Pendefinisian define Evaluasi dengan Konsep Dasar Lean Six Sigma

4.3 Evaluasi dengan Konsep Dasar Lean Six Sigma

Sistem keamanan pangan HACCP akan lebih baik lagi jika diintegrasikan dengan suatu konsep dasar manajemen mutu seperti Total Quality Management TQM NFPA, 1992. Konsep lean six sigma merupakan suatu evolusi terbaru dari TQM dimana konsep ini bertujuan agar semua orang di perusahaan berkomitmen untuk memenuhi keiinginan pelanggan melalui langkah-langkah kolaboratif Larson, 2003. Evaluasi efektivitas pengendalian risiko bahaya histamin pada titik kendali kritis proses pengolahan tuna loin beku dilakukan melalui beberapa tahapan yang meliputi define, measure, analyze, improvement dan control. Adapun 3 tiga titik kendali kritis CCP yang menjadi kajian evaluasi merupakan hasil analisis bahaya hazard analysis dan identifikasi CCP dari rencana HACCP yang telah dibuat, yaitu pada tahapan penerimaan bahan baku receiving, tahapan penyimpanan beku cold storage bahan baku serta tahapan pengecekan akhir grading.

4.3.1 Pendefinisian define

Define didefinisikan secara formal sebagai sasaran peningkatan proses yang konsisten dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi perusahaan. Sasaran peningkatan proses pada penelitian ini adalah efektivitas pengendalian risiko bahaya histamin pada titik kendali kritis CCP proses pengolahan tuna loin beku. Masalah yang dikaji di PT Z adalah tahap penerimaan receiving, penyimpanan beku bahan baku raw material storaging dan pengecekan akhir grading yang merupakan titik kendali kritis atau CCP pada proses pengolahan tuna loin di perusahaan ini. Identifikasi tahapan ini menggunakan Value Stream Process Mapping VSPM dan lembar kerja EDOWNTIME, dimana penilaian yang dapat menjadi penyebab tidak efektifnya pelaksanaan pengendalian risiko bahaya histamin pada titik kendali kritis dilakukan. Identifikasi penyebab tidak efektifnya pelaksanaan pengendalian risiko bahaya histamin pada titik kendali kritis dengan menggunakan VSPM dapat dilihat pada Gambar 24 dan lembar kerja EDOWNTIME dapat dilihat pada Tabel 4. 49 Gambar 24. Value Stream Process Mapping proses pengolahan tuna loin beku Keterangan: = Tahapan proses = Penyimpanan = Pengambilan keputusan = Inspeksi = Menunggu atau terlambat Raw Material Storaging Receiving Lolos uji sensori? Ya Reject Tidak Kadar histamin melebihi 30 ppm? Ya Weighing 1 Freezing 1 Loining Trimming and skining Freezing 2 Grading Ya Tidak Glazing Weghing 2 Packing and Labelling Product Storaging Stuffing Tidak Kadar histamin melebihi 30 ppm? Glazing 49 50 Tabel 4. Lembar periksa EDOWNTIME Proses Pemborosan Tindakan E D oO W N T I M E Penerimaan bahan baku receiving Produk cacat diterima Cek`dengan teliti setiap bahan baku datang dan penanganan yang baik √ Membeli ikan berlebihan Membeli ikan sesuai pesanan √ Bahan baku dapat terdekomposisi karena menunggu di lantai terlalu lama Setelah ditimbang, ikan langsung dimasukkan ke cold storage √ Ikan rusak karena penanganan yang kasar Ikan ditangani dengan hati-hati √ Penyimpanan beku bahan baku raw material storaging Fluktuasi suhu cold storage Suhu diturunkan jika lebih dari -20 C dan evaporator dibersihkan √ Biaya penyimpanan tinggi Membeli ikan sesuai pesanan √ Butuh waktu lama untuk mencari ikan Ikan diberi label dan disusun FIFO √ Ikan rusak karena penanganan yang kasar Ikan ditangani dengan hati-hati √ Pengecekan akhir grading Masih ada produk tuna loin beku yang cacat Memeriksa bahan baku lebih teliti dan melakukan proses pengolahan yang baik √ Ikan rusak karena penanganan yang kasar Ikan ditangani dengan hati-hati √ 50 Berdasarkan VSPM, masih terdapat produk menunggu sebelum pindah ke proses selanjutnya. Produk menunggu tersebut adalah receiving sebelum weighing 1, weighing 1 sebelum freezing 1 dan freezing 1 sebelum loining. Menurut El-haik dan Al-Omar 2006, proses menunggu merupakan pemborosan sehingga perlu segera dihilangkan dari sistem. Berdasarkan hasil identifikasi dengan menggunakan EDOWNTIME dapat dilihat bahwa tidak efektifnya pengendalian risiko bahaya histamin pada titik kendali kritis proses pengolahan tuna loin beku pada tahapan penerimaan bahan baku receiving adalah produk cacat diterimadibeli, membeli ikan tuna berlebihan, menunggu penanganan atau peletakan ikan yang telah dibeli di lantai terlalu lama serta penanganan yang kasar sehingga dapat didefinisikan kategori waste pada tahapan penerimaan bahan baku receiving ini adalah Defects D, Overproduction O, Waiting W dan Not Utilizing Employees Knowledge, dan Skills and Abilities N. Pada tahap penyimpanan beku cold storage bahan baku, tidak efektifnya pengendalian risiko bahaya histamin pada titik kendali kritis proses pengolahan tuna loin beku adalah berupa fluktuasi suhu cold storage yang tinggi, biaya penyimpanan yang besar, kebutuhan waktu yang terlalu lama untuk mencari ikan dan ikan rusak karena penanganan yang kasar sehingga dapat didefinisikan kategori waste pada tahapan penyimpanan beku cold storage bahan baku ini adalah Environmental, Health and Safety E, Overproduction O, Waiting W dan Not Utilizing Employees Knowledge, Skills and Abilities N. Sedangkan pada tahapan pengecekan akhir grading, tidak efektifnya pengendalian risiko bahaya histamin pada titik kendali kritis proses pengolahan tuna loin beku adalah berupa masih adanya produk tuna loin yang cacat dan ikan yang rusak akibat penanganan yang kasar, sehingga dapat didefinisikan kategori waste pada tahapan pengecekan akhir grading ini adalah Defects D dan Not Utilizing Employees Knowledge, Skills and Abilities N.

4.3.2 Pengukuran measure