Pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together pada pembelajaran materi peluang di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2012/2013.

(1)

PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER PADA PEMBELAJARAN MATERI PELUANG DI KELAS XI IPS 1 SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU TAHUN AJARAN

2012/2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

 

 

OLEH :

Florentina Savic Erna Setyaningrum 081414004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER PADA PEMBELAJARAN MATERI PELUANG DI KELAS XI IPS 1 SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU TAHUN AJARAN

2012/2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

 

 

OLEH :

Florentina Savic Erna Setyaningrum 081414004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

ii


(4)

(5)

Ap

Apa ya

susah p

Hasil ka

ƒ

T

u

ƒ

K

ƒ

M

ƒ

S

d

pa yang

m

ang baik

payah, t

aryaku ini

Tuhan Ye

ntukku

Kedua Ora

Mas Gerry

Sahabat

ukungan

-

M

baik har

payah,

mendapa

k sering

tetapi ap

i ku perse

esus yan

angtua ku

y dan Adik

– sahab

untuk seg

iv

MOTTO

rus serin

tetapi a

atkanny

hanya d

pa yang b

tanpa d

embahkan

ng telah

yang sela

k – adikku

batku ya

gera meny

O -

ng dicar

apa yang

ya walau

dapat dia

buruk d

diajarkan

n untuk:

member

alu mendo

(Agung d

ang sela

yelesaika

ri dengan

g buruk

ia tidak

ajarkan d

dapat dip

n. (Demo

rikan be

oakanku

dan Putri)

alu mem

n skripsi i

n susah

mudah

k dicari.

dengan

peroleh

okritos)

rkat-Nya

mberikan

ni


(6)

(7)

vi ABSTRAK

Florentina Savic Erna Setyaningrum. 2013. Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together Pada Pembelajaran Materi Peluang di Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2012 / 2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui: (1) seberapa tinggi keaktifan siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together; (2) seberapa tinggi hasil belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together.

Penelitian ini termasuk penelitian campuran (kualitatif deskriptif dan kuantitatif), Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 37 siswa. Materi yang diambil dalam penelitian ini adalah peluang pada topik aturan perkalian, permutasi dan kombinasi. Data yang diambil untuk penelitian ini adalah keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Number Heads Together. Pengumpulan data diperoleh melalui lembar pengamatan dan wawancara untuk mengetahui keaktifan siswa dengan diterapkannya metode Number Heads Together dan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan diterapkanya metode Number Heads Together. Alat ukur untuk keaktifan siswa adalah lembar pengamatan keaktifan siswa yang terdiri dari 18 kriteria yaitu 10 kriteria keaktifan siswa selama diskusi kelompok dan 8 kriteria keaktifan siswa selama diskusi kelas, sedangkan data hasil belajar siswa diperoleh dengan menggunakan tes akhir yang sesuai. Data keaktifan siswa dianalisis dengan cara penskoran, dimana skor tertinggi adalah 46, skor tersebut diolah untuk menentukan jumlah maupun jenis frekuensi untuk setiap pertemuan dan rata – rata untuk seluruh pertemuan. Data hasil belajar siswa dianalisis untuk menentukan tingkat ketuntasan siswa, rata – rata kelas, nilai tertinggi dan terendah.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan: (1) Rata-rata keaktifan siswa secara keseluruhan adalah sebagai berikut: 0% kriteria sangat tinggi, 4,06% kriteria tinggi, 34,24% kriteria cukup, 31,53% kriteria rendah dan 30,18% masuk dalam kriteria sangat rendah; (2) Hasil belajar siswa setelah proses penelitian dengan diterapkanya metode Number Heads Together dikatakan tidak tuntas secara klasikal. Nilai rata – rata yang diperoleh siswa hanya sebesar 69,5 dari acuan KKM yang digunakan untuk pembelajarann matematika adalah 77. Prosentase ketuntasan siswa hanya sebesar 37,8% dari yang ditargetkan 80%. Dari data hasil belajar juga diperoleh siswa dengan nilai tertinggi yaitu 97,9 dan nilai terendahnya sebesar 33,3.


(8)

ABSTRACT

Florentina Savic Erna Setyaningrum. 2013. Utilization Cooperative Learning Models Type of Numbered Heads Together On Learning Content Opportunities in Class XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu Academic Year 2012/2013. Thesis. Mathematic Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The research in this thesis aims to find out: (1) how high the activity of the students in class XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu on learning opportunities on topics with material rules of multiplication, permutations, and combinations using Number Heads Together; (2) how high the learning outcomes of students in class XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu on learning opportunities on topics with material rules of multiplication, permutations, and combinations using Number Heads Together.

This research includes research of mixed (qualitative and quantitative descriptive). The subject of this research is the students of XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu academic year 2012/2013 which amounted to 37 students. The material is taken in this research is an opportunity on the topics of rules of multiplication, permutations and combinations. The data collected for this research is the activity of students and student learning outcomes by using the method Number Heads Together. The collection of data obtained through observation and interview sheet to find out the activity of the students with implementing the method Number Heads Together and the final test to determine student learning outcomes with used method Number Heads Together. Measuring instrument for student observation sheet is the liveliness of the liveliness of students consists of 18 criteria i.e. 10 criteria for students activity in discussion group and 8 criteria for students activity discussion class, while data on student learning results obtained using the end of the test. The Data may be analyzed by means of students scoring, where the highest score is 46, the score is processed to determine the amount and type of frequency for any meeting, and the median income for all meetings. Student learning outcome data are analyzed to determine the level of students mastery, an average classroom, the highest value and lowest.

From the results of the analysis can be concluded: (1) the average student overall activity is as follows: 0% very high criteria, 4.06% high criteria, 34.24% criteria enough, 31,53% low criteria and 30,18% enter in very low criteria; (2) Student learning outcomes after the process of research with used Number Heads Together method in a classical space. The averages value obtained students only of 69.5 of the KKM reference used to mathematics learning is 77. Percentage of students mastery of only 37.8% of the targeted 80%. From the results of the study data also obtained the student with the highest value of 97,9 and the lowest value of 33.3.


(9)

viii


(10)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan RahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together Pada Pembelajaran Materi Peluang Di Kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2012/2013”

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M. Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Drs. Th. Sugiarto, M.T. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan memberikan bimbingan, masukan, dan pengarahan dengan penuh kesabaran selama pembuatan skripsi ini.

5. Para dosen penguji yang telah berkenan memberikan saran dan kritik yang membangun untuk penyusunan skripsi ini.

6. Segenap dosen Prodi Pendidikan Matematika yang telah membimbing saya selama saya menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma

7. Bapak Kepala Sekolah yang telah memberikan ijin kepada saya sehingga saya dapat melakukan penelitian di SMA Pangudi Luhur Sedayu

8. Bapak Agus Subroto, S.Pd. selaku guru matematika kelas XI IPS 1 yang telah membantu selama saya melakukan penelitian

9. Siswa – siswi kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu yang telah bersedia membantu selama proses penelitian dan mengikuti tes hasil belajar matematika 10. Bapak Anastasius Suripto, Mama Elisabeth Anik, Adekku Agung dan Putri serta


(11)

x

Andikawati, dan Agustina Windarwanti terimakasih untuk bantuan selama observasi, dukungan, sarana, semangat dan kebersamaan yang telah kalian berikan untukku sehingga skripsi ini cepat selesai

12. Teman – teman kost Putri Palem dan semua pihak yang tanpa sengaja tidak saya sebutkan di sini yang telah memberikan doa, bantuan dan semangat agar skripsi ini cepat selesai

Penulis terbuka terhadap saran dan kritik demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .. ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... ... vi

ABSTARCT ... ... vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah . ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Batasan Istilah ... ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif ... 10

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 10

2. Unsur – Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 12

3. Ciri – Ciri Pembelajaran Kooperatif ... 13

4. Model – Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

5. Langkah – Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 23

B. Number Heads Together (NHT) ... 25


(13)

xii

3. Kelebihan dan Kekurangan Number Heads Together ... 28

C. Peluang ... ... 28

D. Pembelajaran Peluang ... 29

1. Aturan perkalian ... 30

2. Notasi Faktorial ... 31

3. Permutasi ... ... 31

4. Permutasi dengan Beberapa Unsur yang Sama ... 33

5. Permutasi Siklis ... 34

6. Kombinasi ... ... 36

E. Keaktifan Siswa .. ... 37

F. Hasil Belajar Matematika ... 41

G. Kerangka Berpikir ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .... ... 45

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 45

C. Subjek Penelitian . ... 45

D. Bentuk Data ... ... 46

E. Metode Pengumpulan Data ... 47

F. Instrumen Pembelajaran ... 48

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 49

H. Metode Analisis Data ... 52

I. Prosedur Perencanaan Penelitian ... 62

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA, HASIL ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 63

1. Perencanaan .. ... 63

2. Pelaksanaan dan Pengamatan Hasil Penelitian ... 64

a. Sebelum Penelitian ... 64

b. Kegiatan Pembelajaran ... 67


(14)

i. Tes Hasil Belajar ... 101

ii.Wawancara ... 103

B. Tabulasi Data ... ... 81

C. Hasil Analisis Data ... 93

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 105

1. Keaktifan ... ... 105

2. Hasil Belajar .. ... 107

3. Hasil Wawancara ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... 112

B. Saran ... ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 115


(15)

xiv

2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

2.2 Langkah – Langkah Penggunaan Metode NHT dalam Penelitian ... 27

3.1 Kisi – Kisi Instrumen Pengamatan Sesi Diskusi Kelompok ... 49

3.2 Kisi – Kisi Instrumen Pengamatan Sesi Diskusi Kelas ... 50

3.3 Kisi – Kisi Soal Tes Akhir ... 51

3.4 Distribusi Keaktifan Setiap Siswa Pada Setiap Pertemuan ... 58

3.5 Tabel Keaktifan Siswa Pada Setiap Pertemuan ... 58

3.6 Kriteria Keaktifan Siswa ... 58

3.7 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa ... 59

3.8 Klasifikasi Reabilitas Soal ... 61

3.9 Hasil Analisis Belajar ... 61

4.1 Perhitungan Validitas dan Reabilitas ... 65

4.2 Hasil Belajar Setiap Siswa Pada Tes Penempatan ... 66

4.3 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Pertama ... 67

4.4 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Kedua ... 69

4.5 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Ketiga ... 72

4.6 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Kempat ... 74

4.7 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Kelima ... 77

4.8 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Keenam ... 79

4.9 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Pertama ... 81

4.10 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Kedua ... 83

4.11 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Ketiga ... 85

4.12 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Keempat ... 87

4.13 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Kelima ... 89

4.14 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Keenam ... 92

4.15 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Pertama ... 94

4.16 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa Pada Pertemuan Pertama ... 94

4.17 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Kedua ... 95

4.18 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa Pada Pertemuan Kedua ... 96

4.19 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Ketiga ... 97


(16)

4.21 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Keempat ... 98

4.22 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa Pada Pertemuan Keempat ... 98

4.23 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Kelima ... 99

4.24 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa Pada Pertemuan Kelima ... 100

4.25 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Keenam ... 100

4.26 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa Pada Pertemuan Keenam ... 101

4.27 Hasil Belajar Setiap Siswa Pada Tes Akhir ... 102

4.28 Hasil Wawancara Peneliti Dengan Siswa ... 103

4.29 Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan ... 105


(17)

xvi

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 118

A.2 Soal Tes Penempatan ... 156

A.3 Soal Tes Akhir .... ... 157

A.4 Lembar Kerja Siswa ... 159

A.5 Kunci Jawaban Tes Penempatan ... 165

A.6 Kunci Jawaban Tes Akhir ... 168

B.1 Instrumen Pengamatan Keaktifan Siswa Sesi Diskusi Kelompok ... 172

B.2 Instrumen Pengamatan Keaktifan Siswa Sesi Diskusi Kelas ... 174

B.3 Tabel Distribusi Keaktifan Siswa Pada Setiap Pertemuan ... 176

B.4 Hasil Validitas Soal Ujicoba ... 189

B.5 Tabel Hasil Belajar Siswa Pada Tes Penempatan ... 200

B.5 Tabel Hasil Belajar Siswa Pada Tes Akhir ... 202

C.1 Tabel Pembagian Kelompok ... 204

C.2 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Pada Saat Tes Uji Coba ... 206

C.3 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Pada Saat Tes Penempatan ... 209

C.4 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Pada Saat Tes Akhir ... 212

C.5 Presensi Kehadiran Siswa Setiap Pertemuan ... 216


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, pembelajaran di sekolah seringkali dikaitkan dengan sebuah metode pembelajaran yang baru kemudian dipraktekkan di dalam kelas dengan tujuan untuk menunjang proses belajar mengajar di kelas sehingga pembelajaran di kelas menjadi kreatif dan menyenangkan. Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian (Suyono,dkk 2012: 9) sedangkan pengertian metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Syaiful Bahri Djamarah, dkk 2010: 46). Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Sekarang ini telah banyak ditemukan metode – metode pembelajaran yang baru untuk pembelajaran di kelas. Hal ini bertujuan agar pembelajaran di kelas menjadi menarik dan menyenangkan sehingga siswa tidak lagi bosan belajar di kelas.

Selama ini seringkali matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika, sehingga siswa lebih sering tidak memperhatikan guru. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar mereka di kelas. Seperti yang terjadi di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru matematika kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu pada hari sabtu,


(19)

   

25 Februari 2012 di sekolah tersebut guru mengalami kesulitan menyampaikan materi kepada siswa. Di kelas XI IPS 1 ini, guru sering merasa tidak diperhatikan oleh siswa terutama siswa perempuan. Menurut penuturan guru, siswa di kelas XI IPS 1 ini cenderung lebih ingin mencari perhatian guru, diantaranya dengan mengganggu temannya di kelas, bermain Hp sendiri, bersolek di kelas pada saat jam pelajaran, mereka seperti itu karena ada yang memiliki masalah pribadi di rumah, ada juga yang memang pembawaan mereka yang seperti itu. Ketika guru menyampaikan materi tentang peluang, guru merasa sangat kesulitan dan pada saat itu guru hampir menyerah. Guru ketika itu menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran topik peluang. Dengan metode ini, murid di kelas malah semakin tidak mendengarkan guru, mereka ramai sendiri, dan ketika guru meminta siswa maju ke depan untuk mengerjakan soal, mereka tidak ada yang mau maju sehingga guru harus menunjuk mereka satu persatu sehingga mereka mau mengerjakan soal latihan yang diberikan. Di kelas XI IPS 1 ini, guru cenderung lebih bersikap keras agar siswa mau memperhatikan dan guru harus mendatangi siswa satu persatu agar siswa mau mencatat atau mau mengerjakan soal latihan.

Salah satu yang menjadi masalah guru yang lain adalah ketika pelajaran usai dan siswa mengatakan “jelas” terhadap penjelasan guru kemudian guru mengadakan kuis, yang mengejutkan adalah hasil kuis yang diperoleh siswa yang hanya bernilai 10, 20, tertinggi 60 dari yang diharapkan nilai 100. Ini membuktikan bahwa ternyata siswa itu tidak betul – betul paham terhadap apa yang dijelaskan oleh guru. Inilah yang juga menjadi salah satu kendala guru untuk


(20)

3

 

melanjutkan materi yang berikutnya. Bagaimana guru dapat melanjutkan materi bila materi sebelumnya belum dikuasai oleh siswa. Karena beberapa faktor di atas tersebut, seringkali banyak siswa di kelas XI IPS 1 yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM sehingga kadang guru harus memberikan remidi supaya nilai matematika mereka mencapai KKM.

Pembelajaran matematika dengan materi topik peluang memang materi yang sukar ditangkap dengan logika. Menurut guru materi peluang memang kurang cocok bila diterapkan di kelas XI IPS. Pada saat guru menerangkan materi tentang peluang, guru menggunakan metode ceramah, dimana sumber belajar semuanya berasal dari guru. Karena beberapa faktor yang telah dijabarkan di atas, guru menjadi sangat kesulitan ketika menyampaikan materi ini kepada siswa. Ketika guru memberikan latihan soal, tidak semua siswa bisa menjawab, ketika ada yang bisa mengerjakan soal latihan tersebut, siswa hanya mengerjakan saja dan tidak mau menerangkan jawabannya di kelas. Ini juga menjadi hambatan utama dalam pembelajaran di kelas. Karena masalah tersebut di atas guru sepakat dengan peneliti untuk mengadakan alternatif proses pembelajaran yang baru di kelas dengan menggunakan metode Number Heads Together (NHT). Metode ini dipilih agar siswa dapat aktif di kelas dan dapat mengembangkan kemampuannya secara maksimal juga metode ini dipilih untuk dapat mengatasi masalah guru yang merasa kesulitan menghadapi siswa di kelas. Beberapa peneliti sebelumnya juga telah menggunakan metode NHT ini, dan hasilnya metode ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas.


(21)

   

Dengan dasar tersebut di atas kemudian peneliti ingin melakukan penelitian di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu. Melakukan pembelajaran pada materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together. Peneliti ingin menyelidiki apakah penggunaan metode Number Heads Together ini dapat memberikan perubahan untuk keaktifan siswa dan hasil belajar matematika siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu. Melalui alasan tersebut, kemudian peneliti mengambil judul tentang “Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together Pada Pembelajaran Materi Peluang Di Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2012/2013”

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, peneliti mendapatkan sejumlah dugaan masalah yang terjadi pada pembelajaran matematika di kelas XI IPS 1, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Guru sering merasa tidak diperhatikan oleh siswa saat pembelajaran di kelas 2. Siswa cenderung lebih ingin mencari perhatian guru dengan cara – cara yang

negatif diantaranya: mengganggu temannya di kelas, bermain Hp, bahkan ada yang bersolek pada saat pelajaran matematika berlangsung.

3. Guru mengalami kesulitan ketika mengajar tentang materi peluang

4. Metode ceramah yang diterapkan guru di dalam kelas, tidak membuat siswa aktif dalam pembelajaran matematika di kelas.


(22)

5

 

6. Ketika guru memberikan latihan soal, tidak semua siswa mau untuk mencoba mengerjakan, ketika ada yang bisa mengerjakan soal latihan tersebut, siswa hanya mengerjakan saja dan tidak mau menerangkan jawabannya di kelas. 7. Karena hal – hal tersebut di atas nilai matematika siswa kelas XI IPS 1 menjadi

di bawah KKM sehingga seringkali guru harus mengadakan remidi agar nilai siswa memenuhi KKM.

C. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu dan dana dari peneliti, maka peneliti membatasi penelitian ini pada topik 4, 6, 7 yaitu:

1. Metode ceramah yang diterapkan guru di dalam kelas, tidak membuat siswa aktif dalam pembelajaran matematika di kelas.

2. Ketika guru memberikan latihan soal, tidak semua siswa bisa menjawab, ketika ada yang bisa mengerjakan soal latihan tersebut, siswa hanya mengerjakan saja dan tidak mau menerangkan jawabannya di kelas.

3. Karena hal – hal tersebut di atas nilai matematika siswa kelas XI IPS 1 menjadi di bawah KKM sehingga seringkali guru harus mengadakan remidi agar nilai siswa memenuhi KKM.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas peneliti merangkum masalah tersebut yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi keaktifan siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan


(23)

   

perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together?

2. Seberapa tinggi hasil belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui seberapa tinggi keaktifan siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi

Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together.

2. Mengetahui seberapa tinggi hasil belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui seberapa tinggi keaktifan siswa dan hasil belajar matematika siswa dengan pemanfaatan metode Number Heads Together (NHT).


(24)

7

 

2. Bagi Guru dan Sekolah

Bagi guru bermanfaat untuk pengembangan strategi pengajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yaitu Number Heads Together. Guru mendapatkan alternatif strategi pengajaran yang dapat memaksimalkan keaktifan siswa dan hasil belajar matematika siswa. Hal ini dapat menjadikan masukan bagi sekolah dan guru matematika untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak – pihak yang membutuhkan serta diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan mengenai pendidikan matematika untuk siswa Sekolah Menengah Atas. G. Batasan Istilah

Pembatasan istilah dalam perumusan masalah di atas bertujuan agar tidak terjadi penafsiran ganda terhadap judul skripsi. Skripsi ini dibatasi untuk penelitian di kelas XI IPS 1 dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dan pembelajarannya menggunakan metode Number Heads Together dan penelitian dilakukan di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Berikut pembatasan istilah yang digunakan oleh peneliti:

1. Keaktifan

Kata keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat ( bekerja, berusaha) yang kemudian mendapatkan awalan Ke – dan akhiran –an kemudian menjadi kata keaktifan yang artinya kegiatan, kesibukan. Keaktifan di sini dimaksudkan


(25)

   

sebagai segala aktifitas atau kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas.

2. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar merupakan keseluruhan kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau yang diukur dengan angka – angka. Dengan demikian hasil belajar matematika yang dimaksud adalah keseluruhan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar matematika di sekolah yang dinyatakan atau yang diukur dengan angka – angka.

3. Metode Number Heads Together

Metode Number Heads Together adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas, dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Kemudian masing – masing anggota kelompok mendapatkan nomor dimana nomor tersebut adalah nomor soal, kemudian masing – masing siswa tersebut bertanggung jawab terhadap nomor soal yang telah diberikan pada siswa tersebut. Setelah semua siswa mendapatkan nomor, maka masing – masing kelompok kemudian mengadakan diskusi, dimana dalam diskusi ini mereka harus saling menyatukan pikiran atau “Heads Together” untuk menyelesaikan soal – soal atau untuk memahami materi yang diajarkan. Kemudian setelah diadakan diskusi dalam kelompok maka guru dapat melanjutkan diskusi dalam kelas. Guru dapat menunjuk salah satu nomor yang telah di dapat siswa, kemudian siswa yang memiliki nomor tersebut diminta untuk maju mengerjakan soal yang menjadi tanggung jawabnya. Misalnya: siswa yang mendapatkan nomor 3 mengerjakan


(26)

9

 

soal nomor 3 dan seterusnya. Kemudian diadakan diskusi secara bersama – sama untuk membahas soal yang telah dikerjakan oleh siswa tersebut.

Dari batasan istilah tersebut penulis bermaksud mencari tahu tentang seberapa tinggi keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pembelajaran topik peluang suatu kejadian dengan menggunakan metode Number Heads Together, dimana nantinya hasil belajar matematika siswa akan diukur dan dinilai dengan menggunakan angka – angka.


(27)

10

 

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dikenal sebagai pembelajaran yang mengandalkan kekuatan kelompok, namun tidak semua pembelajaran kelompok bisa dikategorikan sebagai pembelajaran kooperatif. Menurut Anita Lie (2010: 12) pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lain dengan pendapat Slavin (dalam Tukiran, dkk 2011: 55) yang menerangkan pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa untuk lebih bergairah dalam belajar. Hal ini serupa dengan pendapat dari Tukiran, dkk (2011: 56) tentang pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran dengan setting kelompok – kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan siswa tersebut juga akan menjadi narasumber bagi teman yang lain.


(28)

11 

 

Metode belajar kooperatif lebih menekankan pada pembelajaran kelompok yang heterogen. Heterogen yang dimaksud di sini adalah campuran yang tidak membedakan kemampuan, jenis kelamin, ras, dan sebagainya. Pembelajaran kooperatif sangat sesuai dengan hakikat manusia sebagai mahkluk sosial dimana selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dalam kelompok yang heterogen diminta untuk bertanggung jawab menyelesaikan persoalan atau permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran di kelas. Siswa dituntut untuk memiliki tanggung jawab baik secara pribadi maupun secara sosial (tanggung jawab kelompok). Keberhasilan dari kelompoknya tersebut sangat bergantung pada bagaimana kerjasama siswa masing – masing anggota kelompok untuk membawa kelompoknya menuju tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Melalui penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil yang heterogen untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif ini, siswa harus berproses secara sosial dengan anggota kelompoknya dan mempunyai tanggung jawab yang besar baik secara individu maupun bertanggung jawab secara kelompok untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran.


(29)

2. Unsur – Unsur Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie: 2010: 31-35) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu:

a. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri. Setiap siswa mendapat nilai individu dan nilai kelompok. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik yaitu dengan sistem “sumbangan”, sehingga mereka akan semakin terpacu untuk meningkatkan nilai mereka dan dapat memberikan sumbangan nilai untuk kelompoknya.

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, maka setiap siswa akan bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Setiap siswa harus bertanggung jawab dengan tugasnya masing – masing agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

c. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan memberikan sinergi yang positif dan


(30)

13 

 

menguntungkan. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing – masing. d. Komunikasi antar Anggota

Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan pendapat. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini merupakan proses panjang. Proses ini sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

e. Evaluasi Proses Kelompok

Evaluasi proses kelompok bertujuan untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih baik.

3. Ciri – Ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Arends (2008: 5), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar

b. tim – tim terdiri atas siswa – siswa yang berprestasi rendah, sedang dan tinggi.

c. bilamana mungkin, tim – tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender,


(31)

Ciri – ciri pembelajaran kooperatif tersebut di atas serupa dengan yang disampaikan oleh Tukiran, dkk ( 2011: 57 ) yaitu:

a. untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif,

b. kelompok dibentuk dari siswa – siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah

c. jika dalam kelas terdapat siswa – siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda pula.

d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

4. Model - Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mempunyai banyak model dan variasi, dimana setiap model pembelajarannya juga memuat kekhasan masing – masing yang telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan unsur – unsur yang ada dalam pembelajaran kooperatif. Model – model pembelajaran kooperatif tersebut diantaranya sebagai berikut:

a. Student Teams - Achievement Division (STAD)

STAD atau Tim Siswa Kelompok Prestasi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Model pembelajaran STAD ini cocok diterapkan oleh guru yang baru memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif. Menurut Isjoni (dalam Tukiran, dkk


(32)

15 

 

2011: 64) Pembelajaran kooperatif model STAD menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Dalam STAD siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 – 5 orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen.

Model pembelajaran STAD diawali dengan pembagian kelompok, kemudian guru menyajikan materi pelajaran yang sesuai dengan topik yang akan dipelajari. Setelah guru selesai menyampaikan materi, kemudian siswa bekerja di dalam kelompok, hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan guru. Setelah diberi waktu yang cukup untuk bekerja di dalam kelompok maka oleh guru masing – masing siswa diberikan kuis dan dalam pelaksanaan kuis tersebut masing – masing siswa tidak boleh saling membantu. Kuis tersebut nantinya akan dinilai untuk menentukan skor individu maupun skor kelompok. Skor individu yang mereka dapatkan digunakan untuk memperbaiki nilai individu yang dilakukan dengan cara membandingkan terhadap rata – rata nilai yang telah mereka peroleh sebelumnya. Nilai perbaikan dari setiap individu dalam kelompok kemudian dikumpulkan dan digunakan untuk menentukan nilai kelompok. Kemudian yang harus dilakukan guru selanjutnya adalah mengakumulasi dan merata – rata nilai masing – masing kelompok.


(33)

Kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu dapat mendapatkan penghargaan berupa sertifikat atau hadiah – hadiah yang lainnya.

b. Teams Games Tournaments (TGT)

TGT atau Pertandingan Permainan Tim merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang serupa dengan STAD. Jika dalam STAD penilaian dilakukan melalui test individu atau kuis, lain halnya dengan TGT yang menggunakan turnamen untuk menentukan nilai, ini juga menjadi ciri khas dari TGT bila dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif yang lain.

Langkah awal dalam pelaksanaan TGT adalah siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kelompok kecil yang bernggotakan 4-5 orang. Kemudian guru memulai pembelajaran dengan menyampaikan materi yang sesuai dengan topik yang akan dipelajari. Kemudian siswa mempelajari dan mendalami lebih lanjut materi yang telah disampaikan oleh guru sebagai persiapan dalam menghadapi turnamen. Setelah dirasa cukup untuk belajar dalam kelompok selanjutnya siswa dengan kemampuan yang sama dari masing – masing kelompok yang berbeda bertanding dalam turnamen. Dari turnamen tersebut setiap siswa memperoleh skor yang akan disumbangkan untuk kelompok. Skor yang telah diperoleh tersebut, kemudian di rata – rata dan nantinya skor tersebut digunakan sebagai penentuan penghargaan kelompok.

Menurut Slavin ( dalam Tukiran 2011: 67) ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif model TGT diantaranya:


(34)

17 

 

Penyajian Kelas, dilakukan oleh guru dengan fokus kepada materi yang dibahas saja. Siswa sudah berada dalam kelompok dan mereka harus serius dalam tahap ini, karena setelah ini mereka harus mengikuti turnamen dengan sebaik – baiknya agar dapat menyumbangkan skor maksimal untuk kelompoknya.

Kelompok, disusun dengan anggota 4-5 orang secara heterogen. Tahap ini bertujuan agar mereka bisa saling meyakinkan satu sama lain bahwa mereka dapat bekerja sama dalam belajar dan dalam mengerjakan lembar kerja juga untuk menyiapkan semua anggota dalam menghadapi turnamen.

Permainan, disusun dan dirancang sesuai dengan materi yang telah dipelajari untuk menguji pengetahuan yang diperoleh wakil masing – masing kelompok. Setiap siswa mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan kemudian menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor pada kartu tersebut.

Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan. Biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok bahasan. Di sinilah akan diadakan penilaian sesuai dengan hasil yang telah masing – masing siswa peroleh untuk kelompoknya. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa sesuai dengan tingkatannya untuk menyumbangkan skor maksimal yang diperoleh pada saat pelaksanaan turnamen.


(35)

Pengakuan Kelompok, dilakukan dengan memberikan hadiah atau penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar, sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama. c. Jigsaw

Dalam bukunya, Suyatno (2009: 54) menyebutkan ciri – ciri dari pembelajaran kooperatif model Jigsaw sebagai berikut:

• Setiap kelompok terdiri dari 5 – 6 anggota terdiri dari siswa yang heterogen dan kelompok ini disebut sebagai kelompok asal

• Kelompok asal tersebut dibagi lagi menjadi kelompok ahli

• Kelompok ahli dari masing – masing kelompok asal berdiskusi sesuai dengan keahliannya

• Kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar informasi.

Dalam penerapan Jigsaw, siswa dengan kemampuan yang heterogen dibagi dalam kelompok dengan anggota kelompok 5 – 6 siswa. Kemudian, maateri pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan, dalam hal ini diasumsikan siswa menjadi pakar dalam topic materi tersebut. Selanjutnya, siswa dipertemukan dengan siswa lain (kelompok asal) dalam topik yang sama untuk saling berdiskusi dan saling belajar lebih lanjut sehingga dapat menguasai topik yang menjadi tanggung jawabnya. Setelah diberi waktu yang cukup, kemudian siswa yang tadi berada dalam kelompok ahli dipersilahkan


(36)

19 

 

untuk kembali ke kelompok asalnya masing – masing. Siswa tersebut kemudian membelajarkan topik yang telah dipelajari ke anggota kelompok yang mempelajari topik lain. Dengan langkah ini diharapkan setiap siswa masing – masing kelompok telah menguasai topik materi yang diberikan guru. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh guru adalah memberikan test individual atau kuis tentang semua topik materi yang telah dipelajari oleh siswa. Kuis tersebut nantinya akan dinilai untuk menentukan skor individu maupun skor kelompok. Skor individu yang mereka dapatkan digunakan untuk memperbaiki nilai individu yang dilakukan dengan cara membandingkan terhadap rata – rata nilai yang telah mereka peroleh sebelumnya. Nilai perbaikan dari setiap individu dalam kelompok kemudian dikumpulkan dan digunakan untuk menentukan nilai kelompok. Kemudian yang harus dilakukan guru selanjutnya adalah mengakumulasi dan merata – rata nilai masing – masing kelompok. Kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu mendapatkan penghargaan berupa sertifikat atau hadiah – hadiah yang lainnya. Cara penilaian ini serupa dengan yang terjadi pada model pembelajaran kooperatif STAD.

d. Numbered Heads Together (NHT)

Number Heads Together (NHT) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang sangat menekankan keaktifan dan tanggung jawab siswa baik tanggung jawab secara individu maupun


(37)

tanggung jawab secara kelompok. Dalam NHT siswa akan dikelompokkan secara heterogen yaitu masing – masing kelompok dapat beranggotakan 4-6 orang siswa. Pengelompokkan yang disusun ini berdasarkan nilai pre test yang dilakukan guru sebelum memulai masuk dalam materi pembelajaran. Maksud dari pengelompokkan ini adalah agar siswa dapat belajar dan atau menyelesaikan persoalan yang di berikan oleh guru kepada siswa. Setelah dibentuk kelompok, kemudian guru melanjutkan pembelajaran dengan menyampaikan materi kepada siswa. Setelah materi selesai disampaikan kepada siswa, kemudian guru mengajak siswa untuk bergabung ke dalam kelompoknya masing – masing, dan setelah siswa duduk dalam kelompoknya, masing – masing siswa diberikan nomor secara undi ( setiap kelompok mempunyai nomor yang sama, namun setiap anggota kelompok memiliki nomor yang berbeda – beda ). Nomor tersebut berfungsi sebagai nomor soal yang akan diberikan oleh guru selanjutnya. Setelah soal yang sesuai dengan nomor masing – masing siswa dibagikan kepada masing – masing kelompok, maka guru memberikan waktu kepada siswa untuk melaksanakan diskusi dan pembelajaran bersama dalam kelompok tersebut. Di sini guru berperan sebagai fasilitator juga sebagai motivator untuk proses pembelajaran di kelas. Dalam proses diskusi kelompok ini ditekankan bahwa, masing – masing siswa tiap – tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas


(38)

21 

 

persoalan yang diberikan guru, (Agus Suprijono: 2009: 92). Dalam NHT siswa mempunyai tanggung jawab baik secara individu maupun secara kelompok. Tanggung jawab secara individu adalah ketika dia harus menyelesaikan nomor soal yang telah menjadi tanggung jawabnya, bila siswa tidak dapat mengerjakan soal tersebut siswa dapat meminta bantuan kepada teman lain dalam kelompoknya untuk bersama – sama memecahkan persoalan yang diberikan guru. Di sinilah akan terjadi proses interaksi sosial antara siswa dan teman – teman sekelompoknya, dimana proses tersebut sesuai dengan kekhasan dari pembelajaran kooperatif. Tanggung jawab secara kelompok, dimaksudkan di sini adalah ketika masing – masing siswa maju mempresentasikan jawabannya di depan kelas. Masing – masing siswa tersebut membawa nama baik kelompoknya, dan apa yang di presentasikan siswa di depan, bagaimana siswa tersebut menanggapi pertanyaan dari kelompok lain juga akan menentukan hasil penilaian kelompok dan penilaian individu.

Langkah selanjutnya adalah diskusi kelas. Guru memanggil salah satu nomor yang telah dibagikan, misalnya: guru memanggil nomor 2 dari salah satu kelompok kemudian siswa dari kelompok yang namanya disebutkan yang mempunyai nomor 2 maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil yang telah dikerjakan dalam kelompok. Dalam diskusi kelas ini, siswa yang memiliki tanggung jawab terhadap nomor soal yang dipegangnya wajib menjelaskan


(39)

jawabannya kepada semua siswa di kelas, dan pada saat itu juga siswa dari kelompok lain juga dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa yang ada di depan. Langkah ini mendorong siswa menjadi aktif di kelas, bertanya bila tidak mengerti dan siswa yang di depan menjelaskan kepada teman – temannya sampai siswa yang bertanya tersebut mengerti dengan penyelesaian soal yang diberikan. Setelah selesai membahas soal nomor 2 tersebut guru dan siswa kemudian bersama – sama menarik kesimpulan dari soal tersebut. Begitu seterusnya sampai nomor soal yang diberikan guru telah habis dibahas dalam pembelajaran di kelas.

Proses diskusi kelas selesai dan dilanjutkan dengan tes individu atau kuis. Tes ini digunakan sebagai alat ukur dalam penilaian secara individu dan secara kelompok juga digunakan sebagai alat ukur apakah siswa telah memahami materi tersebut atau belum. Dalam pelaksanaan tes ini, masing – masing siswa tidak boleh saling membantu satu sama lain. Penilaian ini sebenarnya tidak didasarkan pada hasil tes saja melainkan juga dari hasil keaktifan siswa dalam kelompok dan hasil keaktifan siswa pada saat proses diskusi kelas. Nilai tersebut nantinya akan dijumlah dan dirata – rata oleh guru. Nilai kelompok yang telah mencapai kriteria tertentu, maka kelompok tersebut akan mendapatkan penghargaan berupa point atau hadiah – hadiah yang lainnya. Guru wajib mengumumkan hasil tes atau hasil


(40)

23 

 

pemenang kelompok pada akhir pertemuan atau pada awal pertemuan selanjutnya.

5. Langkah – Langkah Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ditnaga Dikti (dalam Tukiran, dkk 2011: 60 – 63) menyebutkan bahwa pada dasarnya, kegiatan pembelajaran kooperatif dibagi menjadi empat langkah yang dikembangkan sebgai berikut:

a. Orientasi, kegiatan pembelajaran diawali dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama – sama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Guru menyampaikan tujuan, materi, waktu, langkah – langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh siswa serta bagaimana sistem penilaiannya. Dalam kesempatan ini siswa diberi waktu untuk berpendapat tentang apa saja yang menyangkut pembelajaran di kelas, sehingga diharapkan pada akhir orientasi sudah terjadi kesepakatan antara guru dengan siswa di kelas.

b. Kerja Kelompok, dalam kegiatan ini, siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti dari kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan memecahkan masalah atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Dalam kerja kelompok guru berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa.

c. Kuis / Test, pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah memahami topik / materi yang dipelajari. Kemudian dalam tahap ini, masing – masing siswa menjawab soal kuis yang diberikan oleh


(41)

guru dan mereka tidak boleh saling membantu dalam pengerjaan kuis ini. Penilaian individu mencakup pada penguasaan ranah kognitif, afektif dan keterampilan.

d. Penghargaan Kelompok, langkah ini dimaksudkan untuk pemberian penghargaan kepada kelompok yang memperoleh kenaikan skor dalam test individu. Ketika kelompok tersebut telah mencapai kriteria tertentu maka kelompok tersebut mendapatkan poin atau penghargaan yang lain berupa sertifikat atau hadiah.

Secara umum menurut Agus Suprijono (2009: 65) sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase, diantaranya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif

FASE – FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Present goal and set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2: Present information Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3: Organize students info learning teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim – tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim – tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5: Test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok – kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6: Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.


(42)

25 

 

B. Number Heads Together (NHT)

Telah sedikit dijelaskan di atas bahwa metode Number Heads Together adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan kekompakkan siswa baik secara individu maupun secara kelompok. Tanggung jawab dan keaktifan siswa juga merupakan salah satu aspek yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur berhasil atau tidaknya metode NHT ini. Metode NHT ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1998). Metode NHT ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk pendekatan tanya jawab seluruh – kelompok yang lebih tradisional (Arends: 2008)

1. Langkah – Langkah Metode Number Heads Together

Dalam pelaksanaannya, metode NHT terbagi atas beberapa langkah, seperti yang dikemukakan oleh Arends (2008: 16) yang terdiri dari:

Numbering

Guru membagi siswa menjadi beberapa tim beranggota 3-5 orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing – masing tim memiliki nomor antara 1-5

Questioning

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Bentuk pertanyaan merupakan variasi dari guru.

Heads Together

Siswa menyatukan “kepalanya” untuk menemukan jawabannya dan memastikan bahwa semua orang tahu jawabannya.


(43)

Answering

Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing – masing kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya dan memberikan jawabannya ke hadapan seluruh kelas.

Tidak jauh berbeda dengan langkah yang dikembangkan oleh Suyatno (2009: 53) dalam bukunya yang menyebutkan bahwa ada beberapa langkah dalam pelaksanaan metode NHT yaitu sebagai berikut:

• Mengarahkan

• Membuat kelompok heterogen dan setiap siswa memiliki nomor tertentu

• Memberikan persoalan materi bahan ajar ( soal untuk setiap kelompok sama tapi untuk setiap siswa tidak sama, soal sesuai dengan nomor siswa, setiap siswa dengan nomor yang sama mendapatkan tugas dan soal yang sama ).

• Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai dengan tugas masing – masing sehingga terjadi diskusi kelas.

• Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa.

• Mengumumkan hasil kuis dan memberikan penghargaan

Dari beberapa langkah yang dikemukakan oleh beberapa ahli, peneliti menarik kesimpulan dari langkah - langkah tersebut yang akan digunakan


(44)

27 

 

untuk penelitian ini. Langkah – langkah penggunaan metode NHT yang dikembangkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Langkah – Langkah Penggunaan Metode NHT dalam Penelitian No. LANGKAH – LANGKAH PERILAKU GURU

1. Pembukaan Mengawali pembelajaran, guru menjelaskan kepada siswa tentang prosedur kegiatan pembelajaran.

2. Pembagian Kelompok (Numbering)

Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen dan memberikan nama kepada masing – masing kelompok.

Masing – masing siswa diberikan nomor, sehingga setiap siswa memiliki nomor nomor keala yang berbeda - beda

3. Penjelasan Materi Guru memberikan penjelasan materi kepada siswa sesuai dengan KD yang sedang dibahas.

4. Pembagian Soal (Questioning)

Guru memberikan pertanyaan kepada siswa sesuai dengan nomor siswa dalam setiap lembar kerja

Siswa bertanggung jawab terhadap bentuk pertanyaan yang sesuai dengan nomor siswa masing - masing

5. Diskusi Kelompok (Heads Together)

Diskusi ini dimaksudkan agar masing – masing siswa tiap kelompok dapat menyatukan kepalanya “Heads together” agar kelompok tersebut saling bertukar pikiran dengan masing – masing anggotanya untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru.

6. Pemanggilan Nomor

Guru memanggil salah satu nomor dari salah satu kelompok, kemudian siswa yang memiiliki nomor tersebut harus maju ke depan untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya ke depan kelas dan menerangkan kepada kelompok lain. Siswa lain juga dapat bertanya jika dirasa belum mengerti terhadap penjelasan siswa. Di sini akan diadakan penilaian keaktifan secara individu dan penilaian secara kelompok. Penilaian nanti akan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti sebelumnya.

7. Penarikan Kesimpulan

Guru bersama – sama dengan siswa menarik kesimpulan tentang soal dan materi yang telah di bahas di depan

8. Test Individu (Tes Akhir)

Dilaksanakan setelah semua materi selesai dan siswa tidak boleh saling membantu

9. Pemberian Nilai Guru menjumlah dan merata – rata nilai yang telah diperoleh secara individu dan secara kelompok


(45)

10. Pemberian Penghargaan

Guru mengumumkan kepada siswa kelompok mana yang telah memenuhi kriteria dalam penilaian. Kelompok tersebut kemudian diberikan penghargaan berupa tambahan poin atau hadiah – hadiah yang lain.

2. Manfaat Metode Number Heads Together

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah hal ini dikemukakan oleh Lundgren (dalam Herdian: “Metode Pembelajaran NHT” : 2009), antara lain adalah sebagai berikut:

a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi b. Memperbaiki kehadiran dalam kelas

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

e. Konflik antar pribadi berkurang f. Pemahaman yang lebih mendalam

g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi h. Hasil belajar lebih tinggi

3. Kelebihan dan Kekurangan Number Heads Together a. Kelebihan:

• Setiap siswa menjadi siap semua.

• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. b. Kelemahan:


(46)

29 

 

• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

C. Peluang

Peluang adalah suatu nisbah yang digunakan untuk menyatakan besarnya kemungkinan bahwa suatu kejadian akan terjadi. Contohnya adalah peluang bahwa angka tertentu akan muncul bila kita melempar sebuah dadu. Nisbah dinyatakan dengan bilangan pecahan, yaitu jumlah kemungkinan bahwa kejadian tertentu akan terjadi dibagi dengan jumlah semua kejadian yang mungkin terjadi. Hitung peluang dikenal juga dengan nama Probabilitas. Probabilitas ini mulai dikenal dan dikembangkan pada permulaan abad ke 17. D. Pembelajaran Peluang

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang digunakan untuk pembelajaran peluang adalah sebagai berikut:

Standar Kompetensi : 1. Menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat – sifat peluang dalam pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar : 1.4 Menggunakan aturan perkalian, permutasi dan kombinasi dalam pemecahan masalah

Materi:

Aturan Perkalian, Permutasi dan Kombinasi Indikator:

• Mampu menyusun aturan perkalian dan menggunakannya dalam pemecahan soal

• Mampu mendefinisikan permutasi dan menggunakannya dalam pemecahan soal


(47)

• Mampu mendefinisikan kombinasi dan menggunakannya dalam pemecahan soal

Penjelasan Materi dimbil dari buku Matematika untuk SMA Kelas XI Semester 1 oleh Sartono Wirodikromo (2003; 63 – 93)

1. Aturan perkalian Contoh:

Jika Putri mempunyai 2 baju dan 3 celana. Berapa banyaknya pilihan untuk memasangkan baju dan celana itu?

Jawab:

Soal tersebut dapat diselesaikan dengan beberapa cara sebagai berikut: Misalkan B adalah baju dan C adalah celana

• Dengan Tabel Silang C

C1 C2 C3

B

B1 B1 C1 B1 C2 B1 C3

B2 B2 C1 B2 C2 B2 C3

• Pasangan Berurutan

Himpunan baju : B = { B1, B2 }

Himpunan celana : C = { C1, C2, C3 }

Pasangan berurutan himpunan B dan C ditulis :

{( B1, C1), (B1, C2), (B1, C3), (B2, C1), (B2, C2), (B2, C3)}

• Dari beberapa uraian di atas, kita dapat langsung menentukan banyaknya pasangan baju dan celana, yaitu :

A x B

n ( A x B ) = n (A) x n (B)


(48)

31 

 

sehingga banyaknya pilihan untuk memasangkan baju dan celana ada 6 cara.

• Jika kejadian pertama dapat terjadi dengan n1 cara yang berbeda, kejadian

kedua terjadi dalam n2 cara yang berbeda dan kejadian ketiga dapat terjadi

dengan n3 cara yang berbeda, dst sampai kejadian ke - k, maka seluruh

kejadian tersebut dapat terjadi dalam n1 x n2 x n3 x …x nk cara yang berbeda.

Aturan ini disebut sebagai aturan pengisian tempat dan sering disebut sebagai aturan perkalian.

2. Notasi Faktorial

Untuk setiap bilangan asli n, didefinisikan: n! = n x (n-1) x (n-2) x … x 3 x 2 x 1

untuk n = 0 maka n! didefinisikan sebagai 0! = 1 Lambang atau notasi n! dibaca sebagai n faktorial Contoh:

4! = 4 x 3 x 2 x 1 = 24 !

!

3. Permutasi

Misalkan dari 3 buah angka 1, 2, dan 3 akan disusun suatu bilangan yang terdiri atas 3 angka dengan bilangan – bilangan itu tidak mempunyai angka yang sama. Susunan yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut:

123 132 213 231 312 321


(49)

Jadi, dari 3 angka yang ada jika diambil 3 angka maka dapat dibentuk 6 macam susunan yang berbeda.

Sekarang kalau dari 3 angka di atas akan disusun suatu bilangan yang terdiri atas dua angka dengan bilangan – bilangan itu tidak mempunyai angka yang sama, maka susunan yang dapat dibentuk adalah:

12 13 21 23 31 32

Banyak cara untuk membuat susunan seperti itu adalah 3 x 2 = 6 cara

Jadi, dari 3 angka yang ada jika hanya diambil 2 angka maka dapat dibentuk 6 macam susunan yang berbeda.

Kemungkinan susunan – susunan tersebut disebut permutasi.

Permutasi adalah susunan berbeda yang dapat dibentuk dari unsur – unsur yang tersedia dengan aturan – aturan tertentu.

Banyak permutasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia adalah dilambangkan dengan notasi:

atau

n

P

r

ditentukan dengan aturan sebagai berikut: !

! Dengan syarat dimana r ≤ n

Ket:

n = banyaknya unsur yang tersedia r = banyaknya unsur yang diambil


(50)

33 

 

4. Permutasi dengan Beberapa Unsur yang Sama

Misalkan ingin diketahui berapa banyak permutasi 3 huruf yang diambil dari huruf-huruf a, a, dan b?

Jawab:

Dengan cara permutasi sebelumnya kita peroleh susunan yakni aab aba aab aba baa baa

sehingga dari 3 huruf dapat dipermutasikan 6 macam cara.

Namun terlihat bahwa hasil permutasi tersebut ada yang sama, yaitu: aab = aab

aba = aba sehingga dalam hal ini kita dapat tuliskan sekali (aab, aba, baa) baa = baa

Jadi, permutasi 3 huruf dengan 2 unsur yang sama hanya dapat disusun dengan 3 macam cara yaitu aab, aba, baa.

Dengan demikian banyak permutasi 3 unsur yang memuat 2 unsur yang sama ditentukan sebagai berikut:

P = 3 =

!

!

Berdasarkan deskripsi di atas, dapat diambil kesimpulan secara umum sebagai berikut:

• Misalkan dari n unsur yang tersedia terdapat k unsur yang sama (k ≤ n), maka banyak permutasi dari n unsur itu ditentukan dengan aturan:

! !

Banyak unsur yang tersedia Banyak unsur yang sama


(51)

• Misalkan dari n unsur yang tersedia terdapat k unsur yang sama, l unsur yang sama, dan m unsur yang sama (k+l+m ≤ n) , maka banyak permutasi dari n unsur itu ditentukan dengan aturan:

! ! ! ! Keterangan:

n = unsur yang tersedia k, l, m = unsur yang sama 5. Permutasi Siklis

Misalkan tiga orang sahabat Gerry, Agung, Putri akan menempati tiga buah kursi. Berapa kemungkinan mereka dapat menempati kursi tersebut jika kursi tersebut disusun secara melingkar?

Jawab:

Susunan penempatan 3 orang dapat diperlihatkan pada bagan berikut:

Gambar A Gambar B

¾ Susunan pada gambar A dapat dibaca sebagai berikut (urutan membacanya searah dengan perputaran jarum jam):

• Jika Agung sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Agung, Gerry, Putri

Putri Gerry 

Agung  Agung 

Gerry  Putri


(52)

35 

 

• Jika Gerry sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Gerry, Putri, Agung

• Jika Putri sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Putri, Agung, Gerry

Perhatikan bahwa susunan tersebut sama, seperti diperlihatkan Gambar A. ¾ Susunan pada gambar B dapat dibaca sebagai berikut:

• Jika Agung sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Agung, Putri, Gerry

• Jika Putri sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Putri, Gerry, Agung

• Jika Gerry sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Gerry, Agung, Putri

Perhatikan bahwa susunan tersebut juga sama, seperti diperlihatkan Gambar B Jadi banyak susunan 3 unsur yang ditempatkan pada sebuah kurva tertutup berbentuk lingkaran seluruhnya ada 2 kemungkinan susunan.

Susunan unsur-unsur secara melingkar disebut permutasi siklis atau permutasi sirkuler (circular permutation)

Secara Umum,

Misalkan tersedia n unsur yang berbeda.

Banyak permutasi siklis dari n unsur itu ditentukan dengan aturan:

P

siklis

= ( n – 1 )!


(53)

6. Kombinasi

Jika kita memiliki sekumpulan data S = {a, b, c} akan diambil dua huruf tanpa memperhatikan urutan. Bagaimana cara penyusunannya?

Jawab:

Oleh karena urutan tidak diperhatikan maka susunan yang dapat dibentuk: ab = ba, ac = ca, dan bc = cb,

dengan demikian hanya terdapat 3 susunan yaitu

ab ac bc

pilihan yang dilakukan dengan cara seperti itu disebut kombinasi 2 unsur yang diambil dari 3 unsur yang tersedia.

Jadi, kombinasi dapat didefinisikan sebagai berikut:

Kombinasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia (tiap unsur berbeda) adalah suatu pilihan dari r unsur tanpa memperhatikan urutannya ( r ≤ n )

Secara umum,

untuk menentukan banyak kombinasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia ditentukan dengan rumus:

!

! !

Dengan syarat dimana r ≤ n Ket:

n = banyaknya unsur yang tersedia r = banyaknya unsur yang diambil


(54)

37 

 

E. Keaktifan Siswa

Keaktifan belajar siswa merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses pembelajaran di kelas. Kata keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat ( bekerja, berusaha) yang kemudian mendapatkan awalan Ke – dan akhiran –an kemudian menjadi kata keaktifan yang artinya kegiatan, kesibukan. Keaktifan di sini dimaksudkan sebagai segala aktifitas atau kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Erna F. Aries (2009) indikator keaktifan siswa yang dapat dijadikan penilaian dalam penelitian adalah sebagai berikut:

• Perhatian siswa terhadap penjelasan guru

• Kerjasama dalam kelompok

• Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli

• Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal

• Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok

• Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat

• Memberikan gagasan yang cemerlang

• Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang

• Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain

• Memanfaatkan potensi anggota kelompok


(55)

Dalam metode Number Heads Together, keaktifan juga sangat ditekankan kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa tidak selalu bergantung kepada penjelasan guru sehingga siswa dapat juga mencari sumber belajar dari teman – temannya di kelas atau mencari sumber belajar lain yang relevan. Keaktifan yang ditekankan dalam metode Number Heads Together adalah sebagai berikut:

• Siswa aktif dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas

• Memberikan kesempatan bertanya dan berpendapat kepada teman baik dalam diskusi kelompok maupun dalam diskusi kelas.

• Mendengarkan dengan baik ketika teman bertanya atau berpendapat dalam diskusi kelompok maupun dalam diskusi kelas

• Menanggapi ketika ada teman yang bertanya baik dalam diskusi kelas maupun dalam diskusi kelompok.

• Mengerjakan soal latihan atau pertanyaan yang diberikan oleh guru atau yang ada di lembar kerja siswa.

Penilaian yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Keaktifan siswa dalam kelompok, meliputi aspek - aspek sebagai berikut: 1. Bertanya yaitu siswa anggota kelompok bertanya kepada guru atau

bertanya kepada siswa lain dalam kelompoknya tentang materi atau tentang soal yang masih belum dipahami


(56)

39 

 

2. Berpendapat yaitu siswa anggota kelompok mengajukan ide atau gagasan kepada teman sekelompoknya dalam menjawab soal atau memahami materi

3. Mendengarkan yaitu siswa anggota kelompok mendengarkan siswa lain dalam kelompoknya pada saat bertanya atau pada saat mengungkapkan pendapat

4. Menanggapi yaitu siswa anggota kelompok menanggapi pertanyaan atau pendapat yang telah disampaikan siswa lain dalam kelompoknya. 5. Penugasan yaitu siswa anggota kelompok dapat mengerjakan,

menyelesaikan dan mengumpulkan tugas tepat pada waktunya.

• Keaktifan siswa dalam diskusi kelas, meliputi aspek - aspek sebagai berikut:

1. Presentasi yaitu salah satu siswa dalam kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan teman sekelompoknya

2. Mendengarkan yaitu siswa mendengarkan dengan seksama ketika ada siswa dari kelompok lain bertanya atau mengutarakan pendapat dalam diskusi kelas

3. Menanggapi yaitu siswa menanggapi pertanyaan atau pendapat siswa kelompok lain yang bertanya atau berpendapat saat diskusi kelas 4. Bertanya yaitu siswa bertanya kepada siswa kelompok lain yang

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, juga bertanya kepada guru jika ada kesalahan penyelesaian LKS yang dilakukan oleh kelompok lain.


(57)

5. Berpendapat yaitu siswa mengutarakan pendapat saat kelompok lain mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Dalam penelitian ini, ada beberapa aspek yang diambil peneliti untuk menentukan keaktifan siswa di kelas baik itu dalam diskusi kelompok maupun dalam diskusi kelas. Aspek ini harus muncul ketika pembelajaran dikelas, sehingga nanti akan dapat digunakan untuk penentuan keaktifan siswa di kelas. Aspek - aspek yang diambil untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berpendapat yaitu siswa anggota kelompok dapat mengajukan ide atau gagasan baik pada saat diskusi kelompok maupun saat diskusi kelas dalam menjawab soal atau memahami materi. Aspek ini diperlukan karena dengan siswa berpendapat dalam diskusi kelompok ataupun diskusi kelas, maka siswa cenderung akan dapat menemukan strategi baru dalam pemecahan masalah.

2. Mendengarkan yaitu siswa anggota kelompok mendengarkan siswa lain baik saat diskusi kelompok maupun saat diskusi kelas pada saat bertanya atau pada saat mengungkapkan pendapat. Aspek ini diperlukan karena dengan mendengarkan, siswa dapat memberikan respon positif kepada temannya untuk menanggapi apa yang diutarakan oleh temannya dalam diskusi kelompok atau diskusi kelas. Mendengarkan juga melatih siswa untuk menghargai dan menghormati temannya yang menyampaikan pendapat atau pertanyaan saat diskusi kelompok ataupun diskusi kelas.


(58)

41 

 

3. Menanggapi yaitu siswa anggota kelompok menanggapi pertanyaan atau pendapat yang telah disampaikan siswa lain saat diskusi kelompok atau saat diskusi kelas. Aspek ini diperlukan karena dengan menanggapi pertanyaan atau pendapat yang disampaikan oleh siswa lain, maka siswa dapat belajar bagaimana memberikan respon positif untuk menjawab pertanyaan maupun pendapat yang diutarakan oleh temannya sekelompok. Misalnya, apakah pendapat yang diutarakan oleh temannya tersebut cocok untuk diterapkan dalam pemecahan masalah.

F. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar adalah merupakan suatu alat ukur, untuk mengukur keberhasilan siswa dalam suatu proses pembelajaran. Menurut Sudjana ( 2010:3 ) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang timbul misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari. Tingkat pencapaian hasil belajar oleh siswa disebut hasil belajar.

Menurut Mudjiono dan Dimyati (2006:200-201) hasil belajar pada akhirnya akan ditujukan dan difungsikan untuk keperluan berikut:

a. Untuk diagnostik dan pengembangan yaitu hasil belajar digunakan sebagai dasar pendiagnosisan kelemahan dan keunggulan siswa beserta sebab – sebabnya.


(59)

b. Untuk seleksi yaitu hasil belajar dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan siswa – siswa yang paling cocok dengan jenis jabatan atau jenis pendidikan tertentu.

c. Untuk kenaikan kelas yaitu hasil belajar dapat digunakan guru untuk membuat keputusan kenaikan kelas berdasarkan aturan yang berlaku.

d. Untuk penempatan yaitu hasil belajar dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk penempatan siswa dalam kelompok.

Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa atau kemampuan siswa dalam suatu pokok bahasan, guru biasanya mengadakan test hasil belajar. Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti suatu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai program pengajaran. Skor tersebut harus sesuai dengan batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh masing – masing sekolah.

Dalam penelitian ini, batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang digunakan oleh SMA Pangudi Luhur Sedayu adalah sebagai berikut:

• Siswa dinyatakan telah tuntas belajar bila telah mencapai skor ≥ 77 atau 77 %

• Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar, jika di kelas tersebut terdapat ≥ 80 % siswa telah mencapai nilai ≥ 77

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar matematika adalah suatu alat ukur yang dihasilkan dari perubahan siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu terhadap proses pembelajaran matematika di kelas, yang


(60)

43 

 

diukur dengan menggunakan test dan dinyatakan dalam bentuk skor yang sesuai dengan batas kriteria ketuntasan minimal.

G. Kerangka Berpikir

Ciri khas dari NHT adalah penomoran yang diberikan kepada siswa masing – masing anggota kelompok, yang mana nomor tersebut merupakan nomor soal yang menjadi tanggung jawab masing – masing individu. NHT sangat menekankan keaktifan siswa dan tanggung jawab siswa secara individu dan secara kelompok. Metode NHT mengajak siswa masing – masing anggota kelompok untuk bekerja sama dan saling membantu dalam proses pembelajaran dan juga dalam proses menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru. Keaktifan siswa akan muncul di sini, karena pada saat diskusi kelompok siswa dituntut untuk menyatukan kepala (pemikiran) “Heads together” bersama dengan teman-temannya sesama anggota kelompok. Keaktifan juga muncul ketika diskusi kelas, mereka dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa (dengan nomor tertentu) yang maju di depan dan siswa yang ada di depan menjelaskan kepada siswa yang belum jelas dengan pemecahan soal. Penilaian hasil belajar siswa akan diperoleh melalui tes akhir, dimana tes ini nanti akan dinilai dan nilai tersebut digunakan untuk penentu apakah siswa tersebut telah berhasil memenuhi KKM atau belum. Penilaian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah siswa tersebut telah menguasai materi atau belum. Dari penilaian tersebut nantinya juga akan dicari nilai rata – rata siswa secara keseluruhan, kemudian


(61)

dicari apakah kelas tersebut sudah tuntas secara klasikal sesuai dengan standar yang diberikan oleh sekolah atau belum.

Berangkat dari pemikiran tersebut, peneliti kemudian mengadakan penelitian di kelas XI IPS 1 dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode pembelajaran Number Heads Together (NHT). Keberhasilan pembelajaran dengan metode ini dapat dilihat dari bagaimana siswa dapat secara aktif bekerja dalam kelompoknya untuk bersama – sama menyatukan pikiran untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Sehingga diharapkan melalui metode NHT ini dapat membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal.


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang menekankan pada keadaan yang seadanya dan berusaha mengungkapkan fenomena-fenomena yang ada dalam keadaan tersebut. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk keperluan skoring, analisis hasil uji coba tes, pembagian kelompok secara heterogen yang diperoleh dari hasil tes penempatan, perhitungan hasil belajar siswa ditentukan melalui hasil penilaian test akhir.

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian dilakukan di SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pertengahan semester ganjil yaitu awal bulan Oktober. Pada awal semester ganjil yaitu tahap observasi dan diadakan uji coba instrumen, sedangkan pada pertengahan semester ganjil yaitu bulan Oktober tahun ajaran 2012/2013 proses kegiatan belajar mengajar menggunakan metode Number Head Together dan akan dicari seberapa tinggi hasil belajar dan keaktifan siswa.

C. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2012/2013. Jumlah siswa di kelas XI IPS 1 adalah 37 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki – laki dan 17 siswa perempuan. Kelas yang


(63)

digunakan untuk penelitian adalah kelas XI IPS 1 dengan pertimbangan siswa di kelas ini memiliki kemampun akademik yang heterogen. Melalui pertimbangan tersebut maka penelitian dilakukan di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi dan kombinasi. D. Bentuk Data

Ada dua macam data yang akan diambil dalam penelitian ini:

1. Data keaktifan siswa akan diperoleh secara kuantitatif dengan melalui perhitungan frekuensi jumlah keaktifan yang muncul dalam setiap aspek. Untuk memperoleh nilai frekuensinya akan dilakukan dengan cara pengamatan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa yang diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung baik keaktifan dalam diskusi kelompok yang meliputi aspek: bertanya; berpendapat; mendengarkan; menanggapi; dan penugasan, serta keaktifan dalam diskusi kelas yang meliputi aspek: presentasi; mendengarkan; menanggapi; bertanya; berpendapat.

2. Data hasil belajar siswa diambil dari tes akhir yang berupa soal – soal yang disusun sesuai dengan indikator. Indikator tersebut dikembangkan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah dituliskan pada bab sebelumnya. Tes akhir digunakan untuk mengetahui seberapa tinggi hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Number Head Together pada pembelajaran peluang.


(64)

47

E. Metode Pengumpulan Data

1. Untuk data keaktifan siswa diperoleh melalui:

• Pengamatan / Observasi

Pengamatan keaktifan siswa dilakukan pada saat diskusi kelompok dan keaktifan siswa dalam diskusi kelas. Dalam penelitian ini, peneliti meminta bantuan observer yang berasal dari teman peneliti untuk mengamati pelaksanaan metode pembelajaran Number Head Together. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer kemudian ditulis dalam lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti.

• Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh hasil data yang dapat digunakan untuk melengkapi data penelitian. Wawancara hanya dilakukan kepada siswa saja karena dalam hal ini yang terlibat dalam pembelajaran di kelas adalah siswa dan peneliti sedangkan guru tidak terlibat sepenuhnya dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa yang dipilih nantinya ada 6 siswa dengan kriteria yaitu: siswa yang memiliki keaktifan tinggi, sedang, rendah dan siswa yang memiliki hasil belajar tinggi, sedang dan rendah. Siswa tersebut yang akan mewakili teman – teman sekelasnya untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Wawancara ini juga digunakan untuk melihat keefektifan pembelajaran menggunakan metode NHT sehingga untuk lebih meyakinkan bahwa metode NHT efektif digunakan untuk menunjang pembelajaran di kelas.


(65)

2. Untuk data hasil belajar siswa, dikumpulkan melalui hasil tes akhir. Hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui nilai tertinggi, nilai terendah dan rata – rata nilai yang diperoleh siswa.

F. Instrumen Pembelajaran

Rancangan pembelajaran dalam penelitian ini berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun oleh peneliti dan mengacu pada pembelajaran yang menggunakan metode Number Head Together. RPP disusun dengan pertimbangan – pertimbangan pokok yang utama yaitu berdasarkan materi tentang pembelajaran peluang yang meliputi aturan perkalian, permutasi dan kombinasi. Materi tersebut disusun berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang digunakan oleh sekolah SMA Pangudi Luhur Sedayu. RPP ini juga dikembangkan berdasarkan langkah – langkah yang sesuai dengan metode Number Heads Together. Dalam RPP yang dibuat oleh peneliti disebutkan pula bagaimana cara peneliti membagi kelompok dan memberikan penomoran pada masing – masing kelompok dimana kelompok dan penomoran tersebut merupakan salah satu ciri pembelajaran menggunakan metode Number Heads Together. Apersepsi juga peneliti cantumkan dalam RPP dimana apersepsi tersebut digunakan oleh peneliti untuk mengawali pembelajaran sebelum memasuki materi inti. RPP untuk setiap pertemuan dapat dilihat pada lampiran.


(1)

.it i:

fI":'*i.'

-1

, --*i

1,.

/

1trfia-/.1-96-g/

,

J,e

t1l -

is

-

i&q)

is

---

3

t

-'

i,l

arc

__

tt

*_al

I

1l

x

il

fld

rP

euvfi

a.Pasal

rt

@

l

E 0l

i

F-."o;

ii

: rr

;,:

'at.

,o

rT

!?3

f//-?fu

,,.t7

l5

{5-L)g

J,A

' LJ

j

+,

I

14ir

!4nl

sou

tlwo)

_ f.r

-

^,

I

1-4'b/'9

z

,; . i, , irii.

il-''#'tt1V

,'a-Z't"E

'f

i.i-?A

-?

-

(7-5W

a

-.-J-

O z1

ia

=

qJ

G

u+nl

snutgwof

.l

Q4=

t'z'7'h.5"

i9

=

ol

.

-

talt

i3

7=t4

ji

ro

LV

N

Atl

s

8

'E.Al

-',

q

t(t-1)

=

r'

(,-

uJ

flu,l$.;

!

_

,'tL

_

;qe-ot)

i0l

r nl


(2)

 


(3)

217

DOKUMENTASI SELAMA PENELITIA


(4)

(5)

vi

ABSTRAK

Florentina Savic Erna Setyaningrum. 2013. Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together Pada Pembelajaran Materi Peluang di Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2012 / 2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui: (1) seberapa tinggi keaktifan siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together; (2) seberapa tinggi hasil belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together.

Penelitian ini termasuk penelitian campuran (kualitatif deskriptif dan kuantitatif), Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 37 siswa. Materi yang diambil dalam penelitian ini adalah peluang pada topik aturan perkalian, permutasi dan kombinasi. Data yang diambil untuk penelitian ini adalah keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Number Heads Together. Pengumpulan data diperoleh melalui lembar pengamatan dan wawancara untuk mengetahui keaktifan siswa dengan diterapkannya metode Number Heads Together dan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan diterapkanya metode Number Heads Together. Alat ukur untuk keaktifan siswa adalah lembar pengamatan keaktifan siswa yang terdiri dari 18 kriteria yaitu 10 kriteria keaktifan siswa selama diskusi kelompok dan 8 kriteria keaktifan siswa selama diskusi kelas, sedangkan data hasil belajar siswa diperoleh dengan menggunakan tes akhir yang sesuai. Data keaktifan siswa dianalisis dengan cara penskoran, dimana skor tertinggi adalah 46, skor tersebut diolah untuk menentukan jumlah maupun jenis frekuensi untuk setiap pertemuan dan rata – rata untuk seluruh pertemuan. Data hasil belajar siswa dianalisis untuk menentukan tingkat ketuntasan siswa, rata – rata kelas, nilai tertinggi dan terendah.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan: (1) Rata-rata keaktifan siswa secara keseluruhan adalah sebagai berikut: 0% kriteria sangat tinggi, 4,06% kriteria tinggi, 34,24% kriteria cukup, 31,53% kriteria rendah dan 30,18% masuk dalam kriteria sangat rendah; (2) Hasil belajar siswa setelah proses penelitian dengan diterapkanya metode Number Heads Together dikatakan tidak tuntas secara klasikal. Nilai rata – rata yang diperoleh siswa hanya sebesar 69,5 dari acuan KKM yang digunakan untuk pembelajarann matematika adalah 77. Prosentase ketuntasan siswa hanya sebesar 37,8% dari yang ditargetkan 80%. Dari data hasil belajar juga diperoleh siswa dengan nilai tertinggi yaitu 97,9 dan nilai terendahnya sebesar 33,3.


(6)

vii

ABSTRACT

Florentina Savic Erna Setyaningrum. 2013. Utilization Cooperative Learning Models Type of Numbered Heads Together On Learning Content Opportunities in Class XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu Academic Year 2012/2013. Thesis. Mathematic Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The research in this thesis aims to find out: (1) how high the activity of the students in class XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu on learning opportunities on topics with material rules of multiplication, permutations, and combinations using

Number Heads Together; (2) how high the learning outcomes of students in class XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu on learning opportunities on topics with material rules of multiplication, permutations, and combinations using Number Heads Together.

This research includes research of mixed (qualitative and quantitative descriptive). The subject of this research is the students of XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu academic year 2012/2013 which amounted to 37 students. The material is taken in this research is an opportunity on the topics of rules of multiplication, permutations and combinations. The data collected for this research is the activity of students and student learning outcomes by using the method Number Heads Together. The collection of data obtained through observation and interview sheet to find out the activity of the students with implementing the method Number Heads Together and the final test to determine student learning outcomes with used method Number Heads Together. Measuring instrument for student observation sheet is the liveliness of the liveliness of students consists of 18 criteria i.e. 10 criteria for students activity in discussion group and 8 criteria for students activity discussion class, while data on student learning results obtained using the end of the test. The Data may be analyzed by means of students scoring, where the highest score is 46, the score is processed to determine the amount and type of frequency for any meeting, and the median income for all meetings. Student learning outcome data are analyzed to determine the level of students mastery, an average classroom, the highest value and lowest.

From the results of the analysis can be concluded: (1) the average student overall activity is as follows: 0% very high criteria, 4.06% high criteria, 34.24% criteria enough, 31,53% low criteria and 30,18% enter in very low criteria; (2) Student learning outcomes after the process of research with used Number Heads Together method in a classical space. The averages value obtained students only of 69.5 of the KKM reference used to mathematics learning is 77. Percentage of students mastery of only 37.8% of the targeted 80%. From the results of the study data also obtained the student with the highest value of 97,9 and the lowest value of 33.3.


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe stad terhadap penguasaan konsep siswa pada materi bunyi

1 56 180

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square pada materi ruang dimensi tiga untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Baubau

1 3 12

Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (st

0 0 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran

0 0 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Metode Penelitian - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun

0 0 17

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Belajar - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajara

0 0 24

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. PEMBAHASAN - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2

0 0 24