Penentuan materi butir soal

67

2. Bentuk tes yang digunakan

Secara umum bentuk tes soal dapat dibagi menjadi dua yaitu tes bentuk uraianesei dan tes bentuk objektif. Pemilihan bentuk tes lebih tergantung pada kemampuan dan waktu yang tersediadalam penyusunan tes dari pada kemampuan peserta tes atau aspek yang akan diukur.

3. Aspek hasil belajar yang diuji

Hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar aspek kognitif yang mencakup pengetahuan C1, pemahaman C2, aplikasi C3, analisis C4, sintesis C5, dan evaluasi C6. Hasil belajar aspek afektif mencakup menerima receiving, menanggapi responding, menilai valuing, mengelolamengatur organization, dan menghayati charaterization.Hasil belajar psikomotorik mencakup persepsi, kesiapan, gerakanterbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

4. Format butir soal

Format butir soal dapat dipilih dari beberapa bentuk berikut. Jika memilih bentuk tes uraian dapat memilih format uraian bebas atau uraian terstruktur. Jika memilih bentuk uraian obyektif dapat memilih format betul – salah; atau menjodohkan; atau pilihan ganda pilihan ganda sederhana; pilihan ganda analisis hubungan antar hal, pilihan ganda analisis kasus, pilihan ganda kompleks, atau dalam bentuk gambar, peta, tabel, grafik. 68

5. Jumlah butir soal

Tidak ada ketentuan pasti tentang jumlah butir soal yang ideal. Akan tetapi, yang perlu diingat adalah bahwa jumlah butir akan berhubungan langsung dengan reliabilitas tes dan representasi isi bidang studi. Makin besar jumlah butir soal makin tinggi reliabilitasnya, baik stabilitas maupun konsistensi internal. Untuk merencanakan jumlah butir soal perlu dipertimbangkan: a. jumlah keseluruhan, b. jumlah untuk tiap pokok bahasantopik, c. jumlah untuk setiap format, d. jumlah untuk setiap kategori tingkat kesukaran, e. jumlah untuk setiap aspek ranah kognitif.

6. Distribusi Tingkat Kesukaran

Secara umum dikatakan bahwa butir soal tes yang baik adalah jika butir soal tes tersebut memiliki tingkat kesukaran di sekitar 0,50. Makin dekat ke angka tersebut maka tes akan makin mampu membedakan antara kelompok peserta tes yang baik dan kelompok yang kurang baik. Tujuan diadakannya tes juga menjadi pertimbangan dalam menentukan distribusi tingkat kesukaran. Sebagai contoh, jika suatu tes digunakan untuk tujuan seleksi maka tingkat kesukaran tes sebaiknya mengarah kepada tingkat kesukaran yang tinggi. Tes dengan tingkat kesukaran rendah sebaiknya ditempatkan pada awal tes dan yang tingkat kesukaran tinggi ditempatkan pada akhir dari perangkat tes tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memberi motif kepada peserta tes agar lebih terdorong untuk mengerjakan seluruh butir soal.