D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Keaktifan
Selama proses pembelajaran, keaktifan siswa selalu diamati oleh observer. Berikut ini adalah tabel hasil keaktifan siswa secara keseluruhan
dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan keenam:
Tabel 4.29
Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan No Kriteria
Keaktifan Siswa yang Aktif Pertemuan Ke ...
Rata – Rata Setiap
Pertemuan 1 2 3 4 5 6
1 Sangat Rendah
SR 21,62 83,78 10,81 18,92 24,32 21,62 30,18
2 Rendah
R 32,42 16,22 70,27 24,32 29,73 16,21
31,53 3
Cukup C 40,54
18,92 48,65
40,54 56,76
34,24 4
Tinggi T 5,41
8,11 5,41
5,41 4,06
5 Sangat Tinggi ST
0,00
Tabel 4.30
Rata – Rata Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan Keaktifan Siswa
Keaktifan
ST ST+T ST+T+C
ST+T+C+R ST+T+C+R+SR
4,06 38,3
69,83 Rendah R
Berdasarkan hasil analisis di atas, rata – rata keaktifan siswa pada setiap pertemuan tergolong rendah. Meskipun hanya berada di posisi
rendah namun menurut hasil pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran, metode Number Heads Together dapat membuat siswa aktif
pada saat diskusi kelompok maupun saat diskusi kelas. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan saat di lapangan, banyak siswa yang bertanya
kepada teman sekelompoknya atau kepada peneliti ketika mereka tidak dapat mengerjakan soal yang diberikan. Pada saat diskusi kelas
berlangsung beberapa siswa mengutarakan pendapatnya ketika ada teman
dari kelompok lain kurang tepat ketika mempresentasikan jawabannya. Walaupun begitu, masih banyak juga siswa yang tidak mengikuti sesi
diskusi kelompok maupun pada saat sesi diskusi kelas. Mereka cenderung lebih suka ngobrol sendiri dengan temannya satu kelompok atau dengan
kelompok lain yang berdekatan. Tak jarang mereka juga tidak mau mengerjakan soal yang diberikan dengan baik dan mereka hanya
mengandalkan temannya satu kelompok yang pintar untuk mengerjakan. Ketika sesi diskusi kelas, mereka juga tidak bertanya dan tidak mau
memperhatikan penjelasan temannya yang ada di depan. Aspek keaktifan yang harus muncul dalam penelitian ini yaitu aspek
berpendapat, mendengarkan dan menanggapi saat diskusi kelompok maupun dikusi kelas tidak semuanya dapat muncul pada saat pembelajaran
di kelas menggunakan metode Number Heads Together. menurut hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer, banyak siswa hanya aktif
dalam hal mendengarkan saja saat diskusi kelompok atupun saat diskusi kelas tanpa mau memberikan komentar baik itu berpendapat atau
tanggapan. Dalam penelitian ini, penerapan metode Number Heads Together
kurang dapat membuat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran. Terbukti di SMA Pangudi Luhur Sedayu secara keseluruhan rata – rata keaktifan
siswa hanya masuk dalam kategori rendah.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar dianalisis untuk mengetahui seberapa tinggi nilai siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan metode Number Heads
Together . Berdasarkan pada tabel 4.20 di atas, rata – rata hasil belajar
siswa adalah sebesar 69,5 sedangkan siswa yang mencapai KKM 77 adalah 37,8. Pada Bab 3 telah dijelaskan acuan untuk menentukan KKM
yaitu sebagai berikut: • Siswa dinyatakan telah tuntas belajar bila telah mencapai skor
≥ 77 atau 77
• Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar, jika di kelas tersebut terdapat ≥
80 siswa telah mencapai nilai ≥ 77
Dalam hal ini, analisis hasil belajar dijelaskan sebagai berikut: i.
Perorangan Banyaknya siswa seluruhnya
: 37 Banyaknya siswa yang telah tuntas belajar : 14
ii. Klasikal
: TUNTAS TIDAK TUNTAS iii.
Presentase Ketuntasan : 37,8
iv. Nilai Tertinggi
: 97,9 v.
Nilai Terendah : 33,3
vi. Rata – Rata
: 69,5 Berdasarkan hasil analisa di atas, secara klasikal dikatakan kelas
tersebut belum tuntas belajar, presentase ketuntasan yang diperoleh seluruh siswa hanya sebesar 37,8, dengan rata – rata kelas nilai siswa
secara keseluruhan yaitu 69,5. Banyak siswa yang sudah tuntas belajar
hanya 14 siswa dari total 37 siswa sehingga yang masih belum tuntas belajar adalah 23 siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada saat tes
akhir adalah 97,9 dan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 33,3. Menurut data hasil belajar yang telah diolah oleh peneliti, hanya
37,8 siswa saja yang telah tuntas KKM padahal target suatu kelas dikatakan tuntas belajar adalah 80 dengan skor 77, karena kelas XI IPS 1
di SMA Pangudi Luhur Sedayu rata – ratanya hanya sebesar 69,5 maka dikatakan kelas tersebut belum tuntas secara klasikal. Menurut hasil
pengamatan yang dilakukan selama dalam masa penelitian, banyak kendala – kendala yang muncul selama proses pembelajaran, kendala –
kendala itu menjadi kelemahan – kelemahan yang mengakibatkan kelas tersebut menjadi tidak tuntas secara klasikal. Kendala – kendala tersebut
antara lain adalah sebagai berikut: • Materi yang dipelajarai siswa untuk penelitian ini adalah materi baru
yaitu materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi dan kombinasi. Materi tersebut baru mereka pelajari di SMA dan belum
pernah mereka terima pada jenjang sebelumnya • Dalam penelitian ini yang harus menyampaikan materi kepada siswa
adalah peneliti sendiri bukan guru. Hal ini menyebabkan kadang masih banyak siswa yang belum mengerti dengan apa yang dijelaskan
peneliti. Peneliti juga masih kurang tegas menghadapi siswa sehingga tak jarang ditemui suasana kelas yang gaduh saat pembelajaran
berlangsung
• Waktu juga menjadi kendala utama dalam penelitian ini. Seringkali waktu dimulainya pelajaran menjadi molor. Seperti yang terjadi pada
pertemuan kedua yang tercantum pada tabel 4.4 halaman 69, pada tabel dikatakan bahwa waktu dalam pertemuan kedua berkurang
selama 10 menit. Bel ganti pelajaran yang seharusnya masuk pukul 08.30 terlambat menjadi 08.40 hal ini menjadikan apa yang telah
peneliti rancang dalam RPP menjadi tidak sesuai. Begitu juga dengan yang terjadi pada pertemuan keempat pada tabel 4.6 halaman 74, pada
pertemuan ini karena waktu yang singkat peneliti tidak sempat menarik kesimpulan tentang apa yang dipelajari pada pertemuan
tersebut • Menurut peneliti sendiri, peneliti kurang dapat membangkitkan
keinginan belajar mereka. Sehingga pada saat pembelajaran, masih banyak siswa yang terlihat malas – malasan, ngobrol sendiri dengan
temannya baik itu teman dalam kelompok maupun teman kelompok lain, tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti dan
hanya mengandalkan temannya yang pintar saja. Hal ini mengakibatkan banyak siswa menjadi tidak mau belajar sendiri
sehingga pada saat ulangan, mereka tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh peneliti.
• Di SMA Pangudi Luhur Sedayu ini KKM yang digunakan untuk pelajaran matematika tergolong tinggi yaitu 77, itu menjadi salah satu
sebab banyak siswa tidak tuntas dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Number Heads Together.
3. Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan beberapa siswa, diperoleh kesimpulan bahwa siswa lebih senang menggunakan
pembelajaran dengan metode Number Heads Together dibandingkan dengan pembelajaran seperti biasa dengan metode ceramah walaupun ada
juga siswa yang lebih senang dengan metode ceramah. Menurut mereka kelebihan dari metode NHT adalah siswa lebih berperan dalam
pembelajaran, bila ada siswa yang kurang mengerti dapat bertanya baik dengan teman ataupun dengan guru, dengan diskusi kelas yang ada juga
siswa dapat menambah pengetahuan, bisa mengerti lebih banyak, lebih bertanggung jawab terhadap soal yang diberikan karena selain menjawab
siswa juga harus dapat menerangkannya di depan kelas. kekurangan dari metode NHT menurut mereka adalah dari segi waktu dan kurang tegasnya
guru dalam hal ini peneliti. Dari segi waktu pada saat pembelajaran kurangnya waktu yang tersedia untuk menerangkan materi ataupun saat
diskusi kelompok maupun diskusi kelas, sedangkan dari segi kurang tegasnya peneliti hal ini membuat kelas ramai sehingga siswa yang lain
kurang dapat mendengarkan penjelasan dari peneliti. Peneliti sudah berusaha bersuara keras untuk menegur mereka dan memberitahu mereka
agar tidak ramai, namun ternyata hal itu hanya bertahan sebentar dan kemudian kelas menjadi gaduh kembali.
Jadi, dengan melihat hasil data yang telah diperoleh selama penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masih banyak kendala - kendala yang muncul
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode NHT di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu. Hal ini menjadikan keaktifan siswa
hanya dikategorikan rendah dan hasil belajar siswa hanya 37,8 saja yang tuntas KKM dari target yang diharapkan adalah 80. Maka, jika kendala –
kendala tersebut dapat diminimalisir sehingga NHT dapat diterapkan dengan baik oleh siswa dan guru, metode NHT ini dapat memberikan hasil
yang positif baik itu untuk keaktifan siswa maupun untuk hasil belajar
siswa di kelas.
112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian di SMA Pangudi Luhur Sedayu diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Rata-rata keaktifan siswa secara keseluruhan adalah sebagai berikut: 0 kriteria sangat tinggi, 4,06 kriteria tinggi, 34,24 kriteria cukup,
31,53 kriteria rendah dan 30,18 masuk dalam kriteria sangat rendah. Dari hasil tersebut rata – rata keaktifan siswa dengan kriteria sangat tinggi,
tinggi dan cukup hanya berjumlah 38,30 sedangkan sisanya sebesar 61,71 termasuk dalam kategori rendah dan sangat rendah. Hanya
sebagian siswa saja yang aktif dan belum semua siswa ikut aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan metode NHT. Salah satu penyebab hal
tersebut adalah tidak semua aspek keaktifan belajar siswa yang digunakan untuk penelitian ini muncul pada saat pembelajaran di kelas. Beberapa
aspek keaktifan yaitu berpendapat, mendengarkan, dan menanggapi baik itu dalam diskusi kelompok maupun dalam diskusi kelas yang harus
muncul untuk penelitian ini juga tidak semua siswa dapat melakukan aspek tersebut. Menurut hasil yang telah diperoleh aspek keaktifan yang
lebih banyak muncul adalah aspek mendengarkan saja. 2. Hasil belajar matematika siswa pada materi peluang dengan topik aturan
perkalian, permutasi dan kombinasi diperoleh nilai rata – rata 37 siswa adalah 69,5, namun yang mencapai nilai KKM 77 hanya 37,8. Selain hal