b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan pada data pretest dan posttest. Uji homogenitas data menggunakan test of homogeneity of variance pada program
SPSS for windows versi 20 yaitu uji leverne’s. Hasil yang diperoleh dari uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5 Hasil perhitungan uji homogenitas pretest dan posttest
Statistik Pretest
Posttest Kelas
Kontrol Kelas
Eksperimen Kelas
Kontrol Kelas
Eksperimen Sig.
0.429 0.084
Uji Leverne’s
Sig ≥ 0.05 = H
diterima Keputusan
Data Homogen Data Homogen
Perhitungan uji homogenitas secara rinci dapat dilihat pada lampiran C.
Cara mengetahui signifikansi atau tidak, lihat pada kolom Sig. Pada kolom tersebut terdapat bilangan yang menunjukkan signifikansi yang diperoleh. Jika
signifikansi yang diperoleh ≥ 0.05, maka varians sampel homogen. Jika
signifikansi yang diperoleh 0.05, maka varians tidak homogen. Pada tabel 4.5 di atas terlihat bahwa nilai signifikansi kedua data baik pretest maupun posttest lebih
besar dibandingkan 0.05, sehingga dapat dinyatakan bahwa kemampuan kedua kelas homogen, artinya kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki kemampuan
yang sama, baik pada saat pretest maupun saat posttest.
5. Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat statistik, diperoleh bahwa kedua data terdistribusi normal dan kedua sampel homogen. Oleh karena itu, pengujian
hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis tes statistik parametrik yaitu uji t test independent samples test. Perhitungan untuk menentukan nilai
signifikansi disajikan pada lampiran. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.6 Hasil perhitungan uji hipotesis Statistik
Pretest Posttest
Sig. 2-tailed 0.182
0.000 Uji
t test Independent Samples Test
Sig ≥ 0.05 = H
Diterima Sig 0.05 = H
Ditolak Keputusan
Tidak terdapat perbedaan rata-rata
Terdapat perbedaan rata-rata
Perhitungan uji hipotesis secara rinci dapat dilihat pada lampiran C.
Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya H adalah dengan
memperhatikan bilangan pada kolom Sig. 2-tailed. Jika nilai Sig. 2-tailed ≥
0.05 maka H diterima, sedangkan jika nilai Sig. 2-tailed 0.05 maka H
ditolak. Pada tabel 4.8 di atas terlihat bahwa nilai signifikansi hasil pretest lebih besar dibandingkan 0.05, sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh
penggunaan model pembelajaran creative problem solving CPS termodifikasi sebelum diberikan perlakuan. Sementara nilai signifikansi
hasil posttest lebih kecil dibandingkan 0.05, sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
penggunaan model pembelajaran creative problem solving CPS termodifikasi terhadap hasil belajar siswa pada konsep hukum Newton tentang gravitasi.
6. Hasil Analisis Data Lembar Observasi
Data lembar observasi yang telah diperoleh dihitung secara kuantitatif dan hasil analisis data berupa persentase. Data tersebut kemudian dikonversi menjadi
data kualitatif. Hasil perhitungan data lembar observasi dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7 Hasil lembar observasi No
Indikator Kelas
Eksperimen Kategori
Kelas Kontrol
Kategori 1
Siswa memahami peraturan penggunaan
LKS 100
Baik Sekali
83.3 Baik
Sekali
2 Siswa bekerja sama
dalam kelompok 83.3
Baik 75
Baik
3 Sarana penyaluran
pendapat kelompok dengan baik
58.3 Cukup
50 Cukup
4 Situasi pembelajaran
kondusif 91.6
Baik Sekali
50 Cukup
5 Efisiensi waktu
95.8 Baik
Sekali 41.67
Cukup
Rata-rata 85.83
60 Kategori
Baik Cukup
Perhitungan data lembar observasi secara rinci dapat dilihat pada lampiran C.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa secara keseluruhan penggunaan LKS digital dalam pembelajaran fisika pada konsep hukum Newton tentang
gravitasi berhasil mengatasi kelemahan yang ada pada tahap evaluasi dan seleksi
dalam model pembelajaran creative problem solving CPS. Perolehan nilai untuk setiap indikator lebih dari 50. Pada indikator siswa memahami peraturan
penggunaan LKS, kelas eksperimen mendapat nilai persentase 100 dan kelas kontrol mendapat nilai 83.33. Selanjutnya, pada indikator efisiensi waktu kelas
eksperimen memperoleh persentase yang lebih besar daripada kelas kontrol, yaitu 95.8 dan berkategori baik sekali, sedangkan kelas kontrol memperoleh 41.67
dan berkategori cukup. Namun, berbeda dengan indikator LKS sebagai sarana penyaluran pendapat kelompok, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol
sama-sama berada pada kategori cukup. Kelas eksperimen hanya memperoleh 58.3 sementara kelas kontrol memperoleh 50. Artinya, baik LKS digital
maupun LKS cetak kurang dapat menjadi sarana penyaluran pendapat bagi siswa. Nilai rata-rata lembar observasi kelas eksperimen adalah 85.83 dengan kategori
baik. Pada kelas kontrol, nilai rata-rata lembar observasi yang diperoleh adalah 60 dengan kategori cukup.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pretest, diketahui bahwa hasil belajar siswa sangat rendah. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol ketika
pretest tidak jauh berbeda. Hal tersebut terjadi karena kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama belum diberikan perlakuan. Namun, setelah diberikan
perlakuan, terdapat perbedaan di antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan perhitungan uji t test
independent samples test pada taraf signifikansi α = 0.05 terhadap data posttest,
diperoleh nilai Sig. 2-tailed posttest sebesar 0.000. Terlihat bahwa hasil Sig. 2- tailed posttest 0.05, artinya terdapat pengaruh signifikan model pembelajaran
creative problem solving CPS termodifikasi terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan persentase jenjang kognitif, kelas eksperimen dan kelas kontrol
sama-sama mengalami peningkatan dari pretest ke posttest, tetapi secara keseluruhan persentase yang diperoleh kelas eksperimen lebih unggul daripada
kelas kontrol untuk setiap jenjang kognitif C1-C4. Hasil ini didukung dengan hasil lembar observasi. Berdasarkan data lembar observasi, terlihat bahwa secara
keseluruhan penggunaan LKS digital dalam pembelajaran fisika pada konsep hukum Newton tentang gravitasi berhasil dalam mengatasi kelemahan yang ada