Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

yang merupakan tujuan pembelajaran yang kompleks yang hanya mungkin dipahami oleh siswa yang telah dapat menguasai kemampuan memahami dan menerapkan. 6 Berdasarkan pendapat Wina Sanjaya tersebut dapat dipahami bahwa kemampuan berpikir analitis membutuhkan level kognitif siswa tingkat tinggi. Siswa dapat mencapai pengetahuan analisis ketika siswa telah menguasai level kognitif tingkat rendah yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Hal serupa juga dikemukan dalam taksonomi Bloom yang membagi daerah kognitif kedalam 6 aspek besar yang tersusun secara hirarki terurut menurut kesukarannya, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, ketiga aspek terakhir itu termasuk untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah. 7 Salah satu daya matematika yang diungk apkan Oemar Hamalik adalah “matematika sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah”. 8 Wahyudin juga menyatakan pembelajaran matematika yang pasif kemungkinan besar membuat kegagalan pada siswa, karena guru hanya memberikan materi-materi untuk membangun pengetahuan siswa tanpa membuat siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran yang membuat kejenuhan siswa dalam belajar. 9 Dengan demikian, diduga dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan analitis matematis siswa harus berawal dari pembelajaran yang membuat siswa aktif. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mencari dan menerapkan metode pembelajaran yang membuat siswa aktif di kelas dan mampu meningkatkan kemampuan pemahaman dan aplikasi matematika siswa sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir analitis matematisnya. 6 Wina Sanjaya, a, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2008, h.127 7 Ruseffendi, Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA, Bandung: Tarsito, 2006, h. 220 8 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, h. 9 Supardi, “Meningkatkan Kemampuan Analisis Matematika Siswa Melalui Reciprocal Teaching”, Tesis pada Pendidikan Matematika UPI Bandung, Bandung, 2009, h. 4, tidak dipublikasikan Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS merupakan salah satu metode dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah, yang juga mampu melibatkan siswa secara aktif. Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS pertama kali diperkenalkan oleh Claparede yang kemudian digunakan oleh bloom dan Broader untuk meneliti proses pemecahan masalah siswa. 10 Ide di balik metode TAPPS adalah proses penyajian pemecahan masalah membantu keterampilan berpikir analisis, juga dapat membantu membangun kerangka kontekstual yang diperlukan untuk pemahaman, siswa dapat berlatih konsep, menghubungkannya dengan kerangka kerja yang ada, dan menghasilkan pemahaman yang lebih dalam materi. 11 Metode thinking aloud pair problem solving TAPPS melibatkan siswa bekerja secara berpasangan dengan tugas yang berbeda untuk setiap siswa, satu pihak siswa sebagai problem solver yaitu bertugas menyelesaikan permasalahan yang diberikan dan menjelaskannya kepada listener dan satu pihak siswa lainnya sebagai listener dan ketika menjadi seorang problem solver, siswa harus dapat menemukan ide-ide, memahami konsep matematika yang dipelajari untuk dapat menyelesaikan permasalahannya, memahami urutan langkah-langkah yang mendasari pemikiran mereka, dan dapat mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan. 12 Sehingga pada saat siswa menjadi seorang problem solver, siswa dapat melatih kemampuan berpikir analitis matematis mereka. Dengan metode pembelajaran TAPPS, diharapkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan mengaplikasikan konsep matematis siswa akan terus terlatih sampai akhirnya kemampuan analitis matematis siswa dapat menjadi lebih baik. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Matematis Berdasarkan Level Kognitif Siswa” . 10 Harry Benham, Usin g “Talking Aloud Pair Problem Solving” To Enhance Student Performance In Productivity Software Course, Vol X, 2009, h. 150 11 Thinking Aloud pair Problem Solving TAPPS, http:www.wcer.wisc.eduarchivecl1cldoingcltapps.htm, diakses pada 25 Januari 2013 12 Elizabeth F. Barkley, Student Engagement Techniques A Handbook for College Faculty, San Fransisco: 2010, h. 259

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah dalam uraian tersebut adalah sebagai berikut: 1. masih rendahnya kemampuan berpikir analitis matematis siswa 2. guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yang hanya bersifat satu arah 3. siswa kurang aktif dalam pembelajaran matematika

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang muncul dalam identifikasi masalah, penulis dalam hal ini membatasi permasalahan yang hendak diteliti yaitu mengenai rendahnya kemampuan berpikir analitis matematis siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut akan diterapkan salah satu metode pembelajaran yaitu metode thinking aloud pair problem solving TAPPS.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. apakah terdapat pengaruh metode pembelajaran terhadap kemampuan berpikir analitis matematis siswa? 2. apakah terdapat pengaruh level kognitif siswa terhadap kemampuan berpikir analitis matematis siswa? 3. apakah terdapat pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dan level kognitif terhadap kemampuan berpikir analitis matematis siswa?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk: 1. mengetahui pengaruh metode pembelajaran terhadap kemampuan berpikir analitis matematis siswa. 2. mengetahui pengaruh level kognitif terhadap kemampuan berpikir analitis matematis siswa. 3. mengetahui pengaruh interaksi metode pembelajaran dan level kognitif terhadap kemampuan berpikir analitis matematis siswa.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah, dapat memberikan masukan yang baik kepada sekolah dalam rangka perbaikan atau peningkatan pembelajaran. 2. Bagi Guru, memperoleh pengalaman dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir analitis matematis siswa, khususnya metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS. 3. Bagi Siswa, penerapan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir analitis matematis siswa, mendorong siswa untuk menyenangi matematika dan memahami konsep-konsep matematika serta dapat berperan aktif dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. 4. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan metode thinking aloud pair problem solving TAPPS. 8

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kemampuan Berpikir Analitis Matematis Siswa

Terdapat banyak pendapat mengenai definisi matematika yang diungkapkan menurut para pakar, sehingga belum ada kesepakatan definisi tunggal dari matematika. Matematika berasal dari bahasa Latin mathematika yang mulanya diambil dari bahasa Yunani mathematike yang bearti mempelajari. 1 Menurut Johnson dan Myklebust, “matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir ”. 2 Pakar lain, Soedjadi memandang bahwa “matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak, aksiomatik, dan deduktif”. 3 Kemampuan analisis menurut Wina Sanjaya adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagiannya yang merupakan tujuan pembelajaran yang kompleks yang hanya mungkin dipahami oleh siswa yang telah dapat menguasai kemampuan memahami dan menerapkan. 4 Dengan kata lain, kemampuan berpikir analitis membutuhkan kemampuan siswa yang mempunyai level kognitif tingkat atas. Hal serupa juga dikemukakan oleh Benyamin S. bloom mengelompokkan kemampuan kognitif ke dalam 6 aspek kelompok besar yang tersusun secara hirarki terurut menurut kesukarannya, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, ketiga aspek terakhir 1 Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, Bandung: UPI PRESS, 2006, h. 3 2 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:Rineka Cipta, 1999, h. 252 3 Hamzah B. Uno, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, Jakarta: Bumu Aksara, 2009, h. 108 4 Wina, a. loc. cit. termasuk untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah. 5 Siswa untuk dapat memahami kemampuan analisisnya ia terlebih dahulu menguasai pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi matematikanya. Menurut Ruseffendi, menganalisis adalah kemampuan memisahkan materi informasi ke dalam bagian-bagian yang perlu, mencari hubungan antara bagian-bagiannya, dan mengamati sistem bagian-bagiannya, serta analisis itu termasuk juga kemampuan menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin, menemukan hubungan, membuktikan, merumuskan serta menunjukkan benarnya suatu generalisasi. 6 Merrill juga menguraikan bahwa menganalisis adalah menjabarkan komponen dengan membedakan dari bentuk, fungsi, tujuan, dengan rincian dalam menganalisis yaitu: membedakan, menyusun kembali, menandai. 7 Menurut Nasution, berpikir analitis berlangsung selangkah demi selangkah dan tiap langkah itu tegas dapat dijelaskan kepada orang lain. 8 Analisis dapat dibedakan menjadi: 1. Analisis unsur-unsur, yaitu kemampuan untuk mengenali hal-hal yang tidak diketahui dan keterampilan membedakan fakta dari hipotesis. 2. Analisis hubungan, yaitu kemampuan untuk memahami hubungan dari ide-ide yang ada. 3. Analisis prinsip-prinsip keteraturan, yaitu kemampuan mengenal relevansi dan menghubungkan atau memberi kesimpulan dari teori-teori yang ada. 9 Permasalahan yang dihadapi dapat dikatakan masalah jika masalah tersebut tidak bisa dijawab secara langsung, karena harus menyeleksi informasi data terlebih dahulu, serta jawaban yang diperoleh bukanlah kategori masalah 5 Ruseffendi, Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk meningkatkan CBSA, Bandung: PT. Tarsito bandung, 2006, h. 220-224 6 ibid, h. 223 7 Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran Instructional Design Principles, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, Cetakan kedua, h. 95 8 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara,2003, Cetakan kedelapan, h. 11 9 Kinkin Suartini, Urgensi Pertanyaan dalam Pembelajaran Sains dengan Metode Discovery- Inquiry, dalam Gelardan Munasprianto, Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar, Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007, h. 109

Dokumen yang terkait

PENGARUH METODE TAPPS TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

3 27 213

Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Dengan Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (Tapps)

8 37 157

Pengaruh Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Matematik Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen Di Kelas Xi Ipa Sma Muhammadiyah 25 Pamulang)

3 26 192

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

Pengaruh metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa

2 17 0

PENERAPAN STRATEGI THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI Penerapan Strategi Think Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis (PTK Bagi Siswa Kelas VIII Semester Ganjil S

0 2 18

PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA.

0 3 48

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENERAPAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DISERTAI HYPNOTEACHING (HYPNO-TAPPS.

7 24 42

STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KELANCARAN BERPROSEDUR DAN KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA SMP.

2 8 62

PENGARUH STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) TERHDAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP.

6 17 132