2.8.2. Pemeliharaan
Selain kegiatan pembuatan tanaman, bagian lain yang penting agar pembangunan hutan berhasil adalah pemeliharaan hutan. Maksud dari
pemeliharan hutan adalah untuk memperoleh tanaman kayu putih yang berproduktivitas tinggi pada saat pemungutan daun serta menjaga kesuburan tanah
dan erosi. Kegiatan-kegiatan pemeliharaan yang dilakukan antara lain: penyulaman, pengkayaan, penyiangan, pendangiran, pengebrusan, pemupukan
dan tumpangsari. Penyulaman biasanya dilakukan sejak penanaman tahun berjalan sampai
dengan tanaman umur lima tahun menggunakan bibit yang telah disemaikan terlebih dahulu. Sedangkan untuk tegakan yang umurnya lebih dari 5 tahun pada
lokasi-lokasi dengan jumlah pohon tidak standar dilakukan pengkayaan untuk mempertahankan jumlah pohon per hektar tetap tinggi. Pemeliharaan dengan
penyulaman dan pengkayaan ini dilakukan sebagai usaha penanaman kembali untuk menganti tanaman yang mati, sehingga jumlah tanaman setiap hektarnya
merata dan jumlah pohon sesuai standar yaitu Dkn = 1. Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik perlu dilakukan pendangiran
dan penyiangan pengendalian gulma terhadap tanaman kayu putih. Gulma yang tumbuh disekitar tanaman mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan dan
produksi akhir. Adanya gulma tersebut membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan dan menghalangi sasaran produksi tanaman pada umumnya. Tujuan
dari pendangiran dan penyiangan itu sendiri adalah untuk mengemburkan tanah, merangsang pertumbuhan tanaman dan memudahkan pemeliharaan.
Setelah adanya pendangiran, penyiangan dan gebrus dilakukan pemberian pupuk sesuai dengan keperluan, dengan adanya perawatan ini diharapkan
pertumbuhan tanaman akan menjadi lebih baik. Pemupukan bertujuan untuk memelihara dan memelihara kesuburan tanah dengan memberikan unsur hara ke
dalam tanah secara langsung maupun tidak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Suriatna 1992 menyatakan bahwa pemupukan
akan memperbaiki pH tanah dan memperbaiki lingkungan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman.
Pemberian pupuk dan gebrus menurut hasil pengamatan di lapangan, menunjukkan bahwa semua plot yang telah mendapatkan perawatan pemupukan
NPK dan Afval dan penggebrusan atau kedua-duanya memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan plot yang tidak mendapat perlakuan. Pengaruh
pemupukan dan gebrus terhadap produksi daun kayu putih dapat dilihat pada Tabel 1, dimana plot yang mendapat pemeliharaan dengan penambahan afval
daun sebanyak 2.600 kg dan pupuk NPK 100 kg serta gebrus pada plot percobaan memberikan hasil yang signifikan terhadap produksi daun kayu putih yaitu 1,44
kgpohon. Namun demikian penambahan afval daun sebanyak 2500 kg tanpa pemberian pupuk juga menjadi pilihan yang baik jika harga pupuk lebih tinggi
daripada tambahan produksi daun. Sebaliknya pemberian pupuk lebih banyak, pada perlakuan 4 dan 5, ternyata tidak diikuti produksi daun yang tinggi,
sebaliknya hasilnya lebih kecil. Sedangkan adanya gebrus menunjukan hasil yang sangat baik dibandingkan dengan tanpa gebrus. Pemeliharaan hutan dengan
perlakuan tersebut diharapkan jumlah pohon sesuai dengan standar yaitu Dkn = 1. Tabel 1. Pengaruh perlakuan pemberian pupuk NPK, afval daun dan gebrus
terhadap produksi daun kayu putih pada plot percobaan seluas 0,1 ha. No.
Perlakuan Jumlah
pohon Produksi
DKP kg
Produksi DKP rata-rata pohon
kg 1.
Kontrol 457
511,33 1,13
2. G+A 2500 kg
430 548,66
1,22 3.
G+A 2600 kg+NPK 100 kg 430
621,33 1,44
4 G+A 2600 kg+NPK 200 kg
440 630,00
1,43 5.
G+A 3000 kg+NPK 300 kg 435
617,66 1,43
Sumber: RPKH Tahun 1984 sd 1988 KPH Madiun Perum Perhutani Unit II
2.8.3. Produksi Daun Kayu Putih