School connectedness diukur menggunakan skala school connectedness yang disusun menggunakan 3 dimensi yang dikemukakan oleh Connell dan
Wellborn dalam Stracuzzi dan Mills, 2010 yakni : a. Dukungan Sosial
Dukungan sosial diukur melalui indikator siswa mau mencari solusi permasalahan dengan guru atau staf sekolah; siswa mengetahui guru menyukai
atau tidak menyukai perilaku siswa; guru menerima pendapat siswa dari berbagai sudut pandang tanpa harus membedakan suku, agama maupun gender.
b. Rasa Memiliki Rasa memiliki diukur melalui indikator siswa menerima perilaku yang adil
tanpa dibeda-bedakan dari suku, agama maupun gender di sekolah. Selain itu siswa bangga menjadi bagian dari sekolah, siswa merasa senang untuk berada di
sekolah, siswa saling menghormati satu sama lain, serta siswa berusaha menjaga baik nama sekolah.
c. Keterlibatan Keterlibatan diukur melalui indikator siswa terlibat aktif dalam kegiatan
sekolah, siswa mampu mengungkapkan pendapat dengan nyaman kepada guru, siswa mematuhi peraturan dan kebijakan yang diterapkan di sekolah.
Total skor pada skala school connectedness menunjukkan tingkat keyakinan siswa terhadap kepedulian guru dan staf sekolah mengenai kemampuan
akademik maupun mereka sebagai individu. Hasil pada skala ini menunjukkan bila semakin tinggi perolehan skor maka semakin tinggi tingkat school
connectedness pada siswa yang berarti semakin yakin siswa bahwa guru dan staf
sekolah mempedulikan mereka baik secara akademik maupun sebagai individu. Sebaliknya, semakin rendah perolehan skor maka semakin rendah tingkat school
connectedness pada siswa yang berarti siswa tidak meyakini bahwa guru dan staf sekolah mempedulikannya secara akademik maupun sebagai individu.
2. Iklim Sekolah
Iklim sekolah diartikan suasana yang merupakan hasil dari interaksi timbal balik antara seluruh orang-orang yang ada di sekolah meliputi siswa, guru, serta
sraf sekolah serta melibatkan suasana lingkungan fisik sekolah seperti ukuran gedung sekolah dan fasilitas yang tersedia
.
Iklim sekolah akan diukur berdasarkan persepsi siswa-siwa SMA Harapan I Medan melalui skala iklim sekolah. Skala
iklim sekolah disusun berdasarkan dimensi iklim sekolah yang dikemukakan oleh Thapa 2012, yakni:.
a. Keamanan Keamanan diukur melalui indikator sejauh mana siswa mempersepsikan
sekolah merupakan tempat yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi siswa, aturan-aturan yang di sekolah dibuat secara adil dan demi kepentingan siswa,
siswa mau untuk mematuhi peraturan di sekolah, siswa tidak memicu keributan di sekolah.
b. Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal diukur melalui indikator siswa mempersepsikan
bahwa siswa mau saling membantu sama lain, siswa tidak membedakan antara suku, agama, dan gender satu sama lain, siswa memiliki hubungan yang baik
dengan para guru dan staf, siswa mengetahui batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
c. Proses Belajar dan Mengajar Proses belajar dan mengajar diukur melalui indikator siswa mengikuti
proses belajar dengan baik, siswa mampu bekerja kelompok maupun bekerja secara individu, siswa menggunakan kesempatan yang diberikan guru untuk
bertanya ataupun melakukan diskusi, guru mampu menjelaskan materi dengan jelas sehingga siswa menjadi paham, guru mengetahui kekurangan maupun
kelebihan siswa dalam mengikuti proses belajar. d. Lingkungan Institusional
Lingkungan institusional diukur melalui indikator sekolah memberikan fasilitas bagi siswa untuk mempermudah aktivitas di sekolah, siswa
memanfaatkan fasilitas yang diberikan sekolah dengan baik, siswa saling berbagi dalam menggunakan fasilitas yang ada di sekolah, siswa tidak merusak fasilitas
yang ada di sekolah, gedung sekolah yang tidak rapuh, serta kebersihan lingkungan sekolah yang terjaga.
Iklim sekolah dapat dilihat dari skor nilai yang diperoleh dari skala iklim sekolah. Total skor iklim sekolah menunjukkan persepsi siswa terhadap iklim
sekolah. Oleh karena itu, jika semakin tinggi nilai skala, maka semakin positif pula persepsi siswa terhadap iklim sekolah yang berarti sekolah merupakan
tempat yang aman, nyaman, serta hubungan interpersonal yang suportif. Demikian pula sebaliknya, jika semakin rendah nilai skala, maka semakin negatif pula
persepsi siswa terhadap iklim sekolah yang berarti sekolah merupakan tempat
yang tidak nyaman, sistem aturan yang tidak konsisten, serta lingkungan belajar yang tidak efektif.
C. POPULASI, SAMPEL, DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL
1. Populasi dan Sampel
Menurut Hadi 2000, populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama. Sementara sampel adalah
sebagian dari populasi yang digunakan untuk menentukan sifat-sifat serta ciri-ciri yang dikendalikan dari populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA
Harapan I Medan yang berjumlah 626 orang. Rincian jumlah populasi disajikan pada tabel 1.
Menurut Azwar 2012 bahwa statistika menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Namun semakin heterogen populasi
maka semakin banyak sampel yang harus diambil. Pada penelitian jumlah sampel penelitian adalah 152 siswa SMA Harapan I Medan.
Tabel 1. Jumlah Populasi Penelitian No
Kelas Jumlah
1 XII IPA 1
38 siswa 2
XII IPA 2 36 siswa
3 XII IPA 3
37 siswa 4
XII IPA 4 36 siswa
5 XII IPA 5
34 siswa 6
XII IPS 1 39 siswa
7 XII IPS 2
40 siswa 8
XI IPA 1 29 siswa
9 XI IPA 2
29 siswa 10
XI IPA 3 24 siswa
11 XI IPA 4
27 siswa 12
XI IPA 5 26 siswa
13 XI IPS 1
38 siswa 14
X IPA 1 37 siswa
15 X IPA 2
36 siswa
16 X IPA 3
36 siswa 17
X IPA 4 36 siswa
18 X IPS 1
23 siswa 19
X IPS 2 25 siswa
TOTAL 626 siswa
2. Metode Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang
sesuai, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar benar- benar mewakili populasi Hadi, 2000. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik non random stratified yakni populasi terdiri dari kelompok-kelompok yang mempunyai susunan bertingkat tetapi tidak semua
individu dalam populasi memliki peluang yang sama untuk dijadikan menjadi anggota sampel. Pada saat penelitian dilakukan, siswa-siswa SMA Harapan I
Medan sedang menjalani ujian tengah semester. Oleh sebab itu, peneliti tidak bisa mengambil data pada kelas-kelas yang sedang menjalankan ujian sehingga tidak
semua kelas mendapatkan peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Adapun kelas-kelas yang menjadi subjek penelitian disajikan dalam tabel 2
berikut: Tabel 2. Jumlah Subjek Penelitian Setiap Tingkatan Kelas
No Kelas
Jumlah 1
XII IPA 3 35 siswa
2 XII IPS 2
34 siswa 3
XI IPA 2 28 siswa
4 XI IPS 1
34 siswa 5
X IPS 1 21 siswa
Total 152 siswa
D. ALAT UKUR
Alat ukur merupakan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti
Hadi, 2000. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode skala. Menurut Hadi 2000, skala psikologis merupakan
suatu alat ukur dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal
memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Pada penelitian ini terdapat 2 skala yang digunakan yakni skala school connectedness dan skala iklim sekolah.
1. Skala School Connectedness
Skala school connectedness disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Blum 2002 yakni dukungan sosial, rasa memiliki, and keterlibatan. Model
skala dibuat berdasarkan model skala Likert. Setiap aitem terdiri dari pernyataan dengan empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai SS, Sesuai S, Tidak Sesuai
TS, Sangat Tidak Sesuai STS. Skala disajikan dalam bentuk pernyataan yang mendukung favorable dan tidak mendukung unfavorable. Nilai setiap pilihan
bergerak dari 0 sampai 3. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu: SS = 3, S = 2, TS = 1, STS = 0. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan
unfavorable yaitu: SS = 0, S = 1, TS = 2, STS = 3 . Hasil dari skala school connectedness dibagi ke dalam 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Kategorisasi berdasarkan norma di tabel 3 berikut Azwar, 2012 :
Tabel 3. Kategorisasi Norma Nilai School Connectedness
Rentang Nilai Kategorisasi
X ≥ mean hipotetik + 1.0 SD hipotetik Tinggi
mean hipotetik - 1.0 SD hipotetik ≤ X
mean hipotetik + 1.0 SD hipotetik Sedang
X ≤ mean hipotetik - 1.0 SD hipotetik
Rendah
Penyusunan alat ukur school connectedness akan dijabarkan dengan lebih jelas dalam bentuk blueprint yang disajikan pada tabel 4:
Tabel 4. Blueprint Skala School Connectedness No
Aspek Indikator
F UF
Jumlah 1
Dukungan Sosial
a. Siswa memiliki hubungan dekat atau akrab dengan
guru dan staf lainnya b. Siswa
mencari solusi
permasalahan dengan guru atau staf sekolah
c. Guru dan staf mendukung siswa
mengekspresikan pendapat
dari berbagai
sudut pandang
tanpa membedakan suku, agama
maupun gender. 8
4 12
2 Rasa Memiliki a. Siswa merasa diterima di
sekolah tanpa
dibeda- bedakan dari suku, agama,
gender, maupun
kelas sosial.
b. Siswa merasa
bangga menjadi
bagian dari
sekolah. c. Siswa
merasa senang
untuk berada di sekolah. d. Siswa berusaha menjaga
baik nama sekolah . 9
7 16
3 Keterlibatan
a. Siswa terlibat aktif dalam aktivitas sekolah.
b. Siswa mengungkapkan
pendapat atau pertanyaan dengan nyaman kepada
guru
c. Siswa mematuhi peraturan dan
kebijakan yang
diterapkan di sekolah 6
6 12
Total
40
2. Skala Iklim Sekolah
Skala iklim sekolah yang disusun berdasarkan dimensi yang dikemukakan oleh Thapa 2012 yakni keamanan, hubungan interpersonal, proses belajar dan
mengajar, dan lingkungan institusional. Bentuk format respon dan skor setap item sama dengan skala school connectedness. Hasil skoring pada iklim sekolah akan
dibagi ke dalam 2 kategori yakni positif dan negatif. Kategorisasi dilakukan dengan menentukan nilai standard error Se terlebih dahulu. Nilai tersebut akan
memberi kecermatan hasil pengukuran karena dapat menentukan fluktuasi dari skala iklim sekolah. Semakin besar nilai standard error maka hasil pengukuran
semakin tidak dapat dipercaya. Berikut rumus standard error Azwar, 2012 : Se = S
x
√ 1-r
xx
’ Keterangan:
Se = Standard error dalam pengukuran S
x
= Standar deviasi skor R
xx
= Koefisien reliabilitias Selanjutnya agar dapat mengestimasi fluktuasi skor berdasarkan besarnya
standard skor, yakni : X ± Z
α2 Se Keterangan:
Z α2 = nilai Z setelah tingkat kepercayaan dibagi 2.
Se = Standard error Penyusunan alat ukur iklim sekolah akan dijabarkan dengan lebih jelas
dalam bentuk blueprint yang disajikan pada tabel 5:
Tabel 5. Blueprint Skala Iklim Sekolah No
Aspek Indikator
F UF
Jumlah 1
Keamanan a. Sekolah merupakan tempat
yang aman bagi siswa. b. Sekolah
memiliki aturan
yang adil dan jelas mengenai kekerasan fisik, verbal, serta
pelecehan. 5
3 8
2 Hubungan
Interpersonal a. Siswa
mau saling
mempedulikan dan
membantu sama lain. b. Siswa memiliki hubungan
yang baik dengan para guru dan staf.
4 4
8
3 Proses
Belajar dan Mengajar
a. Siswa mampu
bekerja kelompok maupun bekerja
secara individu b. Siswa mampu memahami
materi, memperhatikan
penjelesan guru,
mengerjakan tugas
yang diberikan
dengan usaha
sendiri, mencapai
target pencapaian akademik.
c. Guru mampu menjelaskan materi dan tugas dengan jelas
sehingga siswa
menjadi paham
5 7
12
4 Lingkungan
Institusional a. Sekolah memberikan fasilitas
layak bagi
siswa untuk
mempermudah aktivitas di sekolah.
b. siswa memanfaatkan
dan saling berbagi fasilitas yang
diberikan sekolah dengan baik
c. Siswa tidak merusak dan menjaga fasilitas yang ada di
sekolah. d. gedung sekolah yang tidak
rapuh dan
kebersihan lingkungan
sekolah yang
terjaga. 7
9 16
Total 44
E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR
1. Validitas
Validitas merupakan derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas suatu tes tidak begitu saja melekat pada tes itu
sendiri, tetapi tergantung penggunaan dan subjeknya. Sedangkan reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat
dipercaya Azwar, 2013. Ada 2 validitas yang diperhatikan pada alat ukur penelitian yakni validitas
tampang dan validitias isi. Validitas tampang diwujudkan dengan penyajian alat ukur yang rapih dan jelas. Sedangkan validitas isi merupakan validitas yang
diestimasi lewat penyajian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement Azwar, 2013. Professional judgment dalam penelitian
ini adalah dosen sebagai pembimbing dalam penelitian. Penggunaan blueprint sangat membantu untuk tercapainya validitas konten suatu alat ukur karena
memuat cakupan isi yang hendak diungkap.
2. Reliabilitas
Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi butir-butir pernyataan tes dalam menjalankan
fungsi ukurnya secara bersama-sama Azwar, 2013. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien realibilitas rxx` berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Koefisien
reliabilitas yang semakin mendekati angka satu menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti
semakin rendah reliabilitas yang dimiliki Azwar, 2012.
3. Uji Daya Beda Aitem
Peneliti juga melakukan uji daya beda aitem. Daya beda suatu alat ukur dalam penelitian sangat diperlukan karena dapat diketahui seberapa cermat suatu
alat ukur melakukan fungsinya. Daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut
yang diukur. Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 15.0 for windows untuk mendapatkan koefisien korelasi antara
distribusi skor aitem dengan distribusi skor skala. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi aitem-total r
ix
. Kriteria pemilihan aitem adalah menggunakan batasan daya beda aitem r
ix
≥ 0.25. Aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.25 dipakai dalam pengukuran selanjutnya. Sedangkan, aitem yang
memiliki r
ix
≤ 0.25 dinterpretasikan memiliki daya beda aitem rendah dan tidak dipakai untuk pengukuran selanjutnya Azwar, 2012.
F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR
1. Hasil Uji Coba Skala School Connectedness
Uji coba skala school connectedness dilakukan terhadap 93 orang siswa kelas X, XI, XII SMA Harapan I Medan. Jumlah aitem yang diujicobakan
sebanyak 40 aitem. Setelah melakukan pengolahan sebanyak tiga kali didapat 29 aitem memenuhi batasan daya beda aitem r
ix
≥ 0.25 dengan reliabilitas rxx’ 0.851. Aitem-aitem yang dinyatakan lolos memiliki daya beda bergerak dari r
ix
= 0.250 sampai dengan r
ix
= 0.603. Sebanyak 11 aitem yang dinyatakan gugur dapat dilihat dalam tabel 6 berikut:
Tabel 6. Distribusi Aitem Skala School Connectedness Setelah Uji Coba
No Aspek
Indikator Aitem
Total F
UF
1. Dukungan
Sosial a. Siswa memiliki hubungan
dekat dengan guru dan staf lainnya
1, 28, 34
16
12 b. Siswa mau mencari solusi
permasalahan dengan guru atau staf sekolah
22, 23,
30 32,
c. Guru dan staf mendukung siswa
mengekspresikan pendapat dari berbagai sudut
pandang tanpa membedakan suku, agama maupun gender.
2, 25 24, 31
2. Rasa
Memiliki a. siswa merasa diterima di
sekolah tanpa
dibeda- bedakan dari suku, agama,
gender, maupun kelas sosial.
26 ,
37
21, 36
16 b. siswa merasa bangga menjadi
bagian dari sekolah. 3, 39
10, 29 c. Siswa merasa senang untuk
berada di sekolah 6, 15
4, 35 d. Siswa berusaha menjaga baik
nama sekolah 12,
33 , 5
13
3. Keterlibatan
a. Siswa terlibat aktif dalam aktivitas sekolah
7 , 20
11, 38
12 b. siswa
mengungkapkan pendapat atau pertanyaan
dengan nyaman kepada guru
19 ,
27 9, 17
c. Siswa mematuhi peraturan dan
kebijakan yang
diterapkan di sekolah
8, 40 14, 18
TOTAL
40 Keterangan :
Nomor yang ditebalkan berarti aitem yang daya bedanya dibawah 0.25
Selanjutnya, peneliti melakukan penomoran aitem yang baru setelah memperoleh aitem-aitem dengan daya diskriminasi baik dan reliabilitas yang
memenuhi standar ukur. Distribusi aitem pada skala penelitian dapat dilihat pada tabel 7 berikut :
Tabel 7. Distribusi Aitem Skala School Connectedness yang Digunakan Dalam Penelitian
No Aspek
Indikator Aitem
Total F
UF
1. Dukungan
Sosial a. Siswa memiliki hubungan
dekat dengan guru dan staf lainnya
1 14
9 b. Siswa mau mencari solusi
permasalahan dengan guru atau staf sekolah
18, 19,
23 25
c. Guru dan staf mendukung siswa
mengekspresikan pendapat dari berbagai sudut
pandang tanpa membedakan suku, agama maupun gender.
2 20, 24
2. Rasa
Memiliki a. siswa merasa diterima di
sekolah tanpa
dibeda- bedakan dari suku, agama,
gender, maupun kelas sosial. 17, 27
12 b. siswa merasa bangga menjadi
bagian dari sekolah. 3, 22
9, 29 c. Siswa merasa senang untuk
berada di sekolah 6, 13
4, 26 d. Siswa berusaha menjaga baik
nama sekolah 5, 11
3. Keterlibatan
a. Siswa terlibat aktif dalam aktivitas sekolah
16 10, 28
8 b. siswa
mengungkapkan pendapat atau pertanyaan
dengan nyaman kepada guru 21
8, 15
c. Siswa mematuhi peraturan dan
kebijakan yang
diterapkan di sekolah 7
12
TOTAL
29
2. Hasil Uji Coba Skala Iklim Sekolah
Uji coba skala iklim sekolah dilakukan terhadap 93 orang siswa kelas X, XI, XII SMA Harapan I Medan. Jumlah aitem yang diujicobakan sebanyak 44
aitem. Setelah melakukan pengolahan sebanyak satu kali didapat 34 aitem memenuhi batasan daya beda aitem r
ix
≥ 0.25 dengan reliabilitas rxx’ 0.877. Aitem-aitem yang dinyatakan lolos memiliki daya beda bergerak dari r
ix
= 0.262 sampai dengan r
ix
= 0.686. Sebanyak 10 aitem yang dinyatakan gugur dapat dilihat dalam tabel 8:
Tabel 8. Distribusi Aitem Skala Iklim Sekolah Setelah Uji Coba
No Aspek
Indikator Aitem
Total F
UF
1 Keamanan
a. Sekolah merupakan
tempat yang aman bagi siswa.
1 , 10,
13
9
8 b. Sekolah memiliki aturan yang
adil dan
jelas mengenai
kekerasan fisik, verbal, serta pelecehan.
2 , 6
12, 24
2. Hubungan
Interpersonal a. siswa
mau saling
mempedulikan dan membantu sama lain
5, 36 21,
38 8
b. Siswa memiliki hubungan yang baik dengan para guru dan staf.
4, 8, 14
, 20
3. Proses
Belajar dan Mengajar
a. Siswa mampu
bekerja kelompok
maupun bekerja
secara individu 23,
40 7, 41
12 b. Siswa mampu memahami
materi, memperhatikan penjelesan guru, mengerjakan
tugas yang diberikan dengan usaha sendiri, mencapai target
pencapaian akademik.
34 19,
29, 30
c. Guru mampu
menjelaskan materi dan tugas dengan jelas
sehingga siswa menjadi paham 16,
44 17,
27
4. Lingkungan
Institusional a. Sekolah memberikan fasilitas
layak bagi
siswa untuk
mempermudah aktivitas
di sekolah.
18, 32
15, 26
16 b. Siswa memanfaatkan dan saling
berbagi fasilitas yang diberikan sekolah dengan baik
28 ,
37 25,
39
c. Siswa tidak
merusak dan
menjaga fasilitas yang ada di sekolah
35, 43
3, 42
d. Gedung sekolah yang tidak rapuh
dan kebersihan
lingkungan sekolah
yang terjaga.
11, 33
22, 31
TOTAL
44 Keterangan :
Nomor yang ditebalkan berarti aitem yang daya bedanya dibawah 0.25
Selanjutnya, peneliti melakukan penomoran aitem yang baru setelah memperoleh aitem-aitem dengan daya beda aitem yang baik dan reliabilitas yang
memenuhi standar ukur. Distribusi aitem pada skala penelitian dapat dilihat pada tabel 9:
Tabel 9. Distribusi Aitem Skala Iklim Sekolah yang Digunakan dalam Penelitian
No Aspek
Indikator Aitem
Total F
UF
1 Kemanan
a. Sekolah merupakan tempat yang aman bagi siswa.
6, 9 5
b. Sekolah memiliki aturan yang
adil dan
jelas mengenai kekerasan fisik,
verbal, serta pelecehan. 4
8, 19
2. Hubungan
Interpersonal a. siswa
mau saling
mempedulikan dan
membantu sama lain 3
16, 30 5
b. Siswa memiliki hubungan yang baik dengan para guru
dan staf. 2
15
3. Proses
Belajar dan Mengajar
a. Siswa mampu
bekerja kelompok maupun bekerja
secara individu 18
5
9 b. Siswa mampu memahami
materi, memperhatikan penjelesan guru,
mengerjakan tugas yang diberikan dengan usaha
sendiri, mencapai target pencapaian akademik.
14, 23, 24
c. Guru mampu menjelaskan materi dan tugas dengan
jelas sehingga
siswa menjadi paham
11, 34
12, 22
4. Lingkungan
Institusional a. Sekolah
memberikan fasilitas layak bagi siswa
untuk mempermudah
aktivitas di sekolah. 13,
26 10, 21
15 b. Siswa memanfaatkan dan
saling berbagi
fasilitas yang
diberikan sekolah
dengan baik 27
20, 31
c. Siswa tidak merusak dan menjaga fasilitas yang ada
di sekolah 28,
33 1, 32
d. Gedung sekolah yang tidak rapuh
dan kebersihan
lingkungan sekolah yang terjaga.
7, 29 17, 25
TOTAL 34
G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu : 1.
Tahap Persiapan Penelitian
Tahap persiapan penelitian terdiri dari : a Meminta izin :
1 Mengurus surat izin penelitian dari fakultas Psikologi USU untuk Kepala Sekolah SMA Harapan I Medan,
2 Memberikan surat izin penelitian kepada Kepala Sekolah SMA Harapan I Medan.
3 Menjelaskan gambaran umum prosedur penelitian dan mentukan tanggal penelitian dengan Kepala Sekolah.
b Membuat Alat ukur penelitian 1 Sebelum alat ukur dibuat maka hal pertama yang dilakukan oleh peneliti
adalah menentukan aspek-aspek dari suatu alat ukur. 2 Membuat skala iklim sekolah dan skala school connectedness.
c Melakukan Uji Coba Alat Ukur 1 Uji coba alat ukur penelitian dilakukan pada tanggal 27 Februari 2015 di
SMA Harapan I Medan pada pukul 08.00 wib. Uji coba dilakukan kepada 93 orang siswa yakni berasal dari tiga kelas yakni XII IPA 4, XI
IPA 4, X IPA 1. Peneliti dibantu oleh seorang mahasiswa Fakultas Psikologi USU dalam membimbing responden mengisi skala. Uji coba
ini berlangsung selama 1,5 jam.
2 Menganalisa aitem yang telah diuji coba. 3 Menyusun dan merapikan kembali skala yang telah diuji coba untuk
kemudian disebarkan kepada subjek penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah instrumen yang akan digunakan selesai, maka sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat, penulis mengadakan penelitian sebagai berikut:
a Penelitian dilakukan pada tanggal 4 maret 2015 pada pukul 08.00 wib. Penelitian dilakukan kepada 5 kelas yakni XII IPA 3, XII IPS 2, XI IPA 2,
XI IPS 1, dan X IPS 1. Keseluruhan subjek penelitian adalah 152 orang. b Peneliti dibantu oleh seorang mahasiswa Fakultas Psikologi USU
memberikan penjelasan singkat mengenai cara mengisi kuesioner dan memberikan kesempatan kepada subjek untuk bertanya apabila ada
instruksi yang tidak dimengerti. c Memberi waktu 15
– 20 menit kepada subjek untuk mengisi kuesioner yang telah dibagikan dan meminta mereka memeriksa kembali kuesioner.
3. Tahap Pengolahan Data
Setelah data iklim sekolah dan school connectedness pada siswa SMA Harapan I Medan sudah terkumpul semua. Maka data tersebut diolah dengan
menggunakan bantuan program bantuan SPSS 15.0 for windows.
H. METODE ANALISIS DATA
Analisis data yang digunakan untuk melihat pengaruh iklim sekolah
terhadap school connectedness adalah dengan menggunakan metode analisa
Regresi Linear. Cara penghitungannya dibantu dengan menggunakan program
SPSS 15.0 for windows. Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu akan dilakukan uji asumsi
terhadap hasil penelitian yang meliputi uji normalitas dan linearitas. 1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi dari penelitian masing-masing variabel yaitu variabel bebas dan terikat telah menyebar
secara normal. Uji normalitas sebaran dianalisis dengan menggunakan kolmogorov-smirnov dengan bantuan SPSS for windows versi 15. 0 for windows.
2. Uji Linearitas Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data
penelitian, yaitu variabel bebas iklim sekolah dan variabel terikat school connectedness memiliki hubungan linear. Uji linearitas dilakukan dengan
menggunakan uji test for linerarity dengan menggunakan bantuan SPSS for windows versi 15. 0 for windows.
58
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Bab ini akan diawali dengan analisa data yang disertai gambaran umum subjek
penelitian serta hasil penelitian. Selanjutnya, hasil tersebut akan dibahas berdasarkan teori yang telah dipaparkan.
A. ANALISA DATA
1. Gambaran Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Harapan I Medan yang diwakilkan dari siswa setiap tingkatan kelas yaitu kelas X, kelas XI, dan kelas XII
dengan jumlah keseluruhan subjek penelitian adalah 152 orang. Namun, terdapat 6 subjek penelitian yang memberikan respon yang tidak serius yang ditandai
dengan subjek tidak mengisi lengkap seluruh aitem pada skala sehingga peneliti memutuskan untuk tidak mengikutsertakan 6 subjek tersebut dalam pengolahan
data selanjutnya. Oleh karena itu, jumlah data subjek penelitian yang diolah dalam penelitian ini sebanyak 146 orang. Sampel penelitian digambarkan berdasarkan
jenis kelamin, usia, dan tingkatan kelas.
a. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, maka dapat digambarkan penyebaran subjek pada tabel 10.
Tabel 10. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin
Jumlah N Persentase
1 Laki-Laki
71 48,6
2 Perempuan
75 51,4
Total 146 orang
100
Berdasarkan gambaran tabel 10 dapat diperoleh bahwa 48.6 jumlah subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan, sebanyak 51.4 jumlah
subjek penelitian berjenis kelamin perempuan.
b. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Penyebaran subjek berdasarkan usia disajikan pada tabel 11. Tabel 11. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia
No Usia
Jumlah N Persentase
1 14
3 2.1
2 15
22 15.1
3 16
48 32.9
4 17
67 45.9
5 18
6 4.1
Total 146 orang
100
Berdasarkan tabel 11 dapat diperoleh bahwa jumlah subjek penelitian terbanyak adalah siswa berusia 17 tahun yakni sebesar 45.9 dari total subjek
penelitian. Sedangkan, jumlah subjek penelitian paling sedikit adalah siswa berusia 14 tahun sebanyak 2.1.
c. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkatan Kelas
Berdasarkan tingkatan kelas, maka dapat disajikan penyebaran subjek pada tabel 12.