Kelengkapan dan keterawatan peralatan menjadikan pelayanan medis menjadi lebih dipercaya oleh pasien.
6.4.1. Input
Peralatan medis yang terdapat di RSI Malahayati cukup banyak untuk berbagai fungsi pemeriksaan. Dalam penyediaan, pemasangan dan perawatan
peralatan medis tersebut, rumah sakit bekerja sama dengan beberapa dealer peralatan kedokteran. Mereka melakukan pemasangan, pelatihan dan perawatan
sebagai layanan purna jual.
6.4.2. Lingkungan
Indikator lingkungan untuk sub sistem peralatan medis meliputi kebijakan terhadap pembelian dan perawatan peralatan. Dalam hal ini, rumah sakit memiliki
kebijakan pembelian dengan membeli berdasarkan kebutuhan rumah sakit yang dapat dilihat dari frekuensi kedatangan pasien yang memiliki diagnosa penyakit
atau membutuhkan alat yang sama. Rumah sakit juga memiliki kebijakan dalam bekerja sama dengan dealer peralatan untuk menyediakan layanan purna jual
dalam hal memberikan pemasangan, pelatihan kepada user dan perawatan terhadap alat yang dibeli.
6.4.3. Proses
Peralatan medis terdiri dari peralatan yang dibeli oleh rumah sakit dan peralatan yang ditempatkan oleh dealer dengan perjanjian khusus. Dalam
melakukan pembelian peralatan diawali dengan menganalisis kebutuhan akan alat
Universitas Sumatera Utara
yang direncanakan untuk dibeli. Setelah dianalisis, kemudian pihak peralatan mengajukan permohonan kepada Direktur untuk menyetujui dan mengeluarkan
anggaran pembelian dari kas rumah sakit. Sedangkan untuk beberapa alat penyediaannya dilakukan dengan sistem menempatkan, yakni dimana dealer
menempatkan alatnya di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu yang kemudian digantikan dengan alat yang baru jika masa waktu tersebut habis atau alat tersebut
mengalami kerusakan. Dalam pengukuran mutu proses di bidang peralatan medis, Depkes dan
IHQN telah menentukan beberapa indikator sebagai acuan dari tingkat mutu peralatan. Indikator tersebut disebut dengan indikator proses yang merupakan
ukuran terpenuhi atau tidaknya standar proses. Adapun untuk bagian peralatan medis indikatornya antara lain :
1. Kecepatan waktu dalam menanggapi kerusakan alat Kecepatan waktu yang dimaksud adalah waktu yang dibutuhkan dimulai dari
laporan alat rusak diterima sampai dengan petugas pemeriksaan menanggapi. Standar Depkes menentukan bahwa dalam 15 menit kerusakan sudah harus
ditanggapi oleh petugas untuk perbaikan. Dalam hal ini, rumah sakit bekerja sama dengan para dealer peralatan untuk menanggulangi kerusakan yang
terjadi. Rumah sakit tidak memiliki teknisi khusus melainkan langsung melaporkan kerusakan kepada dealer peralatan untuk ditanggapi. Rata-rata
jumlah alat yang rusak per bulannya mencapai 3 buah. 2. Ketepatan waktu pemeliharaan alat
Dalam hal perawatanpemeliharaan, peralatan medis juga dirawat oleh pihak eksternal yakni para dealer peralatan. Untuk peralatan yang di tempatkan oleh
Universitas Sumatera Utara
dealer, perawatan dilakukan secara berkala. Namun peralatan yang dibeli oleh pihak rumah sakit, tidak ada jadwal tertentu untuk melakukan perawatan.
Pihak rumah sakit melakukan pemeriksaan peralatan hanya apabila peralatan telah mengalami kerusakan.
3. Ketepatan waktu dalam Kalibrasi Pengkalibrasian peralatan juga dilakukan oleh pihak eksternal dengan jangka
waktu yang tidak terjadwal dengan baik. Pada tahun 2011, tercatat dari 58 jumlah alat yang perlu dilakukan kalibrasi, tercatat hanya 23 alat yang
dilakukan proses kalibrasi. Dari pengukuran input, lingkungan dan proses diatas, baik untuk standar
yang berdasarkan aturan Depkes maupun IHQN maka pemenuhan standar pelayanan minimal yang dilakukan RSI Malahayati untuk sub sistem peralatan
dapat dilihat pada tabel rekapitulasi berikut ini.
Tabel.6.12. Rekapitulasi Standar Pelayanan Minimal untuk Peralatan Medis Indikator
Nilai Standar RSI Malahayati
Ket
Kecepatan waktu dalam menanggapi kerusakan alat
80 Tergantung ketersediaan
teknisi dari dealer Tidak
Terpenuhi Ketepatan waktu pemeliharaan alat
100 Tidak ada jadwal tetap
Tidak Terpenuhi
Ketepatan waktu dalam Kalibrasi 100
Tidak berkala Tidak
Terpenuhi
6.5. Analisis Masalah