4. Survey kepuasan pelanggan, Dilaksanakan 3 kali dalam setahun April, Juli, Oktober
Namun dalam pelaksanaannya, beberapa program tersebut belum berjalan ataupun belum sempurna dilakukan. Begitu juga dengan kegiatan evaluasi mutu
yang dilakukan untuk tiap bagian. Sedangkan kegiatan pelatihan dilakukan perencanaan dan diselenggarakan oleh rumah sakit setiap bulannya.
Kegiatan pelatihan meliputi pelatihan umum,ketrampilan, keahlian dan pengajian. Kegiatan pengajian dilakukan secara rutin setiap bulannya dan setiap
hari pada saat bulan puasa. Sedangkan untuk pelatihan umum, ketrampilan dan keahlian tidak dilakukan pada saat bulan puasa. Untuk pelatihan umum,
penyelenggaraan dilakukan setiap bulannya dengan topik yang berbeda-beda serta diharapkan bermanfaat. Sedangkan pelatihan ketrampilan dan keahlian tidak
secara rutin terdaftar dalam pelaksanaan pelatihan bulanan. Pelatihan ditujukan untuk seluruh karyawan rumah sakit yang disesuaikan dengan tema pelatihan.
Namun, dalam pelaksanaannya animo karyawan terhadap pelatihan masih terlihat kurang antusias dan disiplin.
6.2.3. Proses
Pelayanan rawat inap dimulai sejak pasien datang untuk dirawat oleh pihak rumah sakit. Pasien terdiri dari pasien baru atau pasien lama yang datang
dapat dari berbagai sumber seperti dari alasan sendiri, dari praktek dokter, dokter perusahaan, rujukan puskesmas atau rujukan rumah sakit lainnya. Proses
pelayanan yang akan diberikan sesuai dengan keluhan yang dialami dan kebutuhan dari pasien tersebut. Pasien yang membutuhkan tindakan medis yang
Universitas Sumatera Utara
diluar kemampuan penyediaan pihak rumah sakit dapat dirujuk ke rumah sakit lain yang memiliki kelas diatas dan lebih lengkap. Secara sederhana, alur proses
dalam pelaksanaan pelayanan medis di rawat inap terlihat pada Gambar 6.2.
Rawat Inap - Datang sendiri
- Dokter Praktek - Dokter Perusahaan
- Rujukan puskesmas - Rujukan RS Lain
Pasien Datang Tempat Penerimaan
Pasien Pendaftaran
Pernah dirawat berobat
No.Rekam Medik Tidak
Ya Follow up
Perawatan
Pulang Rujuk ke RS Lain
Gambar 6.2. Alur Pasien Rawat Inap
Dalam pengukuran proses pelayanan medis di suatu rumah sakit, Depkes dan IHQN telah menentukan beberapa indikator sebagai acuan dari tingkat mutu
pelayanan di rawat inap suatu rumah sakit. Indikator tersebut disebut dengan indikator proses yang merupakan ukuran terpenuhi atau tidaknya standar proses
pelayanan. Data yang diperoleh untuk pengukuran indikator proses kebanyakan
merupakan data dari bulan Januari-Juni 2011. Hal ini dikarenakan manajemen baru secara rutin dan konsisten mendokumentasikan angka-angka tersebut pada
awal tahun 2011. Sebelumnya, pihak manajemen tidak melakukan pendataan
Universitas Sumatera Utara
angka tersebut secara berkala. Adapun indikator-indikator proses berdasarkan aturan Depkes dan IHQN adalah sebagai berikut :
1. Jam visite dokter, Jam visite dijadikan indikator dengan tujuan agar tergambarnya kepedulian tenaga medis terhadap ketepatan waktu pemberian
pelayanan. Visite dokter spesialis adalah kunjungan dokter spesialis setiap hari kerja sesuai dengan ketentuan waktu kepada setiap pasien yang menjadi
tanggung jawabnya. Berdasarkan ketentuan Depkes, visite dilakukan antara jam 08.00 sampai dengan 14.00. Namun, pada kenyataannya di RSI
Malahayati, jam visite dokter spesialis tidak bisa ditentukan untuk rentang waktu seperti peraturan. Hal ini dikarenakan, para dokter bukan merupakan
tenaga kerja tetap sehingga mereka dapat bekerja rumah sakit ataupun instansi lain. Kesibukan para dokter ditempat lain mengakibatkan jam visite
bergantung kepada jadwal dari dokte tersebut, rumah sakit tidak dapat menetapkan jam tertentu kepada mereka.
2. Kejadian infeksi pasca operasi, infeksi pasca operasi dijadikan indikator dengan tujuan agar tergambarnya pelaksanaan operasi dan perawatan pasca
operasi yang bersih sesuai standar. Infeksi pasca operasi adalah adanya infeksi pada semua kategori luka sayatan operasi bersih yang dilaksanakan di rumah
sakit yang ditandai oleh rasa panas kalor, kemerahan color, pengerasan tumor dan keluarnya nanah pus dalam waktu lebih dari 3 x 24 jam. Standar
toleransi yang ditentukan oleh Depkes adalah ≤ 1,5 . Di RSI Malahayati, pendataan angka infeksi pasca operasi secara rutin baru dilakukan sejak awal
tahun 2011. Sehingga data penelitian hanya meliputi bulan Januari-Juni 2011. Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 6.4. Angka Infeksi Pasca Operasi RSI Malahayati Periode Januari- Juni 2011
BULAN Num
Denum Standar Depkes
Januari 7
103 6.8
≤ 1,5 . Februari
3 86
3.5 ≤ 1,5 .
Maret 2
114 1.75
≤ 1,5 . April
1 99
1 ≤ 1,5 .
Mei -
- -
≤ 1,5 . Juni
- -
- ≤ 1,5 .
Per 6 Bulan
13 402
3 ≤ 1,5 .
June M ay
A pril M arch
F ebruary January
8.00 6.00
4.00 2.00
0.00
B UL A N I
n d
iv id
u a
l V
a lu
e
_ X=2.17
U B=1.50 LB=0.00
June M ay
A pril M arch
F ebruary January
4.00 3.00
2.00 1.00
0.00
B UL A N M
o v
in g
R a
n g
e
__ M R=1.40
U C L=4.57
LC L=0.00
1
Gambar 6.3. Grafik Angka Infeksi Pasca Operasi Periode Januari-Juni 2011
Dari tabel dan peta kontrol diatas, terlihat bahwa persentase angka infeksi pasca operasi berada diatas batas yang telah ditentukan, namun cenderung
mengalami penurunan hingga mencapai 1 . Ini menandakan kinerja rumah sakit sudah semakin baik dalam upaya pencegahan infeksi pasca operasi.
Universitas Sumatera Utara
3. Angka kejadian infeksi nosokomial, infeksi nosokomial adalah infeksi yang dialami oleh pasien yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit.
Infeksi nosokomial termasuk masalah penting di seluruh dunia. Beberapa infeksi nosokomial yang sering terjadi antara lain dekubitus, infeksi jarum
suntik phlebitis, infeksi karena transfusi sepsis, pnemonia nosokomial, infeksi saluran kemih, dll. Standar toleransi yang ditentukan oleh Depkes
adalah ≤ 1,5 . Di RSI Malahayati, pendataan angka infeksi pasca operasi secara rutin baru dilakukan sejak awal tahun 2011. Sehingga data
penelitian hanya meliputi bulan Januari-Juni 2011. Data penyakit yang terdata juga hanya infeksi decubitus, jarum infus dan transfusi.
Tabel. 6.5. Angka Infeksi Nosokomial RSI Malahayati Periode Januari-Juni 2011 Infeksi
Januari Februari Maret April Mei
Juni Standar Depkes
Decubitus 0,3
0,0 0,7
0,3 0,0
0,0 Jarum infus
1,2 0,3
1,8 1,5
1,2 0,0
Transfusi 6,1
2,6 2,7
0,0 0,0
17,6
Rata-Rata 2,53
0,97 1,73
0,60 0,40 5,87
≤ 1,5 .
June May
April March
February January
6.00 5.00
4.00 3.00
2.00 1.00
0.00
Bulan In
d iv
id u
a l
V a
lu e
_ X=2,02
UB=1,50 LB=0,00
Gambar 6.4. Grafik Infeksi Nosokomial Periode Januari-Juni 2011
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel dan peta kontrol diatas, terlihat bahwa angka infeksi nosokomial masih tidak terkontrol dengan baik. Trend memperlihatkan bahwa angka
infeksi masih cenderung tidak stabil. Hal ini terlihat dari angka yang berada dibawah batas pada bulan Februari, April dan Mei, namun mengalami
peningkatan diatas batas pada bulan Januari, Maret dan Juni. 4. Tidak adanya kejadian yang berakibat kecacatankematian atau medication
error, pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keamanan pelayanan keperawatan. Kejadian pasien jatuh adalah kejadian pasien jatuh
selama dirawat baik jatuh dari tempat tidur, di kamar mandi, dsb, yang berakibat kecacatankematian. Selama periode Januari-Juni 2011, jumlah
pasien jatuh yang berakibat kecacatankematian tercatat 1 orang yakni pada bulan Juni 2011 di unit kerja rawat inap penyakit dalam. Insiden pasien
lainnya yang terjadi masih berada di kategori Kejadian Tidak Diharapkan KTD dan Kejadian Nyaris Cedera KNC. KTD meliputi kejadian seperti
kesalahan prosedur, pemberian dan pergantian infus, pemasangan O
2,
kesalahan pemasangan skin test, dll. Sedangkan KNC merupakan kejadian seperti salah suntik, salah dosis obat, alergi transfusi darah, post operasi, dll.
Gambar 6.5. Grafik Insiden Keselamatan Pasien Periode Januari-Juni 2011
Universitas Sumatera Utara
Dari histogram diatas, terlihat bahwa masih banyak terdapat insiden keselamatan pasien di rumah sakit baik yang menyebabkan cedera ataupun
insiden yang tidak diharapkan. Berdasarkan aturan Depkes, seharusnya insiden seperti ini tidak ada lagi terjadi di rumah sakit. Namun pada
kenyataannya, insiden ini masih terjadi bahkan jumlahnya dalam periode Januari-Juni 2011, cenderung mengalami peningkatan untuk kategori insiden
kejadian tidak diharapkan KTD dan jumlah yang juga tidak konstan pada kategori insiden nyaris cedera KNC. Dengan hasil evaluasi ini, maka pihak
manajemen perlu mengkaji ulang mengapa angka insiden tidak dapat ditekan hingga tidak ada terjadi insiden 100 seperti yang telah ditetapkan Depkes.
5. Kematian pasien 48 jam, indikator ini digunakan untuk mengetahui gambaran pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit yang aman dan efektif.
Kematian pasien 48 jam adalah kematian yang terjadi sesudah periode 48 jam setelah pasien rawat inap masuk rumah sakit. Data yang diperoleh dan
digunakan untuk pengukuran indikator adalah data yang terkumpul dan terdokumentasi dengan baik oleh pihak rekam medik dari Januari tahun 2008
hingga November 2011.
Gambar 6.6. Grafik Net Death Rate Periode 2008-2011
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 6.6. Net Death Rate RSI Malahayati Tahun 2008-2011
Bulan Pasien Meninggal 48 jam
Jumlah Keluar Hidup+Mati NDR
Standar Depkes
2008 2009
2010 2011
2008 2009
2010 2011
2008 2009
2010 2011
January
15 8
12 13
265 294
364 432
56,60 27,21
32,97 30,09
24 February
10 8
16 17
242 267
327 377
41,32 29,96
48,93 45,09
24 March
10 10
13 13
201 270
350 383
49,75 37,04
37,14 33,94
24 April
5 9
11 9
205 294
369 376
24,39 30,61
29,81 23,94
24 May
8 17
11 11
253 307
364 360
31,62 55,37
30,22 30,56
24 June
7 12
14 20
266 304
357 370
26,32 39,47
39,22 54,05
24 July
8 5
14 10
248 334
375 408
32,26 14,97
37,33 24,51
24 August
16 16
13 19
237 344
399 390
67,51 46,51
32,58 48,72
24 September
10 9
17 12
235 301
325 375
42,55 29,90
52,31 32,00
24 October
9 9
17 16
235 361
408 424
38,30 24,93
41,67 37,74
24 November
11 11
11 -
267 349
389 -
41,20 31,52
28,28 -
24 December
8 11
16 -
270 362
409 -
29,63 30,39
39,12 -
24 Rata-Rata
40,12 33,16
37,46 36,06
24
Ket : Nilai Net Death Rate dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
NDR =
00
1000 48
x meninggal
Jumlah jam
mati pasien
Jumlah
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel dan grafik terlihat bahwa hampir keseluruhan nilai NDR sejak bulan Januari 2008 hingga Oktober 2011 masih berada diatas atau diluar batas
toleransi. Rata-rata angka kematian dalam 4 tahun terakhir adalah 29,4
00
, angka ini masih berada diatas angka standar Depkes yakni 24
00
. Hal ini tentunya menunjukkan adanya permasalahan dalam pencegahan menurunnya
tingkat NDR. 6. Kejadian pulang paksa, indikator ini digunakan untuk menggambarkan
penilaian pasien terhadap efektivitas pelayanan rumah sakit. Pulang paksa adalah pulang atas permintaan pasien atau keluarga pasien sebelum
diputuskan boleh pulang oleh dokter. Data yang diperoleh dan digunakan untuk pengukuran indikator ini adalah data yang terkumpul dan
terdokumentasi dengan baik oleh pihak rekam medik dari Januari 2008 hingga November 2011. Adapun data yang terkumpul dapat dilihat pada grafik dan
tabel berikut ini.
Gambar 6.7. Grafik Kejadian Pulang Paksa 2008-2011
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.7. Angka Kejadian Pulang Paksa RSI Malahayati Tahun 2008-2011 Bulan
PAPS Pasien yang Dirawat
PAPS Standar
Depkes 2008
2009 2010
2011 2008
2009 2010
2011 2008
2009 2010
2011 Jan
3 5
11 9
277 308
363 442
1,1 1,6
3,0 2,0
≤ 5 Feb
3 8
8 4
219 260
323 375
1,4 3,1
2,5 1,1
≤ 5 Mar
3 1
4 11
212 275
365 385
1,4 0,4
1,1 2,9
≤ 5 Apr
4 3
4 13
200 298
368 371
2,0 1,0
1,1 3,5
≤ 5 May
2 5
7 7
249 301
365 360
0,8 1,7
1,9 1,9
≤ 5 Jun
8 8
4 6
273 313
356 370
2,9 2,6
1,1 1,6
≤ 5 Jul
1 7
7 15
251 345
382 392
0,4 2,0
1,8 3,8
≤ 5 Aug
1 13
10 9
228 335
388 360
0,4 3,9
2,6 2,5
≤ 5 Sep
4 3
13 5
222 301
339 435
1,8 1,0
3,8 1,1
≤ 5 Oct
5 9
8 5
257 359
409 433
1,9 2,5
2,0 1,2
≤ 5 Nov
5 4
7 -
267 361
394 423
1,9 1,1
1,8 -
≤ 5 Dec
3 6
6 -
264 368
396 -
1,1 1,6
1,5 -
≤ 5 Rata-rata
1,4 1,9
2,0 2,2
1,9
Ket : Nilai PAPS dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
PAPS =
100 x
dirawat yang
pasien Jumlah
PAPS Jumlah
Universitas Sumatera Utara
Dari histogram dan tabel, terlihat bahwa angka kejadian pulang paksa masih berada dalam batas toleransi yang diberikan oleh Depkes. Rata-rata angka
kejadian pulang paksa untuk 4 tahun adalah sekitar 1,9. Sehingga tidak perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut.
7. Kepuasan pasien rawat inap, kepuasan menjadi salah satu indikator dalam pengukuran mutu pelayanan di berbagai bidang termasuk untuk pelayanan di
rawat inap suatu rumah sakit. Survey kepuasan pelanggan dilakukan oleh pihak internal dengan membagikan berupa angket yang diisi oleh pasien dan
dikembalikan ke petugas rumah sakit. Selain survey secara internal, survey kepuasan pelanggan secara eksternal pihak luar juga sering dilakukan oleh
para peneliti. Hasil survey kepuasan secara eksternal yang terbaru dilakukan Maret 2011
oleh Viva.S.Damanik dengan judul “Analisis Kebutuhan Pelanggan terhadap Kualitas Pelayanan Jasa Rawat Inap Menggunakan
Metode SERVQUAL dan QFD di RSI Malahayati Medan. Secara umum tingkat kepuasan telah mencapai 93 , namun dari hasil tersebut terlihat
masih terdapat beberapa gap. Pada penelitian tersebut, peneliti mengkaji tingkat pelayanan dan kepentingan daripada para pasien instalasi rawat inap
dengan menggunakan teknik survey kepada 73 orang yang terbagi secara acak di tiap kelas. Mereka memberikan penilaian terhadap tingkat kepentingan
ekspektasi dan penilaian terhadap tingkat pelayanan persepsi yang mereka terima dari para karyawan di rumah sakit berdasarkan variabel-variabel yang
telah ditentukan sebelumnya. Variabel yang dinilai sebanyak 18 variabel yang berkaitan dengan pelayanan. Adapun hasil penilaian pasien dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 6.8. Rekapitulasi Tingkat Pelayanan dan Kepentingan
No Variabel Kebutuhan
Tingkat Pelayanan
Tingkat Kepentingan
GAP
1 Penampilan keadaan gedung rumah sakit
2,082 2,37
-0,288 2
Keadaan dan fasilitas umum 3,15
2,11 1,04
3 Penampilan dokter dan perawat
2,466 2,274
0,192 4
Keadaan ruang rawat inap pasien 2,082
2,178 -0,096
5 Kelengkapan, kesiapan dan kebersihan
peralatan 2,465
3,151 -0,686
6 Pemberian informasi yang jelas dan tidak
berbelit-belit 1,767
3,041 -1,274
7 Jadwal pelayanan yang tepat waktu
2,273 3,26
-0,987 8
Ketepatan pelayanan yang diberikan 1,767
2,397 -0,63
9 Prosedur pelayanan tidak berbelit-belit
2,465 3,493
-1,028 10
Kesigapan perawat dalam melayani keluhan dan masalah
2,753 1,945
0,808 11
Kecepatan dalam memberikan pelayanan 3,041
2,178 0,863
12 Penanganan keluhan pasien
2,589 3,712
-1,123 13
Kemampuan dokter ataupun perawat melayani keluhan pasien
3,151 3,123
0,028 14
Keamanan pemberian tindakan 2,767
2,849 -0,082
15 Perhatian
dan kesopanan
dalam memberikan pelayanan
2,464 2,973
-0,509 16
Keramahan dan sikap para perawat 2,753
2,397 0,356
17 Kemudahan dalam menghubungi pihak
rumah sakit 2,315
3,055 -0,74
18 Kemampuan dokter ataupun perawat
dalam berkomunikasi dengan pasien 1,822
2,096 -0,274
19 Kemudahan pelanggan dalam meminta
bantuan kepada dokter ataupun perawat 3,151
2,397 0,754
TOTAL 47,32
51,00 -3,68
Koefisien 2,49
2,68 -0,07
Tingkat Kepuasan 93
Sumber :
Analisis Kebutuhan Pelanggan terhadap Kualitas Pelayanan Jasa Rawat Inap Menggunakan Metode SERVQUAL dan QFD di RSI Malahayati Medan oleh
Viva.S.Damanik
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.8. Grafik Gap Pelayanan dan Kepentingan
Dari hasil diatas, dapat terlihat bahwa masih terdapat gap untuk 12 variabel, dimana dari 12 tersebut terdapat 7 variabel paling menonjol tingkat
perbedaannya - 0,5, variabel ini berkaitan dengan bagian peralatan, rekam medik dan pelayanan rawat inap. Adapun ke-7 variabel tersebut adalah :
a Kelengkapan, kesiapan dan kebersihan peralatan yang dipakai b Pemberian informasi yang jelas dan tidak berbelit-belit
c Jadwal pelayanan yang tepat waktu setiap harinya d Ketepatan pelayanan yang diberikan pada pasien
e Prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit f Penanganan keluhan pasien
g Kemudahan dalam menghubungi pihak rumah sakit. Sedangkan berdasarkan hasil survey internal tahun 2011, keluhan pasien
meliputi beberapa hal antara lain : a Perawat tidak begitu mempedulikan pasien
b Perawat kurang terampil dan kurang ramah
Universitas Sumatera Utara
c Kamar mandi kurang bersih dan kurangnya persediaan air d Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan pasien
Dalam upaya perbaikan secara kontinu, tentunya item-item tersebut membutuhkan perbaikan lebih lanjut untuk peningkatan mutu dan kepuasan.
8. Pasien rawat Inap tuberkulosis yang ditangani dengan strategi DOTS menjadi indikator dalam pengukuran standar pelayanan minimal yang sesuai aturan
Depkes. Pengukuran indikator ini bertujuan untuk mengetahui apakah terselenggara pelayanan rawat Inap bagi pasein tuberkulosis dengan strategi
DOTS. Pelayanan rawat inap tuberkulosis dengan strategi DOTS adalah pelayanan tuberculosis dengan 5 strategi penanggulangan tuberculosis
nasional. Penegakan diagnosis dan follow up pengobatan pasien tuberculosis harus melalui pemeriksaan mikroskopis tuberculosis, pengobatan harus
menggunakan paduan obat anti tuberculosis yang sesuai dengan standar penanggulangan tuberculosis nasional, dan semua pasien yang tuberculosis
yang diobati dievaluasi secara kohort sesuai dengan penanggulangan nasional. Di RSI Malahayati, penanganan kasus pasien dengan indikasi TBC telah
sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh Depkes. 9. Pre-operative death rate adalah indikator yang menghitung jumlah pasien
yang meninggal sebelum dilakukannya tindakan operasi. Indikator ini merupakan indikator yang ditetapkan oleh IHQN. Namun di RSI Malahayati,
jumlah Pre-operative death rate tidak dilakukan perhitungan dokumentasi. Dari pengukuran input, lingkungan dan proses diatas, pemenuhan standar
pelayanan minimal yang dilakukan RSI Malahayati untuk sub sistem pelayanan medis dapat dilihat pada Tabel 6.9.
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 6.9. Rekapitulasi Standar Pelayanan Minimal untuk Pelayanan Medis Indikator
Standar RSI Malahayati
Ket
Dokter umum 9 Dokter
11 Dokter Terpenuhi
Dokter Spesialis Min.2 Spesialis Dasar, 1
Spesialis penunjang dan 1 Dokter Gigi
83 Terpenuhi
Perawat Jumlah Perawat : TT = 2:3
127 : 100 Terpenuhi
min.pendidikan D3 Terpenuhi
Dokter penanggung jawab 100
Ada Terpenuhi
Ketersediaan Pelayanan Dasar Anak, Penyakit Dalam,
Kebidanan, Bedah Lebih dari 4 jenis
spesialis Terpenuhi
Jam visite dokter spesialis 08.00-14.00
tiap hari kerja Tidak sesuai jadwal
Tdk Terpenuhi
SOP pelayanan Ada untuk setiap pelayanan
Ada untuk setiap pelayanan
Terpenuhi Kesesuaian pelayanan dengan
SOP Sesuai
Sesuai Terpenuhi
Kelengkapan dokumen asuhan keperawatan
Lengkap Lengkap
Terpenuhi Evaluasi mutu
Ada dan rutin Ada tetapi tidak
rutin Tidak
Terpenuhi Pelatihan
Terlaksana dengan peserta lengkap
Terlaksana tetapi peserta tidak lengkap
Tidak Terpenuhi
Kejadian infeksi pasca operasi ≤1,5
Rata-rata 3 Tidak
Terpenuhi Kejadian infeksi nosokomial
≤1,5 Rata-rata 2,02
Tidak Terpenuhi
Pasien jatuh medication error yang berakibat cacat atau
meninggal 5,4 insiden bulan
Tidak Terpenuhi
Kematian pasien 48 jam ≤ 25
00
29,4
00
Tidak Terpenuhi
Kejadian pulang paksaatas permintaan sendiri PAPS
≤ 5 1,9
Terpenuhi Kepuasan Pelanggan
≥ 90 93
Terpenuhi Penegakan diagnosis TB
melalui pemeriksaan mikroskopis TB
≥ 60 100
Terpenuhi Terlaksana kegiatan
pencatatan dan pelaporan TB ≥ 60
Tidak terlaksana Tidak
Terpenuhi Pre Operative Death Rate
Terhitung Tidak dihitung
Tidak Terpenuhi
Universitas Sumatera Utara
6.3. Sub-Sistem Rekam Medik
6.3.1. Input
Input untuk sub-sistem rekam medik terdiri dari tenaga pelaksana dan sarana yang disediakan rumah sakit untuk melayani masyarakat. Dari segi tenaga
pelaksana, jumlah karyawan rumah sakit yang tergabung ke dalam bagian rekam medik hanya 3 orang. Jumlah ini konstan untuk beberapa tahun terakhir. Jumlah
yang sangat sedikit ini tentunya tidak mencukupi untuk menanggung beban pekerjaan yang sangat banyak. Jumlah pasien yang terus meningkat membuat
beban kerja dan dokumen rekam medik menjadi lebih banyak. Dalam mengelola sumber daya manusianya, bagian rekam medik memiliki
agenda pelatihan untuk setiap karyawannya. Pelatihan tersebut bersifat internal maupun eksternal. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas dari kinerja
rekam medik rumah sakit. Namun dalam pelaksanaannya, jadwal pelatihan tersebut belum berjalan sesuai dengan yang diagendakan.
Sedangkan dari segi sarana, RSI Malahayati masih menggunakan sistem rekam medik secara manual, yakni dengan mengisi kertas dokumen berbentuk
formulir. Berkas ini nantinya disimpan dan dinomori dalam sebuah map untuk setiap pasien. Penyimpanan berkas dilakukan di suatu ruangan dengan jangka
waktu penyimpanan 10 tahun sebelum dimusnahkan.
6.3.2. Lingkungan
Indikator lingkungan meliputi ukuran terpenuhi atau tidaknya standar lingkungan seperti ukuran kebijakan, pelatihan, organisasi serta manajemen yang
dianut oleh rumah sakit. Dalam hal kebijakan dalam memberikan pelayanan
Universitas Sumatera Utara