School connectedness diukur menggunakan skala school connectedness yang disusun menggunakan 3 dimensi yang dikemukakan oleh Connell dan
Wellborn dalam Stracuzzi dan Mills, 2010 yakni : a. Dukungan Sosial
Dukungan sosial diukur melalui indikator siswa mau mencari solusi permasalahan dengan guru atau staf sekolah; siswa mengetahui guru menyukai
atau tidak menyukai perilaku siswa; guru menerima pendapat siswa dari berbagai sudut pandang tanpa harus membedakan suku, agama maupun gender.
b. Rasa Memiliki Rasa memiliki diukur melalui indikator siswa menerima perilaku yang adil
tanpa dibeda-bedakan dari suku, agama maupun gender di sekolah. Selain itu siswa bangga menjadi bagian dari sekolah, siswa merasa senang untuk berada di
sekolah, siswa saling menghormati satu sama lain, serta siswa berusaha menjaga baik nama sekolah.
c. Keterlibatan Keterlibatan diukur melalui indikator siswa terlibat aktif dalam kegiatan
sekolah, siswa mampu mengungkapkan pendapat dengan nyaman kepada guru, siswa mematuhi peraturan dan kebijakan yang diterapkan di sekolah.
Total skor pada skala school connectedness menunjukkan tingkat keyakinan siswa terhadap kepedulian guru dan staf sekolah mengenai kemampuan
akademik maupun mereka sebagai individu. Hasil pada skala ini menunjukkan bila semakin tinggi perolehan skor maka semakin tinggi tingkat school
connectedness pada siswa yang berarti semakin yakin siswa bahwa guru dan staf
sekolah mempedulikan mereka baik secara akademik maupun sebagai individu. Sebaliknya, semakin rendah perolehan skor maka semakin rendah tingkat school
connectedness pada siswa yang berarti siswa tidak meyakini bahwa guru dan staf sekolah mempedulikannya secara akademik maupun sebagai individu.
2. Iklim Sekolah
Iklim sekolah diartikan suasana yang merupakan hasil dari interaksi timbal balik antara seluruh orang-orang yang ada di sekolah meliputi siswa, guru, serta
sraf sekolah serta melibatkan suasana lingkungan fisik sekolah seperti ukuran gedung sekolah dan fasilitas yang tersedia
.
Iklim sekolah akan diukur berdasarkan persepsi siswa-siwa SMA Harapan I Medan melalui skala iklim sekolah. Skala
iklim sekolah disusun berdasarkan dimensi iklim sekolah yang dikemukakan oleh Thapa 2012, yakni:.
a. Keamanan Keamanan diukur melalui indikator sejauh mana siswa mempersepsikan
sekolah merupakan tempat yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi siswa, aturan-aturan yang di sekolah dibuat secara adil dan demi kepentingan siswa,
siswa mau untuk mematuhi peraturan di sekolah, siswa tidak memicu keributan di sekolah.
b. Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal diukur melalui indikator siswa mempersepsikan
bahwa siswa mau saling membantu sama lain, siswa tidak membedakan antara suku, agama, dan gender satu sama lain, siswa memiliki hubungan yang baik
dengan para guru dan staf, siswa mengetahui batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
c. Proses Belajar dan Mengajar Proses belajar dan mengajar diukur melalui indikator siswa mengikuti
proses belajar dengan baik, siswa mampu bekerja kelompok maupun bekerja secara individu, siswa menggunakan kesempatan yang diberikan guru untuk
bertanya ataupun melakukan diskusi, guru mampu menjelaskan materi dengan jelas sehingga siswa menjadi paham, guru mengetahui kekurangan maupun
kelebihan siswa dalam mengikuti proses belajar. d. Lingkungan Institusional
Lingkungan institusional diukur melalui indikator sekolah memberikan fasilitas bagi siswa untuk mempermudah aktivitas di sekolah, siswa
memanfaatkan fasilitas yang diberikan sekolah dengan baik, siswa saling berbagi dalam menggunakan fasilitas yang ada di sekolah, siswa tidak merusak fasilitas
yang ada di sekolah, gedung sekolah yang tidak rapuh, serta kebersihan lingkungan sekolah yang terjaga.
Iklim sekolah dapat dilihat dari skor nilai yang diperoleh dari skala iklim sekolah. Total skor iklim sekolah menunjukkan persepsi siswa terhadap iklim
sekolah. Oleh karena itu, jika semakin tinggi nilai skala, maka semakin positif pula persepsi siswa terhadap iklim sekolah yang berarti sekolah merupakan
tempat yang aman, nyaman, serta hubungan interpersonal yang suportif. Demikian pula sebaliknya, jika semakin rendah nilai skala, maka semakin negatif pula
persepsi siswa terhadap iklim sekolah yang berarti sekolah merupakan tempat