selanjutnya ditimbang dan diberi label plastik yang bertuliskan berat ikan dalam satuan kg. Penimbangan ini bertujuan untuk menentukan jumlah ikan yang dibeli dan harga yang harus dibayar perusahaan Gambar 10. Bahaya fisik yang mungkin muncul di tahap ini yaitu salah timbang akibat kesalahan karyawan yang menimbang dan kondisi timbangan yang digunakan. Bahaya ini terjadi apabila tidak dilakukan kontrol yang tepat. Berdasarkan pengamatan di lapangan, petugas sudah menerapkan GMP dengan mentera timbangan sebelum dipakai dan mereparasi timbangan yang berkarat. Monitoring dan verifikasi dilaporkan dalam Form 07. Scale calibration Lampiran 23. Bahaya potensial kesalahan penimbangan dapat dikategorikan pada bahaya penipuan ekonomi economic fraud . Gambar 10. Penimbangan 1 Suhu ruang selama penimbangan sekitar 20 o C dicatat dalam Form 03, Record of process temperature Lampiran 19. Bahaya biologis yang dapat terjadi pada tahap ini adalah pertumbuhan bakteri patogen. Bahaya potensial bakteri patogen dapat dikategorikan pada bahaya keamanan pangan food safety dan mutu wholesomeness. Berdasarkan pengamatan di lapangan, petugas sudah menerapkan GMP dengan melakukan penimbangan secara cepat, kondisi pekerja dan peralatan harus selalu dalam keadaan saniter dan higienis. Maka tahap ini tidak termasuk bahaya potensial yang signifikan. 3 Pembekuan 1 freezing 1 Setelah penimbangan, ikan tuna yang suhunya -18 C diangkut menggunakan forklift untuk dibekukan dalam air blast freezer ABF. Di dalam ABF, ikan tuna ditumpuk di lantai atau di atas pallet Gambar 11. Menurut standar proses pengolahan tuna loin beku di PT Z, pembekuan menggunakan ABF dilakukan dengan suhu operasi sebesar -35 o C selama tidak lebih dari 9 jam sehingga suhu pusat produk mencapai -18 o C. Pintu ABF selalu tertutup atau hanya dibuka apabila akan memasukkan produk. Pintu ABF dilengkapi dengan plastic curtain transparan untuk mengurangi masuknya suhu tinggi dari luar ketika pintu dibuka. PT Z memiliki 1 ruang ABF dengan kapasitas ruang sebesar 150 ton . Bahaya potensial pada tahapan proses pembekuan adalah suhu pembekuan lebih besar dari -35 C dan suhu pusat tuna melebihi -18 C. Bahaya ini termasuk dalam kategori keamanan pangan food safety dan mutu wholesomeness. Ruang ABF tersebut dilengkapi dengan alat pengatur dan monitor suhu digital yang terdapat di ruang mesin sehingga dapat dilihat dengan mudah. Monitoring suhu ABF dilakukan setiap jam oleh operator. Pengawasan dan verifikasi dilaporkan dalam Form 05, ABF check report Lampiran 21. Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa rata-rata suhu ruang ABF -35,5 o C, sesuai dengan GMP perusahaan. Maka tahap ini tidak dapat dikategorikan sebagai bahaya potensial signifikan. Gambar 11. Pembekuan 1 4 Penyimpanan beku 1 frozen storage 1 Cold storage di PT Z ada dua ruangan yaitu cold storage 1 untuk menyimpan bahan baku dengan kapasitas sebesar 150 ton dan cold storage 2 untuk menyimpan produk yang sudah dikemas dengan kapasitas 150 ton. Ikan tuna yang sudah dibekukan disimpan dalam cold storage bahan baku hingga waktu pengolahan tiba. Sesuai pedoman GMP, penyimpanan produk dalam cold storage dilakukan dengan menerapkan sistem First In First Out FIFO yaitu produk yang pertama kali dimasukkan dalam cold storage maka harus dikeluarkan pada urutan pertama juga. Tetapi pada saat pengamatan di lapangan, ikan tuna yang diolah tergantung oleh permintaan buyer pada saat itu. Pintu cold storage juga dilengkapi dengan plastic curtain transparan untuk mengurangi masuknya suhu tinggi dari luar ketika pintu dibuka. Ruang cold storage tersebut dilengkapi dengan alat monitor suhu digital yang terdapat di depan pintu cold storage sehingga suhu dapat dilihat dengan mudah. Kondisi cold storage dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12. Cold storage bahan baku Bahaya potensial pada tahap ini adalah timbulnya histamin pada saat penyimpanan beku akibat dari penyimpangan suhu cold storage dan dekomposisi bahan baku. Bahaya ini termasuk dalam kategori keamanan pangan food safety dan mutu wholesomeness. Bahaya potensial lainnya adalah pertumbuhan bakteri patogen akibat dari penyimpangan suhu dan kerusakan fisik ikan pada saat disimpan di cold storage. Bahaya ini termasuk dalam kategori keamanan pangan food safety dan mutu wholesomeness. Suhu cold storage dipantau oleh mekanik setiap jam dan dicatat dalam Form 06. Cold storage check report Lampiran 22. Berdasarkan GMP, suhu cold storage bahan baku dibawah -20 C. Tetapi dapat dilihat pada Gambar 27 dan 28 bahwa suhu cold storage penyimpanan bahan baku sangat berfluktuasi diatas -20 C maka tahap ini merupakan bahaya potensial signifikan karena tidak dapat dikendalikan dengan GMP di perusahaan. Identifikasi apakah tahap ini termasuk CCP dapat dilihat pada Lampiran 6. Tahap ini termasuk CCP karena jika terbentuk histamin pada tahapan ini maka tidak ada tahap selanjutnya yang dapat mengurangi histamin yang sudah terbentuk. Penyimpanan beku bahan baku 1 dengan batas kritis suhu cold storage -20 C. Pada tahap penyimpanan beku bahan baku, tindakan korektif yang seharusnya dilakukan jika suhu cold storage melewati batas kritis adalah menurunkan suhu cold storage sampai -20 C. 5 Pembentukan loin dengan mesin loining by machine Selanjutnya dilakukan pembentukan loin, yaitu dengan membelah daging membujur menjadi empat bagian dan melepaskan daging dari tulang dan duri mulai dari belakang kepala sampai mendekati pangkal sirip caudal menggunakan mesin pemotong loin Gambar 13. Berdasarkan standar GMP perusahaan, suhu ruangan pada saat pembentukkan loin dijaga 10 C dan dicatat dalam Form 03. Record of process temperature Lampiran 19. Bahaya potensial pada tahap ini adalah pertumbuhan bakteri patogen jika suhu ruangan tinggi dan tuna beku mencair. Bahaya ini termasuk dalam kategori keamanan pangan food safety dan mutu wholesomeness. Berdasarkan pengamatan di lapangan, suhu ruangan dijaga 10 C dan pemotongan dilakukan secara cepat, maka tahapan ini tidak termasuk ke dalam bahaya potensial signifikan. Gambar 13. Pembentukkan loin dengan mesin 6 Perapihan dan pembuangan kulit trimming and skinning `Pemisahan daging perut atau otoro dilakukan bersamaan dengan pembuangan jeroan yang masih menempel pada daging dengan menggunakan mesin pembuang isi perut Gambar 14. Otoro yang telah diambil ditempatkan di dalam keranjang dipisahkan dari jeroan. Gambar 14. Pembuangan isi perut dan otoro Daging merah yang terdapat di sekitar garis linear lateralis dibersihkan bersamaan dengan sisa tulang di sekitarnya. Daging merah dimasukkan di dalam keranjang. Pada tuna loin skinless dilakukan pembuangan kulit dari daging, sedangkan untuk skin-on kulit dibiarkan melekat. Pembuangan kulit dilakukan dengan cara menyisir kulit dari pangkal ekor loin menuju badan. Bahaya potensial pada tahap ini adalah pertumbuhan bakteri patogen jika suhu ruangan tinggi dan kontaminasi dari alat dan pekerja. Bahaya ini termasuk dalam kategori keamanan pangan food safety dan mutu wholesomeness. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kondisi pada tahap ini sudah sesuai dengan GMP yaitu suhu ruang selama perapihan dan pembuangan kulit sekitar 10 o C dicatat dalam Form 03, Record of process temperature Lampiran 18 dan perapihan dilakukan secara cepat juga higienis. Kebersihan dari peralatan dipantau dalam Form 04, Daily sanitation audit form Lampiran 20. Maka tahapan ini tidak termasuk dalam bahaya potensial signifikan. 7 Pembekuan 2 freezing 2 Pembekuan 2 dilakukan setelah tuna loin dimasukkan dalam pan dan disusun secara teratur pada pallet di dalam ABF bersuhu -35 o C selama 8 jam. Pintu ABF selalu tertutup atau hanya dibuka apabila akan memasukkan produk. Pintu ABF dilengkapi dengan plastic curtain transparan untuk mengurangi masuknya suhu tinggi dari luar ketika pintu dibuka. Suhu ABF dipantau oleh QC untuk menjamin suhu tetap rendah. Proses pembekuan 2 dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Pembekuan 2 Bahaya potensial pada tahapan proses pembekuan adalah suhu pembekuan lebih besar dari -35 C dan suhu pusat tuna loin melebihi -18 C. Bahaya ini termasuk dalam kategori keamanan pangan food safety dan mutu wholesomeness. Kondisi pada tahap ini sudah sesuai dengan GMP di perusahaan dan suhu ABF selama pembekuan dicatat dalam Form 05, ABF check report Lampiran 21. Maka tahap ini tidak termasuk ke dalam bahaya potensial signifikan. 8 Pengecekan akhir grading Setelah loin dibekukan kemudian dilakukan sortasi secara organoleptik yang meliputi warna dan tekstur loin oleh QC. Sortasi ini dilakukan pada setiap loin. Jika terdapat kotoran pada loin, maka kotoran segera dibuang Gambar 16. Loin yang bau dan teksturnya lembek akan dipisahkan dalam karung dan disimpan dalam cold storage. Keadaan ikan yang dicek dicatat dalam Form 02. Record of final checking Lampiran 18. Suhu ruang selama sortasi sekitar 15 o C dicatat dalam Form 03, Record of process temperature Lampiran 19. Pada tahapan ini tuna loin beku disampling acak atau pengujian dilakukan pada tuna loin yang secara organoleptik jelek untuk diuji kandungan histamin, logam berat dan TPC. Ada kemungkinan histamin meningkat selama proses maka tahap ini dikategorikan ke dalam bahaya potensial signifikan. Berdasarkan decision tree Lampiran 6 tahap ini termasuk ke dalam CCP karena merupakan tahap yang mengeliminasi bahaya pada pengecekan akhir. Batas kritisnya adalah kandungan histamin 30 ppm. Gambar 16. Pengecekan akhir 9 Penggelasan glazing Setelah disortasi maka tuna loin dimasukkan ke dalam air bercampur es pada suhu 0-3 C. Bahaya potensial pada tahap ini adalah pertumbuhan bakteri patogen jika air untuk glazing sudah keruh. Bahaya ini termasuk dalam kategori keamanan pangan food safety dan mutu wholesomeness. Bahaya potensial lainnya adalah kesalahan dalam proses glazing sehingga tidak semua permukaan tuna loin tertutup es atau es terlalu tebal. Bahaya ini dapat dikategorikan dalam bahaya mutu wholesomeness dan penipuan secara ekonomi economic fraud karena tidak sesuai dengan permintaan pembeli. Berdasarkan pengamatan di lapangan, air untuk glazing diganti jika terlihat keruh dan suhu air juga dipantau QC, maka tahap ini tidak dikategorikan sebagai CCP. Air dan es juga diuji TPC secara periodik untuk mengetahui mutunya. Maka tahap ini tidak dikategorikan sebagai bahaya potensial signifikan. Proses glazing dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17. Glazing 10 Pembungkusan dengan plastik wrapping Setiap tuna loin dimasukkan ke dalam plastik bening masing-masing sebelum dilewatkan di mesin metal detector. Proses pembungkusan dapat dilihat pada Gambar 18. Suhu ruang selama pembungkusan sekitar 10 o C dicatat dalam Form 03. Record of process temperature Lampiran 19. Bahaya potensial pada tahap ini adalah bahaya biologis yaitu pertumbuhan bakteri patogen jika suhu ruangan tinggi dan plastik pembungkus kotor. Bahaya potensial lainnya adalah bahaya fisik yaitu jika terdapat benda asing ke dalam plastik. Kedua jenis bahaya ini termasuk dalam kategori keamanan pangan food safety dan mutu wholesomeness. Kondisi kebersihan plastik dicatat dalam Form 04. Daily sanitation audit form Lampiran 20. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pembungkusan dilakukan secara cepat dan higienis menggunakan plastik yang baru dan bersih. Maka tahapan ini tidak termasuk ke dalam bahaya potensial signifikan. Gambar 18. Pembungkusan 11 Pendektesian logam metal detecting Setelah dibungkus plastik maka loin dilewatkan pada mesin metal detector Gambar 19. Mesin deteksi logam selalu diuji terlebih dahulu sebelum dipakai. Bahaya potensial pada tahap ini disebabkan terdapatnya metal atau logam pada produk akibat adanya benda logam yang terdapat dalam produk. Jika terdapat benda logam dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang fatal maka tahap ini termasuk dalam bahaya potensial signifikan. Berdasarkan identifikasi CCP Lampiran 6, bahaya terdapatnya logam dapat dikendalikan oleh GMP yaitu selalu dilakukan pengecekan mesin dan mentera mesin deteksi logam setiap 1 jam ketika dipakai. Jika mesin berbunyi, karyawan mengecek produk dan memisahkannya. Maka tahapan ini tidak termasuk ke dalam CCP. Gambar 19. Pendekteksian logam 12 Penimbangan 2 weighing 2 Penimbangan II dilakukan untuk memperoleh berat akhir produk tuna loin beku yang akan dikemas dalam master carton. Proses penimbangan dilakukan menggunakan timbangan digital yang telah ditera oleh pekerja Gambar 20. Monitoring dan verifikasi kalibrasi timbangan dilaporkan dalam Form 07. Record of scale calibration Lampiran 23. Master carton yang digunakan untuk pengepakan produk tuna loin beku memiliki kapasitas sebesar 20 kg. Bahaya potensial pada tahap ini adalah kesalahan timbang dan termasuk dalam kategori penipuan ekonomi economic fraud. Berdasarkan pengamatan di lapangan berat produk selalu dilebihkan 0.5 kg untuk mencegah susut berat. Berat produk dicatat dalam buku laporan timbang. Penimbangan dilakukan secara cepat dan higienis. Maka tahap ini tidak termasuk dalam bahaya potensial signifikan. Gambar 20. Penimbangan 2 13 Pengemasan dan pelabelan packing and labeling Selanjutnya tuna loin tersebut dimasukkan dalam master carton Gambar 21. Pada bagian luar master carton terdapat label yang berisi informasi mengenai nama produk, nama perusahaan, asal negara, jumlah loin, ukuran, berat, dan tanggal produksi. Setelah master carton penuh kemudian direkatkan menggunakan lackband bening berukuran besar. Bahaya potensial pada tahap pengemasan adalah adanya kontaminasi bakteri patogen akibat dari penyimpangan suhu dan pekerja yang tidak higienis. Bahaya ini termasuk dalam kategori keamanan pangan food safety dan mutu wholesomeness. Kesalahan label juga dapat terjadi dalam pelabelan mengakibatkan timbulnya bahaya penipuan secara ekonomi economic fraud. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pelabelan selalu dilakukan secara teliti oleh karyawan dan selalu diawasi oleh QC. Jumlah karton dan berat setiap karton dicatat dalam buku laporan tally. Suhu produk dijaga -18 C dan pengemasan dilakukan secara cepat dan higienis. Maka tahapan ini tidak termasuk ke dalam bahaya potensial signifikan. Gambar 21. Pengemasan dalam master carton 14 Penyimpanan beku 2 freezing 2 Berdasarkan standar proses pengolahan tuna loin beku di PT Z penyimpanan produk tuna loin beku dilakukan dalam cold storage dengan suhu sebesar -25 o C untuk mempertahankan suhu pusat ikan ≤ -18 o C Gambar 22. Biasanya master carton disimpan selama satu sampai dua hari di cold storage 2 untuk langsung dimasukkan ke dalam container. Seperti pada ABF, pintu cold storage selalu tertutup atau hanya dibuka apabila akan memasukkan produk. Pintu cold storage juga dilengkapi dengan plastic curtain transparan untuk mengurangi masuknya suhu tinggi dari luar ketika pintu dibuka. Produk yang dimasukkan ke dalam cold storage 2 disusun teratur dengan kode yang sama pada setiap pallet yang ditumpuk untuk memudahkan dalam prosess stuffing. Bahaya potensial pada tahap ini adalah pertumbuhan bakteri patogen, dekomposisi produk tuna loin dan kerusakan master karton pada saat disimpan di cold storage. Bahaya ini termasuk dalam kategori keamanan pangan food safety dan mutu wholesomeness. Monitoring dan verifikasi dicatat dalam Form 06, Report of cold storage temperature Lampiran 22. Berdasakan pengamatan di lapangan dan record keeping perusahaan suhu cold storage 2 selalu di bawah -25 C , maka tahap ini tidak termasuk dalam bahaya potensial signifikan. Gambar 22. Penyimpanan beku 2 15 Pemasukkan ke dalam container stuffing Ketika jadwal ekspor tiba, loin dan produk diversifikasi tuna lainnya dikeluarkan dari cold storage dan dipindahkan ke dalam kontainer yang disewa dari perusahaan jasa transportasi barang Gambar 23. Kontainer dilengkapi mesin pendingin dengan suhu sekitar -25 o C. Penyusunan dalam kontainer diatur agar sirkulasi suhu dingin dapat menjangkau seluruh ruang di dalamnya. Nomor master carton , jenis, ukuran dan jumlah produk dari masing-masing master carton tersebut dicatat oleh staf produksi dalam Form 10. Tally sheet Lampiran 26. Bahaya potensial pada tahap ini adalah pertumbuhan bakteri patogen akibat penyimpangan suhu dalam container. Bahaya ini termasuk dalam kategori keamanan pangan food safety dan mutu wholesomeness. Bahaya potensial lainnya adalah kerusakan pada master karton dan kerusakan pada produk akibat penanganan yang kasar oleh pekerja. Bahaya ini termasuk dalam kategori penipuan secara ekonomi economic fraud. Berdasarkan pengamatan di lapangan, stuffing selalu dilakukan secara cepat dan hati-hati. Suhu container juga diatur -25 C sebelum master karton dimasukkan. Maka tahapan ini tidak termasuk dalam bahaya potensial signifikan. Gambar 23. Stuffing

4.3 Evaluasi dengan Konsep Dasar Lean Six Sigma